Sabtu, 28 September 2019

Impian di Masa Depan


Menurut kamu, seberapa penting seorang wanita memiliki impian?
Kita pahami bersama bahwa kelak ketika menjadi seorang istri, diri kita, ketaatan kita, sepenuhnya milik suami. Dalam sebuah hadits disebutkan, "Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan ramadan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya: 'masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang engkau mau'." (HR. Ahmad dari Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu dan dinyatakan Hasan oleh Syaikh Al-Albany). Nah, logikanya nih ya, kalo dengan ngelakuin beberapa hal di atas kita udah bisa milih pintu surga, terus ngapain kita 'capek-capek' nyari kegiatan yang lain?

Saya sempat bertanya pada seorang teman yang belum lama ini menikah, boleh (atau bisa)-kah seorang istri mempunyai mimpi-mimpi yang ingin dicapai? Gini jawabannya (panjang bett dah):

[sebagai permulaan... Memiliki dan mencapai impian adalah hak setiap manusia terlepas dari jenis kelamin, usia, agama, ras, dan status dalam masyarakat. Merupakan bagian hak "hidup" dalam HAM. Bayangkan, menjalani hari selaras dengan yang diimpikan setelah berusaha mencapainya, hidup terasa "hidup"!

Jadi jawabannya, pendapat saya, tentu saja boleh dan bisa! Tapi ada tapinya...

Tidak hanya dari faktor internal diri kita (motivasi, kemampuan, kesempatan) namun juga faktor eksternal yang tidak mungkin dikesampingkan. Sebagai wanita yang sudah menikah tentu saja: suami. Kalau sudah punya anak ya, makin panjang dan dalam lagi.

Bagaimana suami memberikan istri keleluasaan, kesempatan, kepercayaan, dukungan moril dan materiil. Menyadari bahwa sang istri selain menjadi seorang 'istri' adalah sosok individu yang berhak dan butuh untuk berkembang, mengaktualisasikan impian, hobi, kemampuan dan ilmunya. Batasannya adalah nilai-nilai dalam Islam. Apa tujuan dan bagaimana cara istri mencapai impian. Lalu bagaimana suami tetap memberikan pengarahan tidak serta-merta dibiarkan begitu saja. Bagaimanapun, suami tetaplah pemimpin keluarga. This is unpopular opinion out there- among millennials- but i'm in].

Kalau menurut pendapat saya pribadi, amatlah penting seorang wanita (yang kelak akan menikah) untuk memiliki impian atau sesuatu yang ingin dicapai atau digapai. Tentunya hal itu dapat menjadi motivasi dalam menjalani hari-hari yang dilewati. Allah saja menyiapkan surga untuk manusia jadikan cita-cita tertingginya, bukan?! So, rasanya ga salah dan ga masalah kalo kita juga memiliki impian, sebut saja "impian duniawi". Asal cita-cita atau impian itu kita niatkan untuk mencari ridho Allah dan masih di jalan-Nya, kenapa tidak? Kalo kata adik-adik Ar-Rifah, "kita gapernah tau lewat amalan mana kita masuk surga, mbak. Jangan-jangan ibadah yang disebutin di hadits tuh masih kurang untuk kita lakuin sebagai syarat masuk surganya Allah". Kompak mereka menjawab bahwa seorang wanita pun perlu untuk memiliki impian atau hal-hal yang ingin dicapai.

Mau seperti apa peranmu? InsyaAllah selama itu kamu niatkan untuk mencapai ridhonya Allah dan atas izin dari suami, lakukanlah! Dalam Al-Quran dan lewat kisah-kisah yang disabdakan oleh Rasulullah, Allah berikan semua contoh keteladanan. Mau sehebat ibunda Khadijah yang mengukir peradaban dari dalam rumah? Menjadi istri dan ibu terbaik bagi Rasulullah SAW dan anak-anaknya. Bahkan Allah kirimkan salam dan menyediakan sebuah istana di surga untuk beliau. Atau seperti Aisyah yang berkontribusi di luar rumah dan berkat kepandaian yang Allah karuniakan padanya maka sampailah pada kita hadits-hadits Rasulullah SAW. Atau seperti Fathimah Al-Fihriyyah, wanita muslim pendiri universitas tertua di dunia, Al-Qarawiyyin? Atau sehebat Ratu Balqis dalam memimpin sebuah negeri yang besar? Dan masih banyak lagi contoh lainnya jika kita ga malas untuk mencari tahu dan mengkaji.

Pernah baca pepatah ini, "If you shoot the moon, you may hit the stars". Jika kamu membidik bulan, setidaknya (kalau bidikanmu meleset) akan mengenai bintang. Sederhananya, misalkan kamu mencita-citakan bisa lanjut kuliah S2 di UK atau Norway, setidaknya kalau Allah belum memberikan rizqi ke sana, bisa jadi Allah memberikan rizqi S2 di Malaysia atau Thailand. Masih sejurus. Begitupun impian-impian yang saya tuliskan di bawah ini, semoga bisa menjadi semacam peta atau arahan dan pengingat ketika langkah sudah mulai keluar dari jalurnya. Atau menjadi semacam oase ketika diri sudah mulai lelah berjalan.

Jangka pendek (1 sampai 2 tahun ke depan)
Membaktikan diri sepenuhnya pada suami. I think it's enough. Bismillah. Tiada daya dan upaya melainkan atas izin-Nya.

Jangka menengah (5 tahun ke depan)
Melanjutkan sekolah. Selalu saya tekankan, bahwa belajar adalah bentuk penghargaan pada diri sendiri. Selain itu, untuk saya belajar adalah sebentuk rasa syukur yang atas karunia akal pikiran yang sudah Allah berikan. Hal terbaik yang bisa saya lakukan dalam rangka mensyukuri betapa hebatnya Allah ciptakan otak manusia. Dan mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Dalam Al-Quran jelas disebutkan bahwa tidak sama antara orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui. Yang harus ditekankan, belajar di sini bukan hanya dalam rangka memenuhi hasrat pribadi, rasa haus akan ilmu namun belajar itu sendiri harus memberikan kemanfaatan pada orang lain. Jadikan ilmumu untuk membuat orang lain menjadi ingat dan dekat dengan penciptanya.

Membuat artikel ilmiah dan dimuat di jurnal nasional. Saya memiliki seorang senior di kantor yang seringkali tulisan ilmiahnya menang lomba tingkat nasional atau dimuat di jurnal-jurnal perpustakaan (dalam dan luar negeri). Apa hikmah yang bisa saya ambil? Beliau selalu menggunakan waktu yang tersedia untuk berpikir dan mengkaji (dibanding scrolling media sosial atau nonton film unfaedah). Janganlah waktu yang kamu miliki terbuang melainkan ada kemanfaatan yang bisa kamu ciptakan di situ. Untuk saya, membuat artikel ilmiah sebanyak-banyaknya akan menjadi pilihan yang tepat. Bismillah.

Membuat artikel ilmiah dan dimuat di jurnal internasional. Keinginan ini bukan semata tentang prestise atau ambisi semata, melainkan agar bisa memberikan kemanfaatan yang lebih banyak dan lebih luas. Muslimah berkontribusi untuk dunia, amiiin.

Menulis buku tentang traveling dan library science. Kalau kata Ali bin Abi Thalib, ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Salah satu cara untuk meraup manfaat sebanyak-banyaknya dari 'sedikit' ilmu yang kita miliki adalah menyebarkannya lewat tulisan kemudian membukukannya. Tulisan kita akan mendapatkan pembacanya sendiri. Jadi gaperlu takut atau khawatir ga kebaca atau dibaca orang lain. Bismillah, semoga apa yang kita tulis akan Allah catat sebagai salah satu amal jariyah yaitu "ilmu yang bermanfaat".

Memiliki saluran pribadi (media sosial) untuk menyebarkan sedikit ilmu yang Allah titipkan. Saya akui, saya bukan seseorang yang pandai berbicara di depan umum. Namun meski begitu tidak ada alasan untuk tidak "berdakwah". Bukankan tiap-tiap kita Allah bebankan, Allah berikan tugas untuk menjadi seorang dai? Salah satu cara yang saya pilih adalah melalui dunia maya (virtual). Apa yang ingin saya lakukan? Saya ingin menggunakan media seperti Youtube atau Instagram dan website, dirancang dan dibuat sedemikian rupa sebagai sarana untuk mengedukasi oranglain. Dalam bidang apa? Tentunya yang saya mengerti, misal traveling (wa bil khusus halal tourism) dan dunia literasi. Sharing is caring. Berbagi itu peduli.

Pergi ke Nepal dan Maldives. Yang satu ikon pantai paling indah di dunia (Maldives), satunya lagi ikon dataran tinggi paling indah di dunia (Nepal). Biarlah ini terlihat dan terkesan "duniawi", tapi sesungguhnya saya memiliki misi pribadi untuk bisa berada di dua tempat tersebut. Bukan hanya sekedar memenuhi hasrat wanderlust, hasrat menjelajah, tapi menjalankan tugas sebagai seorang pejalan muslim: 'mengislamkan' bumi Allah di tempat di mana dia pijak. Di Nepal, saya ingin melantunkan zikir di tiap tangga menuju puncak Annapurna Base Camp. Sama halnya dengan di Maldives, yang sebenarnya adalah negara Islam, tapi kebanyakan yang datang adalah para turis yang auratnya kemana-mana.

Hafal 5 juz Al-Quran. Apalah arti hari-hari yang kita lewati tanpa membersamai Quran? Ngerasa kebangetan banget deh kalo belum memaksa diri untuk mulai menghafal Quran. Memangnya mau, nanti kalo pas shalat berjamaah sama anak-anak yang dibaca surah Al-Ikhlas mulu?! Malu dong, Ibu Pembangun Peradaban.


Jangka panjang (10 tahun ke depan)
Memiliki travel agen wisata halal. Salah satu passion yang saya miliki adalah di bidang tourism atau pariwisata. Bagaimana caranya mengemas sesuatu hal yang kita sukai menjadi sebentuk ibadah yang kita persembahkan pada Sang Rabbul Izzati? Buat saya, menjalankan dan mengembangkan bisnis wisata halal adalah jawabannya. Saya tidak hanya ingin memfasilitasi oranglain untuk berwisata, lebih dari itu, menyediakan dan memberikan akses kemudahan untuk beribadah bagi para traveler. Misal, dengan memasukkan Shalat Dhuha ke dalam itinerary yang disusun atau berwisata saat bulan Ramadan tanpa khawatir kehilangan kesempatan untuk mendulang pahala sebanyak-banyaknya. Saat ini bisnis wisata halal sudah mulai berkembang dan dalam beberapa tahun mendatang akan terus berkembang. Insya Allah, prospek yang baik.

Memiliki photo book hasil tangkapan kamera sendiri. Syukur-syukur bisa menyelenggarakan mini pameran foto-foto yang berhasil saya abadikan dari awal memiliki kamera sampai dengan saat ini. Amiiin.

Menyantuni anak yatim. Tak perlu berpanjang lebar, cukup hadits Rasulullah SAW ini menjadi penguat, dari Sahl bin Sa'ad radhiallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini ", kemudian beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau SAW, serta agak merenggangkan keduanya". (HR. Bukhari)


Note:
InsyaAllah tulisan tentang impian ini masih to be continue alias berlanjut

0 komentar:

Posting Komentar