Kamis, 09 Mei 2019

Crystal Bay Beach, Tempat Sunset-an Terbaik di Nusa Penida


Masih kerasa getar-getar kelelahan setelah menempuh perjalanan dari Kelingking dan Broken Beach tadi. Sekitar jam 3 sore sampai di penginapan, langsung rebahan sambil merem ayam (?). Kurang lebih jam setengah 5 sore kami keluar lagi dari penginapan, mencari penutup liburan terbaik, yaitu menyaksikan matahari tenggelam di Nusa Penida. Ada beberapa pilihan tempat dan yang paling aman untuk dua orang embak bermotor matic yang menginap di dekat Pelabuhan Toyapakeh adalah Crystal Bay Beach. Sebenarnya kalo mau lebih aman lagi untuk kami berdua lihat matahari tenggelam ya di depan Losmen Tenang, penginapan kami. Ibaratnya sambil ngesot aja sampe. Tapi, demi pengalaman yang lebih utuh, cari yang sedikit lebih jauh deh hehe.
 
Kalo mau tauk jam berapa matahari tenggelam di Nusa Penida, bisa langsung ketik "sunset Nusa Penida" di Google. Setelah itu akan muncul waktu matahari tenggelamnya. Tertulis, jam 18.14 WITA. Baiklah. Perjalanan dari Toyapakeh menuju Crystal Bay Beach lancar jaya tanpa hambatan. Jalanan sudah oke ga kayak ke Broken Beach. Tapi tetap hati-hati ya, di beberapa titik kami lewati turunan yang sangat tajam. Subhanallah subhanallah. Dan sangat sepiii. Jadi sebelum kesini penuhi dulu bensin kendaraan kamu. Ga kebayang kalo keabisan bensin di sini hiyyy. Daerahnya sepi banget!

30 menit perjalanan, kami sampai di pantainya. Langsung saja parkir motor di sembarang tempat. Ga ada tiket masuknya, yes! Saya dan Tika langsung nyari tempat enak untuk nungguin matahari tenggelam. Crystal Bay Beach sudah ramai, dipenuhi bule-bule yang berjemur, baik di pasir langsung ataupun di bawah payung-payung yang disewakan.

Kami mengeluarkan amunisi yang sudah sengaja disiapkan untuk menyambut momen ini. Sederhana saja, sebuah tripod untuk merekam momen matahari tenggelam di ufuk barat sana. Waktu yang pas datang ke pantai ini memang saat senja kayak gini. Kalo pagi atau siang hari, ya kayak pantai pada umumnya.

Jam 5 sore lebih sedikit, perlahan matahari mulai turun. Saya sama Tika cuma duduk aja di pinggir pantai pakai alas seadanya (baca: sandal). Sesekali Tika lari-larian main air di pantai. Gue sih ogah basah wkwkw. Pantai emang tempat yang lebih ramah pada manusia dibanding gunung ya. Tua muda, balita, kakek nenek, semua orang bisa menikmati pantai tanpa butuh usaha yang keras. Begitu sampai, turun dari kendaraan, udah deh tinggal lari ke pepasirannya.



Detik berganti menit, menit berjalan mengiringi sang matahari yang lelah (?) hari itu, kembali ke peraduannya. Dari langit biru kemudian berubah menjadi oranye, lalu jingga menyala. Masya Allah. Tidak ada ciptaan-Mu yang tidak indah, ya Rabb. Tidak ada ciptaan-Mu yang tidak membuat kami terkagum takjub menyaksikannya. Alhamdulillah sore itu Allah berikan sunset yang bikin bibir tak henti merapal syukur. Kalo di Dieng dulu liat golden sunrise, nah yang ini golden sunset-nya. Amazing!

Beberapa menit setelah matahari benar-benar tenggelam, kami langsung bergegas pulang. Seremmm jalanan yang bakal kami lewatin. Entah sebenarnya apa yang kami takuti? Setankah atau orang jahat? InsyaAllah Nusa Penida aman dari kejahatan manusia. Lalu berarti? Hiyyy.

Pas pulang, ada barengan 1 mobil dan 2 motor. Saya ngebut ngikutin di belakang. Tentu saja ga lupa sambil baca dzikir sore keras-keras. Kondisi jalannya gelap, ga berpenerang (gada lampu jalan). Kalo kata orang tua jaman dulu khan, waktu maghrib adalah saatnya setan-setan keluar. Terlepas itu bener atau engga, emang ngeri sih jalanan pulang dari Crystal Bay ke Toyapakeh. Biasanya khan kalo di kebanyakan kota di Indonesia, kita lihat tuh bapak-bapak rapi pake sarung menuju ke masjid. Lah ini ga ada sama sekaliii. Ini yang bikin tambah parno.


"Apa yang spesial dari sunset kali ini?", tanya saya pada Tika.

"Kita bener-bener ngikutin momennya. Biasanya khan sibuk fotolah, inilah itulah", jawab Tika.

Sebelum pulang ke penginapan, kami mencari sesuap nasi untuk makan malam. Kalo kata Pak Rohani kemarin, kalo mau cari makanan halalan thoyyiban ya di sekitar Pelabuhan Toyapakeh aja. Di luar area itu, ada sih mungkin satu dua warung, tapi syusyah dan meragukan. Memang, pusat perkampungan muslim di Nusa Penida ada di sekitaran pelabuhan. Kalo mau cari makanan halal ya di sini tempatnya. Ada satu masjid di perkampungan muslim ini (dan satu-satunya masjid yang ada di Nusa Penida). Saat sedang mencari makan, melihat para bapak dan pemuda yang keluar setelah shalat berjamaah. Masya Allah. Menentramkan mata dan hati. "Allah tidak akan menghancurkan bumi-Nya selama masih ada yang menyembahNya. Masih ada hamba-hamba yang ingat pada-Nya, bersujud pada-Nya".

Kami menemukan gerobak jualan Nasi Rames ga jauh dari Pasar Toyapakeh. Yang buat kami yakin untuk beli di situ adalah ibunya yang jualan pake jilbab dan bapaknya pake peci wkwk sesederhana itu. Sampai di penginapan kami makan dengan lahapnya. Nikmat banget seporsi nasi dengan lauk seadanya; sayur jantung pisang, mie, tempe kering dan perkedel. Oiya sebenarnya di samping Losmen Tenang ada warung makan muslim, tapi mayan mahal harganya. Lebih baik hunting keluar sambil liat-liat kehidupan malam di dekat pelabuhan dan pasar Toyapakeh.

0 komentar:

Posting Komentar