Selasa, 07 September 2021

Menyeberang dari Sendangbiru ke Pantai Waru-waru: A Half Day Vacation


Hari Minggu (5/09/2021) sekitar pukul 08.00, setelah memarkirkan motor di parkiran Tempat Pelelangan Ikan (TPI) saya dan Himmah beserta Leny berjalan beberapa meter ke arah gedung TPI lama. Kalo biasanya ke Sendangbiru untuk beli ikan, kali ini tujuan kami adalah sewa perahu untuk keliling pulau. Nampak beberapa orang nelayan sibuk dengan pekerjaannya. Kami bingung harus ke mana. Saya melihat seorang bapak mengendarai motor hendak keluar dari area itu. Refleks saya memanggil, "Pak mau tanya, kalo mau sewa perahu untuk nyebrang di mana ya?". Dengan sigap si bapak langsung turun dari motor (motornya ditinggal di tengah jalan dong wkwk) kemudian mencarikan kontak sewa perahu dengan bertanya pada beberapa orang di situ. Orang Indonesia baik-baik. Kami ditelponkan salah satu penyedia jasa sewa perahu dan menunggu beberapa saat. Sambil nunggu sambil ngeliatin perahu-perahu nelayan yang memenuhi perairan Sendangbiru.
 
Salah satu contact person persewaan perahu di Sendangbiru

Kondisi Perairan Sendangbiru pagi itu dengan kapal-kapal nelayan yang sedang tertambat
 
Tidak menunggu lama, bapak yang menyewakan perahu datang menghampiri kami. Harga sewa satu perahu 150K dan bisa memuat maksimal 15 orang. Ga perlu ditawar-tawar lagi karena memang udah fixed-price. Mo nyari ke persewaan lain juga bakalan segitu. Perahunya lumayan lebar. Karena kami tidak share cost dengan pengunjung lain (masih pagi -belum ada yang bisa diajakin share cost), lapang banget rasanya cuma dinaikin bertiga. Kami mengambil spot duduk masing-masing dan siap mengarungi rumahtangga lautan.

 
Perahu yang disewakan untuk membawa penumpang ini biasanya dimanfaatkan oleh pengunjung yang datang untuk mengantar-jemput di spot memancing (bapack-bapack biasanya tuh), sekedar keliling di perairan Sendangbiru ataupun mengantar ke Pulau Sempu. Pas awal ketemu bapaknya tadi beliau  bilang kalo kami akan dibawa melintasi perairan Sendangbiru, melewati rumah apung, Pantai Tiga Warna, kemudian menuju Pantai Waru-waru untuk berenang dan main air. Nanti di Waru-waru kami ditinggal dan kalo mau pulang tinggal hubungi bapaknya untuk menjemput. Bebas mau sampe sore juga geh.

Pantai 3 Warna

 Bapack perahu yang baik dan sabar

Apa yang kami lihat dari atas perahu masyaa Allah banget. This is too good to be true. Ga ekspektasi bakal dapat view secantik ini. Warna lautnya tuh ga cuma biru tapi juga hijau. Jadi auto kebayang perairan di Raja Ampat weee. Mirip! Perjalanan kami melewati beberapa pinggiran pantai. Ada satu atau dua buah kapal yang berlabuh (entah pemancing entah pengunjung). Dan saya ga sempat nanya sama bapak perahu apa kami bisa juga berlabuh di pantai-pantai yang kami lewati itu (ga bisa fokus gara-gara suara mesin kapal yang berisikkk).



 
Sekitar 20 menit perjalanan, akhirnya kami mendarat di Pantai Waru-waru. Pantai ini merupakan salah satu pantai yang ada di Pulau Sempu dan boleh dikunjungi. Saat kami datang masih sepiii banget. Cuma ada 2 rombongan. Asiiik! Demi melihat airnya yang begitu bersih dan tenang, udah pengen nyemplung aja. Tapi tunggu, isi perut dulu dengan bekal yang kami bawa dari rumah.


Bekal ayam laos, telur dadar dan sambal kecap

 
 
Pantai Waru-waru asik banget buat mandi-mandian. Tau sendiri kan kalo tipe pantai di Malang Selatan (kayak misal Batu Bengkung, Ngudel, Ngantep dkk) itu ga aman buat mandi karena langsung berbatasan sama samudera dan ombaknya gede bingit. BWAHAYA pokonya. Tapi engga begitu di Pantai Waru-waru. Ombaknya sopan banget hampir ga ada (karena terhalang pulau). Etapi pas agak siangan kami lihat ada mamas-mamas yang kena bulu babi *kayaknya (gatau juga ga kepo). Yah mo gimana gimana, jangan lupain doa masuk ke tempat baru sih ya... (A’udzu bikalimatillahittammati min syarri maa khalaq).
 
 
Jam 12 siang kami memutuskan untuk pulang (biar ga kesorean sampe di kontrakan). Setelah mengemasi barang bawaan yang tercecer ke seluruh penjuru mata angin dan mengumpulkan sampah, kami berjalan menuju tempat kami diturunkan pertama kali oleh bapak perahu (biar beliau ga bingung nyari kami). Di tengah jalan ketemu rombongan pemancing yang berlabuh di pantai dan ada beberapa pengunjung pantai yang 'nebeng poto' bersama hasil tangkapan mereka. Kami juga ikutan deh. Salah satu hasil tangkapannya adalah Hiu Tikus (ikan yang saya pegang). Saat di TPI dan melihat poster jenis-jenis ikan yang dilindungi, kami baru tahu kalau ikan Hiu Tikus termasuk yang dilindungi. Hmmm. Entah beliau-beliau para pemancing itu yang 'kurang tahu' kalau jenis ikan itu dilindungi atau sosialisasinya yang kurang, semoga kita (manusia) lebih bijak dan bisa menahan diri (dan hawa nafsu) dalam keterlibatan punahnya salah satu makhluk hidup di muka bumi ini (abot wes aboot).

 
Lanjut lagi jalan kaki. Tidak sampai 20 menit menunggu, perahu tumpangan kami sudah datang menjemput. Pas banget kayaknya kami pulang saat itu karena yang datang ke pantainya sudah semakin ramai, pake banget. Udah gak private beach lagi deh.

 Kondisi pantai saat kami pulang dijemput perahu

Saat pulang tidak hanya kami bertiga saja di kapal. Ada beberapa orang pemancing yang dijemput oleh kapal kami. View pas pulang benar-benar memanjakan mata. Langitnya ceraaah banget. Tadi yang pas berangkat kan ga terlalu cerah tuh; Itu aja udah bikin ternganga, apalagi pas cerah gini. Masya Allah.


 
Melengkapi keseruan kami hari itu, setelah turun dari perahu saya ajak Himmah dan Leny untuk makan siang ikan bakar di sekitar TPI. Sebenarnya pengen yang tempatnya rada bagusan dikit view-nya, pinggir jalan gitu. Tapi rada pesimis bakal nemu karena PPKM banyak banget warung makan sekitaran JLS yang tutup (kasian ya Allah). Ketemu deh satu warung di samping gedung TPI lama (pardon me lupa nama warungnya). Kami tanya harga ikan tuna bakar. Per kilonya sekitar Rp 70.000 dengan ukuran yang lumayan besar. Ih kebanyakan deh kalo untuk kami bertiga (dan kemahalan wkwkw). Akhirnya tanya lagi sama ibu warungnya ada ikan yang lain atau enggak. Ada ikan salem per kilonya Rp 50.000. Oke Bu itu aja (kami pesan setengah kilo). Pas di porsi (dan di kantong). Menunggu sekitar setengah jam lebih akhirnya pesanan kami datang (rada lama nunggunya karena proses pembakarannya). Overall, ikan bakarnya mantap. Bakarannya pas dan ga gosong; bumbunya meresap. Sambalnya mentahnya juga enak banget (bisa request sambal tomat atau sambal kecap). Saking enaknya sambelnya (dan saking ga modalnya kami), sambal yang ga habis kami bawa pulang untuk makan di kontrakan nanti wkwkw.

Ikan salem bakar + lalapan + sambal seharga 30K

Ada banyak cara untuk menikmati suatu tempat. Sendangbiru bukan hanya tempat untuk borong ikan. Kita bisa keliling naik perahu dan ternyata bisa ketemu pantai yang jernih dan bersih (dan tenang dan aman). So far, menurut saya Pantai Waru-Waru adalah pantai untuk mandi terbaik, teraman dan ternyaman di Malang Selatan. Tetep jaga keasriannya kalo berkunjung ke sana ya. Dan bawa kembali sampahmu!

0 komentar:

Posting Komentar