Udara hangat
kota ini menerpa pori-pori kulit saya yang terlindung jaket. Walau malam hari, masih
saja tak terasa dinginnya. Benar-benar hangat. Jalanan tampak ramai dipenuhi
puluhan bahkan ratusan kendaraan yang berlalu lalang; entah akan kembali pulang
dari mudik lebaran atau sekedar menghabiskan waktu malam minggu bersama handai
taulan. Saya santai mengendarai motor sambil menikmati kota ini. Kota melabuh
rindu. Bandarlampung. Saya menikmati melihat orang-orang duduk di lesehan
pinggir jalan menikmati pecel lele maupun nasi goreng; saya menikmati melihat toko-toko
dan warung makan yang sudah buka kembali walau lebaran baru lewat berbilang
hari; saya menikmati melihat lampu-lampu jalan dengan hiasan Siger pada
tiangnya; saya menikmati apa yang diberikan oleh kota ini: rindu yang tunai
pada orangtua, saudara, kerabat dan sahabat-sahabat terkasih.
***
Sudah hampir
maghrib, di salah satu sudut foodcourt sebuah mall besar di Kota Bandarlampung.
Saya dan Ayu beberapa kali melihat hape, barangkali ada pesan masuk dari Esy. Sudah
dari jam 5 sore tadi kami janji bertemu, namun sampai menjelang Maghrib Esy
belum juga muncul. Tampaknya ibu satu itu masih ada kesibukan yang harus
dikerjakan. Tak lama berselang masuk pesan WA,
"mami
aku shalat dulu ya. Mami kita ketemu di gramed aja sih. Tapi kalo ribet ga papa
kita ketemu di CP, semoga diijinin *emotCrying"
Saya dan Ayu
hanya saling pandang… "hiaaah Esy lho mestiiii"
"Ayu
balesin pesan Esy ya. Yaudah gapapa ketemu di Gramed"
"Pulangnya
malem mi"
"Yaudah
gapapa tho, ga tiap hari ini"
Setelah itu
kami beranjak untuk mencari tempat shalat. Sebuah masjid besar di pinggir jalan
menjadi pilihan kami. Kami shalat kemudian meluncur langsung ke Gramedia
menemui Esy. Ternyata dia sudah berada disana. Beberapa kali Esy menghubungi
tapi saya tidak dengar, heheh. Akhirnya, ketemu deh! Seperti halnya Ayu, Esy
masih sama dari terakhir (itu hampir setahun lalu) kami bertemu. Masih shalihah,
masih ceria dan menceriakan, walau statusnya kini sudah menjadi nyonya. Tak ada
yang berubah dari dua adik shalihah ini.
Hmm, entah
kenapa, padahal tidak pernah kami rencanakan, pertemuan saya dengan dua adik
shalihah ini seringkali terjadi di toko buku. Toko buku, seperti menjadi tempat
yang sangat nyaman untuk kami meluruh rindu. Tempat terbaik (dengan bau-bauan
kertas dan musik relaksasi, serta suasana yang cozy) bercerita kehidupan kami
saat ini maupun mengenang kembali hal-hal indah yang pernah kami lalui bersama.
Waktu bertemu yang tidak sampai 1 jam itu, sesungguhnya
sangat tidak sebanding dengan tumpukan rindu yang sudah berbulan-bulan lamanya
saya kumpulkan. Ada banyak cerita yang masing-masing ingin kami sampaikan. Ada banyak
mimpi yang ingin kami bagi. Ada banyak doa yang akan kami amini bersama. Namun waktu
selalu tegas, tak pernah ia melambat walau hanya sepersekian detik.
Ah.
Tak apalah.
Melihat wajah shalihah mereka saja sudah menentramkan
hati. Allah tahu kita saling rindu, Shalihah. Biarlah Allah yang membebat
rindu-rindu kita. Walau hati masih berat untuk tak berjumpa kembali, walau
tangan masih ingin terus saling menggenggam, ikhlaskan. Semoga Allah memberikan
kembali kesempatan untuk bersua.
Menyayangi kalian karena Allah <3
Huahahaha ternyata mami yang cool diluar dalemnya bikin MELELEH !!!
BalasHapusHuaaaaa...... ketauannnnn!!!
Hapus