Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang
berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek
permberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek
pembelajaran dan pendidikan (Wikipedia).
Lokasi dan Cara Menuju Ke Ekowisata Mangrove Desa Gebang
Ekowisata Hutan Mangrove Petengoran terletak di Desa Gebang Kecamatan
Padangcermin Kabupaten Pesawaran. Tempat ini adalah satu dari puluhan
tempat wisata bahari yang ada di sepanjang Teluk Lampung yang masuk
wilayah Kabupaten Pesawaran. Belum lama ini saya lihat fotonya di salah satu akun pariwisata Lampung. "Aih asik nih kayaknya kesana", pikir saya. Jadilah di Hari Sabtu (24/04/2021) sehabis Shalat Subuh saya bersama adik, sepupu dan bibi pergi kesana. Jarak dari rumah saya di daerah Natar (pinggiran Bandarlampung) sampai ke tempatnya kurang lebih 45 menit. Karena belum tahu lokasi persisnya di mana (yang saya tahu hanya sekedar pantai ini satu arah dengan Pantai Dewi Mandapa) setelah melewati Pantai Sari Ringgung, saya melipir bertanya ke penduduk setempat. Oia kalo kamu masih bingung langsung setel aja di Google Maps "Hutan Mangrove Desa Gebang" dan tinggal ikuti arahannya (semoga ga disasarin). Masih cukup pagi ketika kami sampai di tempatnya. Jika datang lebih pagi lagi, tentu kami akan dapat menyaksikan momen matahari terbit yang kelihatannya sangat indah dari tempat ini. Jam 6 lewat saja masih kelihatan perfectly splendid! Saat kami datang hanya ada seorang bapak yang sedang duduk di sebuah saung di depan gapura bertuliskan "Mangrove Petengoran".
Berapa Uang Yang Harus Saya Keluarkan Untuk Menikmati Hutan Mangrove Desa Gebang?
Pada saat kami mau masuk, loket tiket belum buka (atau memang tidak dibuka?). Mungkin kami datang terlalu pagi. Kami asik foto sana-sini; sekitar setengah jam kemudian baru ada seorang bapak yang mendekati kami dan menanyakan apakah kami sudah membayar tiket masuk atau belum. Kami bilang belum karena tadi saat masuk tidak ada yang memintai. Akhirnya kami membayar Rp 60.000 per 4 orang (per orang Rp 15.000). Oia tempat wisata ini dikelola oleh badan usaha milik desa setempat (Desa Gebang).
Fasilitas Yang Ada di Ekowisata Mangrove Desa Gebang
Menurut beberapa info yang saya baca di internet, wisata mangrove Petengoran (bukan peterongan, apalagi petimunan -apasi) ini baru dibuka untuk umum sekitar tahun 2019. Di masa pandemi tahun 2020 sempat ditutup namun saat ini sudah mulai dibuka kembali (tentunya dengan menerapkan prokes seperti tersedianya tempat cuci tangan dan poster himbauan yang dipasang di pintu masuk).
|
Poster himbauan untuk menerapkan protokol kesehatan yang ada di pintu masuk
|
|
Sekilas mengenai hutan mangrove yang ditaruh di salah satu pondok
|
Berdasarkan papan informasi wisata yang saya lihat di samping pintu masuk, di ekowisata mangrove ini terdapat 2 jalur track yang bisa pengunjung susuri sambil menikmati view pantai yang sangat amat tenang (hampir tidak berombak). Juga ada banyak pondokan yang bisa dimanfaatkan untuk sekedar bersantai sambil bersantap bersama keluarga. Selain itu, ada semacam kafe atau tempat makan (tapi tutup karena ramadan nampaknya). Fasilitas lainnya adalah toilet di dekat pintu masuk dan mushola yang bisa kita temukan di jalur track sebelah kanan.
Apa Aja Yang Bisa Dilakukan?
Selain belajar sekilas tentang hutan mangrove (bakau), pengunjung bisa menikmati tempat ini yang sangat tenang, alami dan indah. Selain itu, berjalan santai di jalur trek sambil menghirup udara segar hutan mangrove. Bayangkan pagi atau sore hari jogging di trek ini bakalan seru banget pastinya. Tempatnya juga fotogenik. Ada banyak spot untuk mencipta tangkapan kamera yang instagramable.
|
Starting point jalur track kanan
|
|
Bisa jadi spot foto yang kece
|
|
Semacam kafe yang belum (tidak?) buka
|
|
Track memutar logo 'love' (dilihat dari atas) dengan tulisan besar 'Ekowisata Mangrove'
|
|
Salah satu shelter untuk pengunjung ngadem
|
|
Inisih berasa kayak bukan di Indonesia; the view is so stunning!
|
|
Air laut yang tenaaang banget; bikin tenang hati yang liat
|
|
Ujung track sebelah kanan
|
|
Banyak banget spot foto bagus yang sayang untuk dilewatin
|
|
Jembatan aestetis
|
Setelah sampai di ujung trek kanan, kami beranjak menyusuri jalur trek sebelah kiri. Nyari trek yang masuk membelah hutan bakau. Ketemu! Adem dan sejuk berada di situ karena sinar matahari terhalang pepohonan plus udara yang kaya oksigen. Dibanding trek sebelah kanan, ada lebih banyak pondokan di sisi ini (tapi kalo masih pagi lumayan panas karena terkena sinar matahari langsung dari sebelah timur).
|
Starting point track sebelah kiri
|
|
Pondokan yang bisa pengunjung manfaatkan
|
|
Tanaman bakau yang masih pada bocil
|
|
Trek yang masuk membelah hutan bakau; adem
|
|
Kelakuan; masih pagi udah tepar
|
|
Arigatou! |
Kesan dan Saran
Sampai
jam 8 lewat, kami masih jadi pengunjung satu-satunya. Enak banget sih;
sampai gatau harus gaya apa lagi dalam jepretan kamera. Karena ga tahan sama panasnya matahari (jam 8 pagi udah kayak jam 1 siang) bersiaplah kami untuk pulang. Overall, hutan mangrove Desa Gebang adalah tempat yang asik banget buat refreshing. Tempatnya bersih; kotak sampah di mana-mana. View-nya juarak (berkali-kali kami bilang kalo viewnya luar negeri banget). Tipe tempat wisata yang bisa didatangi lagi dan lagi.
Saran: Karena tempat ini merupakan ekowisata, perbanyak poster atau semacamnya yang berkaitan dengan tanaman mangrove atau bakau di titik tertentu sehingga pengunjung yang datang selain bisa berwisata juga teredukasi.
Mampir ke Muncak Teropong Laut Pesawaran
Mumpung masih pagi, kami memutuskan untuk pergi ke satu tempat wisata lagi yang searah jalan pulang yaitu Muncak Teropong Laut yang berada di daerah Lempasing. Dari jalan utama kami masih harus masuk gang dan menanjak naik. Jalanannya di beberapa titik lumayan jelek parah. 15 menit kemudian sampai di tempatnya. Kami membayar per orang Rp 11.000 (sudah termasuk parkir). Beberapa tahun lalu tempat ini sempat begitu viral. Ini adalah kunjungan pertama saya ke tempat ini. Seperti halnya di hutan magrove tadi, kami jadi satu-satunya pengunjung di pagi itu. Sepiii.
View dari Muncak Teropong Laut (Teluk Lampung) gajauh beda kayak pas saya foto di Desa Mantar Sumbawa Barat dengan view Selat Alas-nya. Sejujurnya kalo dikelola dengan kreatif dan inovatif, pariwisata alam di Lampung ga kalah sama tempat apik lainnya di Indonesia (karena kita punya modal kekayaan alam yang indah). Berhubung matahari sudah semakin tinggi, kami memutuskan untuk pulang. Selamat kehausan di jalan. Siapa yang nyuruh puasa-puasa ngeluyur? 😵😵😵
0 komentar:
Posting Komentar