Rabu, 29 Juli 2020

Tangkahan Ecotourism : Hidden Gem di Kabupaten Langkat Sumatera Utara


Pertama kali tahu tentang Tangkahan, itu dari Tika (tahun 2017). Waktu itu Tika bilang gini, "nanti kalo Mbak main ke rumah Tika, Tika ajakin ke Tangkahan". Menurut Tika, kampungnya gapunya tempat wisata yang worthed it. Jadi satu-satunya tempat yang sekiranya 'pantas' untuk ngebawa teman jauh kesana ya Tangkahan itu. Bahkan ketika Tika menjelaskan tentang Tangkahan, it just like..."tempat biasa, sungai-sungai gitu; kita bisa mandi di sana". Itu aja. Terus coba deh nyari tempatnya lewat tagar di Instagram, eh kayaknya tempatnya ga 'sebiasa' yang Tika ceritain deh. Inimah bagus 👀 Kemudian setelah benar-benar ngikuti beberapa akun pariwisata Sumatera Utara, apalagi setelah liat banyak bule yang datang ke tempat itu sambil mandiin gajah, whoaaa surga tersembunyi! (di Thailand ada paket wisata yang salah satu itinerary-nya mandiin gajah gitu - Elephant Jungle Sanctuary Chiang Mai). Lalu belum lama ini juga Mas Rangga-nya Cinta (Niko Saputra) syuting di sana.

Pas Tika mau walimatul 'urs Agustus 2019 kemarin, Alhamdulillah Allah kasih kesempatan untuk bisa ke Sumatera Utara lagi (sebelumnya Juni juga kesana dalam rangka Trip Sumatera, tapi belum sempat ke Tangkahan). Awalnya saya pengen banget ke Danau Toba; udah matang banget rencananya (sewa motor, penginapan dan sebagainya), yah calon pengantin gamau dong; takut kenapa-kenapa. Baiklah manut. Mungkin karena Tika kasihan sama saya yang ga kemana-mana, akhirnya diajak deh ke Tangkahan. Tika akad hari Minggu, kami ke Tangkahan H-3 (hari Rabu, wkwk).



Setelah melalui jalanan aspal yang halus (tapi banyak ranjaunya -kotoran sapi), kemudian jalanan berbatu yang bikin jiwa badan kami tergoncang, kemudian jalanan tanah di perkebunan sawit yang amat luas, sampailah kami di pintu masuk Tangkahan. Total perjalanan dari rumah Tika di daerah Tanjung Putus, Padang Tualang sampai ke tempatnya sekitar 2 jam perjalanan motor. Oiya kalo berkunjung ke Tangkahan, pastikan kendaraan fit dan isi penuh bensin. Daerah yang kita lalui adalah perkebunan sawit yang semakin menjauh dari peradaban. Bisa gawat kalo kenapa-kenapa.

Oiya saat berangkat tadi saya dan Tika duluan pergi. Walau Tika udah pernah ke Tangkahan sebelumnya, tapi saya gamau berharap terlalu tinggi kalo dia akan ingat perjalanan menuju kesana 😑 Kami menyetel Maps. Pas udah mau sampai tempatnya, baru kemudian Yogi dan Sutri (adik dan sepupu Tika) menyusul.


Tangkahan Ecotourism tepatnya berada di Namu Sialang, Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat. Jika ditempuh dari Kota Medan akan memakan waktu kurang lebih 3,5 jam. Jauh ya? Iyasih, tapi terbayar sama semua pengalaman yang bakal kita dapat di sana. Sampai di loket pintu masuk, kami bukan hanya disambut oleh petugas tetapi juga deretan durian yang dijajakan 😍😍😍 membuatku bahagiaaa (!) Tanpa basa-basi saya langsung mendekati doi (baca: durian). "Itu durian asli Tangkahan, Mbak", kata bapak di loket tiketnya. Udah ga berpaling lagi pandangan saya dari buah berduri ini. Tanpa banyak mikir lagi, langsung hajaaar. Ya Allah, enaknya...😣 Durian Sumatera emang ga perlu diraguin rasanya.


Setelah sesi makan durian yang sangat memuaskan itu (harganya murah dan rasanya juara), kami segera membayar uang masuk (5K atau 10K ya per orang? Saya lupak wkwk). Parkiran sangat sepi; Sepertinya pengunjung hari itu hanya kami dan satu mobil berisi 2 orang bule dan seorang pemandunya. Kami segera bersiap untuk menjelajahi hutan luas di depan sana (ngebayangin ketemu gajah, badak, rusa, kuda nil, harimau, haish!).

Nampak di kejauhan jembatan gantung yang epik sekali; tidak sepanjang yang ada di Sukabumi (Situ Gantung) tapi cukup seru. Di bawahnya terdapat aliran sungai yang sangat lebar dengan beberapa bule yang sedang menikmati river tubing. Wah udah ga sabar nih. Jom!




Setelah menyeberang jembatan gantung, kami sedikit trekking melewati rerimbunan hijau menuju pinggiran sungai yang enak dibuat santai sambil mandi-mandian. Ada satu tempat yang nampaknya pas banget dengan yang kami cari; tapi kami harus menyeberangi sungai. Untung aja dangkal; Belum apa-apa dari bawah sampai lutut sudah basah pakaian kami. Airnya segar sekali masyaAllah! Kontras sama cuaca di Langkat yang panasss.



Ekowisata Tangkahan merupakan wilayah hutan lindung seluas belasan ribu hektar yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser. Karena sangat luas, tentu saja kaya akan flora dan fauna khas. Karena niat kesana kemarin itu cuma mau liat gajah mandi, jadinya datang seadanya aja (dengan kantong seadanya juga hehe). Kalo mau, kami bisa menyewa jasa pemandu setempat untuk menjelajahi hutan. Pasti bakalan seru banget sih (okay insyaAllah next kalo kesini lagi).

Demi melihat air jernih dan dangkal di hadapan, saya yang awalnya gada niatan mau mandi, ga tahan liat airnya yang jernih banget (sampe tosca gitu warnanya). Nyebur deh walau ga bawa baju salin. Musim kemarau menurut saya adalah waktu yang tepat untuk main air di sini karena kalo udah mulai musim hujan air sungainya bakalan membludak dan keruh.



Saat berangkat tadi, saya sudah menghilangkan jauh-jauh keinginan untuk bisa melihat gajah mandi. Waktu gajah mandi biasanya kalo ga pagi ya sore hari. Karena kami berangkat siang (sampai di sana waktu Zuhur), yaudah deh. Lagi enak-enak santai di pinggiran sungai, tiba-tiba ada seorang pawang menggiring 2 ekor gajah ke arah kami. Whoaaa😍 Jujur saya seneng banget.

Melihat langsung gajah mandi dari dekat menjadi sensasi tersendiri. Kita juga boleh memberi makan si gajah lucu. Kami diberikan kesempatan oleh bapak pawang memberikan kulit durian yang tadi kami bawa. Sebahagia ini bisa ketemu gajah (katakanlah) di hutan langsung; Yah walaupun ada pawangnya.


Kenapa ya gajah pake mandi segala? Ayam, kambing, sapi yang jadi santapan manusia aja ga perlu pernah mandi. Ternyata, Allah mengilhamkan gajah mandi untuk mendinginkan badannya. Kebayang gasih kulit gajah yang keras kaku itu terus-terusan terpapar sinar matahari? Nah kalo musim kemarau dan ga ada air, gajah mendinginkan badannya dengan menggunakan debu. Pintarnya gajah; Debu disemprotkan ke seluruh tubuhnya guna melindungi kulitnya dari sinar matahari juga dari gigitan serangga. Wallahu 'alam. Gitu sih kalo yang saya baca di internet.


Setelah melihat gajah mandi, kami ketemu gajah lagi 🐘 Kali ini gajahnya sedang membawa rombongan bule untuk jungle tracking; mengelilingi hutan dengan menunggang gajah. Ini adalah salah satu paket wisata yang ditawarkan di Tangkahan. Pengunjung bakal dibawa masuk ke hutan, mengenal lebih dalam flora dan fauna yang ada di dalamnya. Bukan hanya itu saja; Pengunjung juga akan dibawa ke tempat-tempat indah tersembunyi seperti air terjun yang ada di hutan Tangkahan. It must be sooo fun!

Kalo liat di Instagramnya @tangkahanecotourismofficial, ada banyak hal seru yang bisa kita cobain di Tangkahan. Selain jungle tracking, ada juga river tubing dan paket family camping. Selain itu pengunjung juga bisa menginap di cottages yang disediakan. Ih seru lah pokonya! Pantes aja walau banyak wisatawan dalam negeri yang belum familiar sama tempat ini, tapi wisatawan mancanegara yang datang cukup banyak.



Setelah puas main air dan ketemu gajah, saatnya pulang. Kami gamau pulang terlalu sore karena bakal serem di jalan nanti, hiyyy. Overall, tepat banget kalo Tangkahan ini disebut surga tersembunyi di Sumatera Utara. Dengan segala keseruan dan pengalaman yang bakal kita dapat di sana, Ekowisata Tangkahan menjadi tempat wajib kunjung setelah Danau Toba. Biidznillah, pokoknya harus kesini lagi. "Nanti kalo kita udah sama-sama berkeluarga, punya anak, kita family camping yaaa di sini", pesan saya ke Tika. Pokonya Tangkahan ini adalah tempat dimana saya ga banyak berekspektasi, tapi sama Allah dikasih di luar ekspektasi. Alhamdulillahiladzi bi ni'matihi tathimushalihaaat.

0 komentar:

Posting Komentar