Rabu, 15 Januari 2020

Tentang Mamak dan Bapak


Se-tidak sempurna-nya orang tua kita (yang kita pikir), mereka adalah dua orang terbaik di dunia yang Allah berikan pada hidup kita. Tidak ada bandingannya. Seiring berlalunya waktu, semakin bertambah usia, semakin terasa besarnya rasa kasih dan sayang yang Allah limpahkan melalui dua sosok hebat tersebut. Apalagi ketika jauh dari rumah (merantau). Mamak dan bapak adalah orang tua hebat. Melalui tangan hangat mereka berdua, besarlah kami ketiga anaknya dalam bingkai kemandirian. Tak cukup waktu untuk menceritakan nilai-nilai kebaikan yang mereka ajarkan dan contohkan pada kami, anak-anaknya.

Mamak… Adalah wanita paling hebat di hidup saya. Menyayangi tanpa banyak berkata, adalah ciri khas mamak. Beliau adalah sosok yang cerdas, tegas, dan cepat dalam mengambil inisiatif. Ada jutaan puisi dan lagu yang dicipta untuk sesosok mulia bernama ibu, tapi itu tak pernah sama. Kita tak pernah kehabisan kata untuk mengungkap cinta pada seseorang yang pada telapak kakinya Allah letakkan surga.

Mamak mungkin tak seperti ibu-ibu lain yang selalu mengucap kata cinta dan sayang untuk anak-anaknya. Bukan ibu yang tiap pagi mengecup kening anaknya. Bukan ibu yang melakukan hal-hal "lembut" lainnya pada anaknya. Mamak biasa saja. Berkali-kali saya dan Mas Ipul atau Ulfa jadi juara kelas, beliau bukanlah orang yang bilang, "selamat ya nak, kamu hebat. Mamak bangga punya kamu". Bukan. Bahkan ketika saya wisuda diploma tahun 2012 lalu, saat saya dinobatkan menjadi Wisudawan Terbaik 1, mamak biasa saja. Tidak ada ucapan, tidak ada kata.

TAPI… Sungguh, saya tidak butuh semua yang saya tulis di atas barusan. Tanpa melakukan semua hal di atas, mamak sudah cukup untuk dikatakan sebagai "ibu terbaik di dunia". Dibalik "biasa saja-nya" mamak, saya tahu ada bahagia yang begitu membuncah di dadanya ketika mengetahui kami anak-anaknya menjadi juara kelas. Dibalik "biasa saja-nya", beliaulah orang yang paling bahagia ketika tiba waktunya anaknya mudik pulang ke kampung dan memasakkan kesukaan anaknya. Dibalik "biasa saja-nya" mamak, beliau adalah orang yang selalu mengecek pakaian saya ketika saya mudik ke rumah (ada yang bolong-bolong atau robek, kemudian tanpa bertanya langsung beliau jahit). Dibalik "biasa saja-nya" mamak, beliau adalah orang pertama yang memastikan semua baik-baik saja untuk anak dan keluarganya. masyaaAllah tabarakallah. Mudik ke kampung, menikmati semua masakan beliau, atau hanya sekedar mengantar belanja ke pasar, menjadi waktu-waktu yang selalu saya rindukan. 

Bapak… Adalah lelaki paling hebat di hidup saya. Bapak adalah seorang penyabar. Beliau selalu memberikan kebebasan untuk kami anak-anaknya melakukan atau memutuskan sesuatu yang kami inginkan (tentunya masih dalam koridor syar’i dan bertanggungjawab). Dibalik semua kekurangannya, saya tahu bapak selalu berusaha dan mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ada banyak momen bersama bapak yang akan selalu ingat seumur hidup. Saat beliau dengan motor tuanya yang asap knalpotnya seperti orang mau fogging DBD (hehe) mengantar saya ke kampus setiap hari. Saat masih sekolah dulu, ketika beliau mentraktir kami anaknya yang juara di kelas untuk makan bakso di pasar. Ketika beliau menyuruh kami tiap malam untuk membaca Surah Al-Mulk sebelum tidur dan perbanyak membaca Surah Luqman dan As-Sajdah. Bapak yang penyabar, bapak yang ga pernah menuntut, bapak yang selalu nrimo, bapak yang selalu lembut dan tak berkata kasar pada kami keluarganya, bapak yang sudah menjadi contoh dan teladan untuk anak-anaknya.

0 komentar:

Posting Komentar