Senin, 19 April 2021

Cerita Tahun 2020: Kilas Balik 1 Tahun

Tahun 2020 penuh cerita. Hampir tidak berasa. Kayak tau-tau udah berlalu gitu aja. Liat meme di Instagram gini, "tahun 2020 isinya cuma  2 bulan aja (Januari sama Februari); yang selanjutnya latihan akhir zaman". Bener apa betul? Seumur-umur ga pernah kebayang kalau bakal melewati masa pandemi kayak gini. Inget dulu ngalamin krisis moneter tahun 1998 tapi ga terlalu kerasa banget dampaknya (for me, as personal). Paling kerasanya harga telur yang sebelumnya 1 butir 500 terus jadi 2000 (kalo ga salah inget ya ehe) dan jajanan di warung yang harganya tak lagi sama.
 
Garis besar tahun 2020 adalah tentang: nominal dan kurva pasien positif covid-16 yang terus-terusan naik, kebiasaan baru yang terus digaungkan everytime everywhere yaitu pakai masker, sering cuci tangan dan jaga jarak. Tagar semacam #dirumahaja, #kangenmain, #rindutraveling, #adaptasikebiasaanbaru berseliweran di linimasa media sosial.

Untuk beberapa kebiasaan baru kayak #Mencuci tangan - Saya memang rada jijique-an orangnya. Kalo lagi masak di dapur, bisa sepuluh kali lebih cuci tangan. Abis kupas bawang, cuci tangan. Abis metikin sayur, cuci tangan. Bahkan abis pegang lap atau gagang berminyak, cuci tangan. #Memakai masker - ini mah udah biasa sih kalau tiap traveling pasti pake masker -soalnya panas-panasan blusukan dll. Dan #Menjaga jarak -ini lebih saya suka lagi (introvert mode on).

Kalo dipikir-pikir masya Allah tahun 2019 kemarin, Allah kasih rizqi ke Nusa Penida, Palembang, Sumatera Barat, Sumatera Utara (2 kali), Sabang (Aceh), ke Bandung (2 kali), Madiun, ke Dieng Wonosobo juga Jogja. Terus gimana masa pandemi tahun 2020? Apa sebanyak itu juga pergi ke tempat-tempat baru? Apa aja yang saya alami atau dapati ketika tetap bepergian di masa pandemi? Bagaimana tahun 2020 berjalan untuk saya pribadi? Oke silakan disimak sedikit kilas balik tahun kemarin 💪
 
- JANUARI -
Awal tahun yang bahagia. Alhamdulillah wa masya Allah. Sebelumnya (akhir 2019) Allah kasih kesempatan pergi bareng Syifa, ketemu Ade sama Nita di Dieng dan liburan bareng Ratih dan keluarga di Jogja (ceritanya di sini). Allah juga kasih kesempatan main ke beberapa deret pantai di Malang Selatan. Tau khan kalo Malang punya pantai yang keren-keren yang ga kalah sama pantai lainnya di belahan Indonesia? Masih berdua dengan Syifa, di suatu hari di Bulan Januari, kami mencari makna yang terserak di deretan pepantai Balekambang (halah). Ada beberapa pantai tersembunyi yang masih belum terjamah di sana (ada Pantai Jembatan Panjang, Pulau Ismoyo, Pulau Hanoman, Pantai Dali Putih dan Tanjung Sirap yang fenomenal).
 
Pantai Dali Putih di jejeran Pantai Balekambang, Malang Selatan

Pertengahan Januari, beberapa adik kontrakan kembali ke Malang (karena tahun ajaran baru bakalan dimulai). Kami merencanakan untuk muncak. Gunung apa yang akan kami naiki? Ada beberapa opsi; pilihan akhirnya jatuh pada Gunung Penanggungan yang ada di Mojokerto. Bisa dibilang gunung ini adalah Little Semeru. Buat saya, kalau jadi pergi, ini muncak yang ketiga kalinya. Kali pertama dan kedua di Gunung Panderman di Kota Batu dan itu pun ga nginap. So, kali ini bakalan jadi pengalaman yang seru banget.
 

Banyak banget cerita seru di pendakian kali ini. Yang bakalan paling keinget adalah summit ke puncak nyeker alias ga pakai sandal apalagi sepatu. Jadi setelah semalaman ngecamp di Puncak Bayangan, besoknya kami naik ke puncak. Lhaaa baru aja melangkah belum ada seperempat perjalanan, sandal gunung kesayangan yang udah nemenin langkah kaki saya selama 7 tahun, putus. Alhasil meringis-ringis napakin jalur ke puncak yang lumayan berbatu dan batunya tajam-tajam hanya dengan bermodalkan alas kaos kaki (!). But Alhamdulillah biidznillah we did it, walau jadi rombongan yang terakhir sendiri sampai di atas (cerita selengkapnya just click here)
 
- FEBRUARI -
Ga banyak keluar atau main di bulan ini. Satu perjalanan yang agak jauh adalah pergi ke Desa Medowo di Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri (kurang lebih 2 jam perjalanan dari Kota Malang) bersama beberapa adik kontrakan (Himmah, Sheny dan Sukma). Desa ini tiap tahunnya menyelenggarakan acara "Dhahar Durian". Jadi dalam acara tersebut dibuatlah beberapa tumpeng berukuran besar (ribuan buah durian disusun sedemikian rupa menjadi bentuk tumpeng) kemudian dibagikan secara cuma-cuma (i love cuma-cuma) kepada warga yang datang. Durian hasil panen di Desa Medowo yang dijadikan tumpeng berjumlah tahun diselenggarakan acara tersebut (tahun kemarin jumlah buah duriannya sebanyak 2020 buah). Kalo misal keabisan jatah tumpeng durian, kita bisa membeli durian berbagai macam rasa, harga dan kualitas yang dijajakan di depan rumah-rumah warga. Asik banget sih; Selain berburu durian, warga yang datang juga bisa membeli hasil bumi lainnya dari Desa Medowo seperti salak dan manggis serta susu sapi murni dan olahan lainnya di bazaar desa. Acara yang buat saya pribadi kudu masuk list to visit tahunan.

 
- MARET -
Maret 2020; Secara resmi pemerintah mengumumkan terjadinya kasus positif covid-19 pertama di Indonesia. Tanggal 17 Maret Perpustakaan UIN Maliki Malang tempat saya ngumpulin cuan buat jalan-jalan mulai menerapkan kerja di rumah atau Work from Home (WFH). Kuliah jadi daring. Kampus ditutup untuk segala macam kegiatan. Kontrakan mulai sepi. Adik-adik pulang ke kampungnya masing-masing. Sesekali saya ajak Syifa (yang belum pulkam) main ke Cangar untuk ngilangin bosan. Walaupun blusukan di kebun penduduk, tapi tetep sambil nyimak materi di hape. Main rasa belajar, judulnya. Pada bulan ini dimulailah segala macam drama rapat via Zoom, G-Meet; Distribusi kerjaan via WA grup dan apapun yang berbau onlen.

 
- APRIL -
Yang tertinggal di kontrakan cuma segelintir. Bahkan dari tanggal 5 cuma tinggal saya sama Syifa. Syifa masih nunggu instruksi dari orang tuanya, apakah pulang atau tetap di Malang. Orangtuanya benar-benar khawatir dengan Covid-19. Saya? Nunggu Syifa pulang apa enggak. Kalo Syifa pulang, saya juga (ga mungkin sendirian krik krik di kontrakan). Kalo Syifa ga pulang, saya tetep pulang tapi nanti udah mepet mau lebaran (cuti bersama). Keputusan akhir, kita berdua pulang. Kontrakan kosong. Tanggal 12 April kami meninggalkan Malang. Saya Malang - Lampung transit Jakarta. Syifa Malang - Padang transit Jakarta. Pas transit di Jakarta (bandara Soetta) kerasa banget suasana pandemi-nya. Bandara yang biasanya always sibuk dan crowded itu sepiii banget. Banyak flight yang cancel. Bahkan tangga berjalan di stasiun KA Layang dimatikan saking sepinya gada orang (walhasil saya ngos-ngosan parah naikin anak tangga yang jumlahnya puluhan). Sampe di Bandara Radin Inten Lampung, ada beberapa aturan baru yang harus dipatuhi pendatang kayak ngisi kartu kewaspadaan dari KKP dan sebagainya. Intinya untuk informasi tracing kalo-kalo naudzubillah ada yang terkonfirmasi positif covid-19. But overall, home sweet home.
 

- MEI -
Terakhir ngerasain awal puasa di rumah kalo ga salah tahun 2012; jauh sebelum negara api menyerang. Akhirnya tahun 2020 ini bisa ngerasain puasa pertama bareng keluarga di rumah. Alhamdulillah. Menikmati hari-hari di rumah. Kalo orang-orang pada punya hobi baru: masak dan berkebun. Saya sih cuma menikmati masa "ga ngapa-ngapain" di rumah. Ngapain masak? Ada mamak ratu di dapur. Berkebun? Bapak udah sukses banget dengan segala tanam-tanamannya di kebun depan rumah. Punya waktu yang banyak untuk ngelaksanain to do list ramadan yang udah dibikin bagus banget. Puasa dan ramadan paling beda. Gak ada buka puasa bareng (yeay); gada tarawih di masjid. Tapi namanya di kampung, tetap aja ada yang meramaikan masjid (bapak-bapak). Bulan Mei full kerja di rumah sambil menikmati 'dinamika rumah' yang sebenarnya (biasanya pulkam paling lama cuma 2 minggu; itupun kebanyakan main ke luarnya).

 
- JUNI -
This month is all about: main di pantai-pantai keren yang Lampung punya. Setelah lebaran udah harus masuk kantor lagi yang berarti balik ke Malang, tapi regulasi perjalanan masih diperketat. Harga tiket pesawat melangit. Izin deh sama atasan untuk bisa lanjut WFH. Alhamdulillah izin didapat. Udah mulai agak gabut, ngerencanain pergi ke salah satu tempat 'menantang' di Kabupaten Tanggamus yaitu Pantai Gigi Hiu. Baca kisah menegangkannya here

 Gigi Hiu Squad - Mbak Putri, Ulfa, Siska dan Nafis

Akhir bulan; detik-detik menjelang kepulangan ke Malang. Ada satu pantai di Lampung yang lagi viral karena mirip Pantai Walakiri di Sumba. Sunsetnya juarak banget. Kudu kesana dong. Namanya Pantai Sebalang. Berkendara kurang lebih 45 menit dari Bandarlampung udah bisa sampe tempatnya. Awalnya pantai ini sepi dan lumayan rawan kalo malam. Gara-gara viral di internet kemudian mulailah berbondong-bondong orang kemari. Jangan harap bisa foto tanpa photoboom di akhir pekan. Walau bisa dibilang KW-nya pantai di Sumba, Sebalang ini beneran keren dan very recommended to visit.


Masih bisa haha hihi di Pantai Sebalang, padahal besok paginya rencana terbang ke Malang dengan jadwal pesawat yang masih belum jelas (puluhan kali ngehubungin call center untuk ngurus penerbangan yang delay tapi ga nyambung-nyambung)
 
Momen matahari terbenam di Pantai Sebalang yang magical banget masyaAllah
 
- JULI -
Menunaikan janji pada atasan untuk balik ke Malang, kembali ngantor, kembali menghadapi kenyataan. Bismillah. Drama banget pas mau balik. Jadi rencana pulang tanggal 1 Juli. Satu hari sebelumnya, seperti yang udah saya ceritain di atas, masih sempet-sempetnya sunset-an ke Pantai Sebalang. Padahal tiket pesawat belum jelas tuh. Sehabis Subuh, berdua dengan Mbak Atun (yang juga mau balik ke Madiun tapi naik pesawat ke Malang dulu) kami ke bandara untuk mencari kejelasan tiket. Belum mandi. Sampai di CS maskapai, ternyata kami berangkat pagi itu juga. Buru-buru pulang, beresin ini itu (fifty-fifty pulang hari itu atau besoknya jadi belum siap 100 persen). Sarapan pun ga sempat. Begitu sampe rumah, langsung set set set! Pengalaman pertama naik pesawat ga mandi wkwkwkw! Pesawat kami transit di Jakarta dan baru besoknya lagi ke Malang dan itu pun via Bandara Halim Perdanakusumah. Kami menginap semalam di rumah kakak sepupu saya di Jakarta Selatan. Lagi corona di mana-mana gitu malah stay di Jakarta. Pasrah ae lah.

Tanggal 2 Juli sampe di Kota Malang, di kontrakan tercinta. Cuma ada Himmah dan Bue. Bue lagi sibuk ngelarin skripsinya. Saatnya mewujudkan beberapa hal yang udah lama dipengenin; antara lain mancing (!). Modal joran dan kail dikasih sama rekan kantor, jadilah di satu akhir pekan saya bersama Himmah pergi ke salah satu spot memancing di Kabupaten Malang yaitu di Waduk Karangkates. (Kuy cerita lengkapnya klik aja)

 Salah satu spot memancing di Waduk Karangkates

Walaupun udah mulai masuk kerja, berangkat ke kantor, tapi perpustakaan masih ditutup alias belum buka layanan. Jadi lebih santai dan ngerasa banyak waktu. Ada waktu buat ngerealisasiin satu lagi keinginan; udah lama pengen ikut kalo misal Himmah (adik kontrakan) pergi ke tempat KKM-nya (desa tempat produksi @omahkripikmbote). Time is coming. Ajakan itu akhirnya datang juga. Bertepatan sama saya yang udah kangen banget suasana desa. So, bakal menikmati banget insya Allah. Pulang dari Desa Tamansari di kaki Gunung Semeru, mampir sekalian ke Coban Ciblungan yang ada di Ampelgading. Airnya seger banget buat mandi, rek.

Nyobain motor trail yang biasa dibawa ke kebon

 Air Terjun (Coban) Ciblungan di Ampelgading, Kabupaten Malang

- AGUSTUS -
Ada beberapa tanggal merah. Bisa deh diambil buat trip tipis-tipis. Salah satunya menunaikan keinginan untuk bawa motor sendiri ke Madiun. Pas Bue mau pulang kampung, ngikut dong. Gayung bersambut, semesta mendukung. Kami bawa motor masing-masing. Sampai di Madiun, kami berencana untuk liburan ke Tawangmangu. Pas lagi di sana, Bue diminta untuk pulang ke rumahnya di Boyolali; Hanya dalam kurun waktu ga sampai satu jam, dengan persiapan seadanya, bismillah ngikut Bue ke Boyolali langsung dari Tawangmangu. Perdana bawa motor lintas Jatim - Jateng. Masya Allah biidznillah.

 Wefie di salah satu landmark Kota Boyolali, yeay we did it!

Agustus akhir. Sebelum Bue pulang ke Madiun untuk selama lama lamanya (?), kami punya satu agenda bersama yang kudu ditunaikan yaitu camping ke salah satu pantai yang ada di Malang Selatan. Dari sekian banyaknya pantai, kami pilih Pantai Parangdowo yang lumayan memenuhi syarat untuk jadi tempat camping menyenangkan (fasilitas lengkap, loket masuk ga jauh dari jalan raya cuma sepelemparan batu, dan tempatnya tenang ga ramai orang) dan di sana juga ada karang pembatas jadinya bisa mandi di laut dengan aman, juga ada bukit yang bisa didaki buat liat view pantai dari ketinggian.

Menyambut pagi di pinggiran Pantai Parangdowo Malang Selatan

- OKTOBER -
Pas ke Madiun lanjut Boyolali di Bulan Agustus, sempet ngajakin Bue untuk ke Jogja by motor. Kuylah gaskan di Bulan November, kata saya. Nah di Bulan Oktober ini sempat mau liburan bareng Ade ke Lembang tempat Rateh. Udah cari-cari hotel di Bandung dll. Gara-gara si coro, dan lingkungan boarding school Ratih agak ketat, kami urungkan ke Lembang. Bali sempat jadi pilihan. Akhirnya mentok di Jogja. Hubungin Bue deh sapa tau bisa nih digabung tripnya. Ade dan Bue oke. Tanggal berangkat udah didapat; qadarullah kok di hari yang harusnya mau izin, gabisa karena akreditasi perpustakaan gabisa ditinggal. Rencananya berangkat Rabu siang atau sore ke Madiun dulu, nginap semalam, baru Kamisnya lanjut ke Jogja ternyata ga berjalan mulus. Bismillah Kamis ba'da Subuh berangkat dari Malang ke Madiun. Sampe Madiun jam 9.00 pagi. Rehat bentar tempat sodara di sana. Ba'da Zuhur lanjut perjalanan Madiun - Jogja. Ashar masih rehat di Tawangmangu makan tempe mendoan ditemani teh anget. Abis Isya biidznillah udah sampe Jogja. Ketemuan sama si Ade. Kami menginap 2 malam di salah satu hotel murah dan angker di Kota Jogja. Kemudian 2 malam lagi menginap di rumah salah seorang kenalan saya di Wonosari, Gunungkidul. Dalam waktu 4 hari 4 malam ada banyak tempat yang kami datangi antara lain Tugu Jogja, Hutan Pinus Mangunan, Kebun Bunga Amarilis dan beberapa pantai di Gunungkidul. Walau capek dirasa, buat saya ini salah satu perjalanan paling memorable banget (kebayang gasih motoran sehari Malang - Jogja?!). Selengkapnya baca di siniii
 
 Tugu Jogja - Kebun Bunga Amarilis - Depan Kampus UGM

- NOVEMBER -
Saya ini memang gabisa kalo ga pergi ke tempat baru. Mulailah otak wanderlust saya merencanakan sesuatu. Mau nantang diri untuk traveling sendirian dan menginap. Saya pilih Mojokerto kemudian menginap di daerah Pacet. Jaraknya ga jauh, kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari kosan. Pacet ini merupakan tetangga Kota Batu. Jadi abis ngelewatin jalanan hutan via Cangar udah sampe. Sebelum ke penginapan, eksplor beberapa tempat di daerah Trowulan yang terkenal dengan peninggalan kerajaan Majapahit. Sorenya check-in penginapan. Ternyata ada trouble, sodara-sodara. Jadi pesanan kamar saya di salah satu aplikasi ga masuk. Karena udah exhausted, udah sore juga dan bingung mo kemana, akhirnya tetap ambil penginapan di situ (bisa pesan langsung tanpa aplikasi). Kamarnya? Serem. Macam losmen di film-film horor Indonesia. Agak keder juga sih awalnya; tapi bismillah deh gapapa daripada pulang lagi ke Malang ga lucu dong. Alhamdulillah, nyatanya bisa tidur nyenyak juga malam itu (ditemani murattal Al-Mulk dan beberapa surat). Paginya sehabis shalat Subuh, masih gelap, siap-siap pergi ke Ranu Manduro. Sampe sana masih sepiii banget (rame domba dan kawanannya aja). Lanjut ke Kampung Organik Brenjonk yang ada di daerah Trawas. Jam 10-an balik ke penginapan kemudian siap-siap pulang. Alhamdulillah ba'da Zuhur udah di Malang lagi. Walau banyak drama-nya, asik sih solo-traveling. Jadi ketagihan #eh.

[..Kejadian konyol pas "salah kamar". Jadi walaupun capek dan penginapan ga di tengah-tengah kota banget, saya tetap keluar untuk cari sesuap nasi dan cemilan. Pas balik, udah mana sekitaran kamar sepi banget; udah pengen masuk kamar aja pokoknya. Hawanya seremmm. Lha, kok susah amat ini gembok kamar gabisa dibuka?! Saya sampe ke lobi minta tolong penjaga dan bilang kalo kuncinya rusak gabisa buat buka kamar saya. Kata petugas yang jaga, itu kuncinya udeh bener. Mamasnya sampe ngikut. Ternyata saya salah buka gembok kamar KWKWKWK! perasaan kamar saya bukan di pojokan deh. Hadeeeh malu banget. Gimana kalo ternyata kamar yang dari tadi saya coba buka ada penghuni di dalamnya?! Ga kebayang...😜]

Pagi-pagi buta udah keluar dari penginapan di daerah Pacet menuju Ngoro (kurang lebih sejam perjalanan) demi bisa foto tanpa bocor di Ranu Manduro

- DESEMBER -
Sejak tahu kalo cuti bersama liburan diganti ke libur di Bulan Desember, saya merencanakan untuk pulang ke Lampung lagi. Rencana awal mau pulang pertengahan bulan, qadarullah kampus WFH lagi dari awal  bulan. Akhirnya tiket pesawat ke Lampung di-refund. Malah ngide untuk menunaikan rindu dulu ke Lembang sana. Jadilah perjalanannya be like: naik kereta ke Bandung kemudian lanjut lagi naik KA Bandung - Jakarta. Lihat harga tiket pesawat yang ga jauh beda sama harga tiket bus, akhirnya naik pesawat dari Jakarta ke Lampung. Karena rumah Ade dekat bandara, mampir nginap semalam di sana terus lanjut paginya baru ke bandara.

 Perjalanan KA Malang - Bandung; setelah setahun lamanya ga naik kereta (terakhir Desember 2019)

Menjelang Desember akhir, setelah rencana beberapa tahun yang lalu ga jadi-jadi, Alhamdulillah akhirnya si Ade bisa nepatin janjinya untuk silaturahim ke Lampung. Kedatangan Ade ini bertepatan dengan rencana trip ke Krui, Pesisir Barat (salah satu kabupaten yang ada di Lampung). Cerita lengkapnya baca di sini

Krui - Pulau Pisang Trip Squad!

Kalo liat lagi kilas balik di atas agak amazed juga; walau pandemi Allah masih kasih kesempatan untuk mengunjungi tempat baru dan merasakan pengalaman-pengalaman baru. Semuanya saya syukuri; tapi kalo disuruh milih satu, yang paling bikin bahagia adalah bisa lama di rumah.
 
Tahun 2020 membawa banyak cerita dan hikmah. Ada bahagia; ada kecewa; ada hati yang sakit; ada hati yang tersembuhkan; Ada pengalaman baru yang didapat; Ada hal-hal lama yang ga akan terulang lagi. Ada yang diluaskan pintu rizqinya, ada yang ditahan dulu untuk sementara; ada yang sama aja. Ada yang kehilangan keluarganya; Ada yang gabisa ketemu keluarganya sampai 2 purnama; Ada yang malah bisa kumpul lama. Ada yang masih tetap bisa bepergian; ada yang memilih untuk di rumah saja. Ada yang abis buku berjudul-judul selama #dirumahaja, ada yang tamat drama/series berpuluh-puluh. Ada yang enjoy kuliah atau pembelajaran dengan Zoom, Google Meet dll; ada juga yang stress (aku termasuk).
 
Mau apapun itu yang terjadi, sebagai seorang muslim, satu hadits ini bisa banget dijadiin pegangan... "Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan maka ia bersabar. Itupun baik baginya". (HR. Muslim No 2999)

Alhamdulillahiladzi bi ni'matihi tathimushalihaaat. Alhamdulillah ala kulli hal. Semoga apapun yang terjadi di tahun 2020 bisa membawakan hikmah untuk diri.
Love you, zindagi 💙

0 komentar:

Posting Komentar