Selasa, 23 April 2019

Cerita Perjalanan Malang - Nusa Penida Murah dan Hemat


Tanpa sadar, gaya traveling kita 'hanya' mengikut dari satu pejalan lalu pejalan lainnya. Banyak orang pergi kesana, kita juga ingin kesana. Tanpa viral di media sosial, akankah tergerak hati kita untuk pergi ke suatu tempat?

Akhirnya menjejak pulau yang ingin saya datangi dari 2 tahunan lalu. Rasa mual masih mendera. Serasa dikocok-kocok perut ini. Perjalanan fast boat Maruti Express dari Pelabuhan Sanur ke Nusa Penida yang memakan waktu sekitar 45 menit perjalanan, sukses membuat saya dan Tika mabok alias teler alias tak berdaya menghadapi kenyataan *lebay (Alhamdulillah ga sampai huek-huek). Jangan dibayangkan perjalanan dengan fast boat akan seindah di layar kaca; Sepasang kekasih ala-ala Di Caprio dan Kate Winslet, pake baju hawai plus kacamata hitam, bermesraan diterpa angin laut PLAK! Yang ada, nyebut aja sepanjang perjalanan. Belum lagi tangan sampe sakit pegangan ke kursi. Allah, cobaan macam apa ini? Keasyikan mengikuti alur kapal, saya jadi ngantuk kemudian lelap. Kalo ga karena efek Dramamine yang kami minum tadi, mungkin sudah benar-benar keluar isi perut.
***

Perjalanan ke Nusa Penida kali ini masih bersama Tika Sari anaknya Pak Rois (makasih ya udah mantepin pergi ke sini, kalo ga, rencana hanya jadi rencana). Kami berangkat dari kosan Arrifah setelah menunaikan hak pilih alias nyoblos di tanggal 17 April 2019. Jam 3 sore lebih dikit, setelah shalat ashar kami menuju garasi bus Midas di Batu. Kenapa pilih Midas? Jawaban dari budget traveler tentu saja karena murah. Hidup murah! Ya. setelah survei, harga bus ini paling murah dibanding moda penyedia perjalanan Malang - Bali lainnya, hanya 170K. Harga segitu sudah dapat snack dan 1 kali makan.

Awalnya, ada beberapa alternatif yang sudah saya siapkan untuk perjalanan ke Bali kali ini. Mutus-mutus alias ngeteng bisa murah banget, rutenya: Naik kereta Malang - Banyuwangi (62K), terus naik kapal laut di Pelabuhan Ketapang - Gilimanuk (6,5K), dilanjut naik bus kecil ke Terminal Ubung (30-40K). Murah, khan? Tapi banyak bahayanya kalo dilihat dari sudut pandang cewek. Sampe pelabuhan tengah malam, terus jalan kaki ke terminal nyari-nyari bus yang belum pasti adanya. Udah deh, cari yang aman aja naik bus langsung.

Sampai di garasi Batu, bus sudah siap untuk berangkat. Kami naik, eh busnya gerak (berarti tinggal nunggu kami aja). Langsung duduk di kursi yang sudah kami pesan. Kesan pertama, rada panas. AC mana AC? Busnya agak tua untuk tidak dibilang 'ga bagus lagi'. Kaca depan bus retak seperti bekas terkena lemparan batu, entahlah. Tivi di atas kemudi sopir hanya menyisakan jejak bekas dudukannya saja, tivinya sudah ndak ada lagi. Kursinya mayanlah reclining seat. Satu hal yang paling bikin ga nyaman adalah pendingin udaranya, keciiil banget. Gerah kali kurasa. Kalo kata pepatah Jawa: ono rupo, ono rego. Jangan berharap dapat fasilitas yang ena-ena kalo bayarnya aja murah -_-

Kurang lebih jam 4 sore, bus bergerak meninggalkan Kota Batu. Penumpang sudah lebih dari setengah yang menempati bangku. Saya kira bus ini akan langsung melaju menuju Bali. Ternyata masih menjemput beberapa penumpang di beberapa titik. Dan tidak kuduga, masih ke Terminal Arjosari! Oh my... Cukup lama kami ngetem di terminal. Menjelang maghrib, baru bus berangkat. 

Gelisah, kegerahan di dalam bus. Tika udah ga sadarkan diri dari mulai berangkat tadi. Udah mimpi sampe kemana entah. Saya sesekali tertidur kemudian bangun lagi. Masuk Pasuruan, ternyata bus masuk jalan tol. Saya katrook sendiri! Apa cuma saya di muka bumi ini yang baru tau kalo ada jalan tol dari Pasuruan menuju Banyuwangi (ada 2 ruas tol yaitu Paspro dan Probowangi). Ya Allah, asiik. Bakalan cepat deh perjalanan ini. Saya yang pernah road trip pake motor ke Banyuwangi, tau dikitlah gimana ramenya jalur Malang - Pasuruan - Probolinggo sampe Banyuwangi. Ternyata di Probolinggo bus keluar tol karena nantinya akan berhenti di rumah makan di daerah Pasir Putih Situbondo.

Hampir masuk Situbondo, akhirnya ngalamin liat PLTU Paiton yang bagus banget lampu-lampunya kalo malam hari. Sampai di rumah makan, kami langsung antri untuk mengambil jatah makan. Tika gamau makan (bukan pelaku diet, tapi takut mabok). Dari rumah, kami sengaja bawa wadah nasi. Jadi, jatah makan Tika bisa dimasukin ke wadah nasi untuk sarapan kami besok pagi, pinter khan? Heuhue. Menunya sederhana saja: nasi dengan sayur sop, lauk ikan goreng plus sambal kering tempe dan segelas teh panas. 

Sejam kemudian bis memasuki Pelabuhan Ketapang Banyuwangi untuk menyeberang ke Gilimanuk. Saya mengajak Tika keluar menuju dek. Semenjak kejadian kapal terbakar di Merak dulu, penumpang bus dihimbau untuk tidak berada dalam kendaraan saat kapal berlayar. Jarak antara Pelabuhan Ketapang dengan Gilimanuk sesungguhnya tidaklah jauh (bahkan keliatan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya). Jam 00.15 wib atau kalau masuk wilayah Bali otomatis maju satu jam berarti jam 1 lewat, kapal merapat. Dari Gilimanuk menuju Terminal Mengwi masih akan panjang perjalanannya, sekitar 3 jam. Saya terlelap lagi.

Fyi, mulai tahun 2017 lalu, semua bus AKAP diharuskan untuk berhenti di Mengwi (Tabanan), tidak lagi di Ubung (Denpasar). Niat pemda bagus sih, cuma agak menyulitkan bagi traveler yang sebagian besar tujuannya ke Denpasar. Sebelumnya saya sudah tanya ke kondektur bus apakah boleh turun di garasi Midas di Denpasar, jawabannya ndak bisa karena nanti di Mengwi akan ada pemeriksaan. Baiklah, sebelumnya memang sudah saya antisipasi. Cari info sana sini karena agak 'ngeri' baca cerita di beberapa blog tentang pengalaman mereka di Terminal Mengwi. Jadi kalo mau ke Denpasar bisa naik Grab, dengan catatan pesannya jauh di luar stasiun dan ongkosnya lumayan diatas 50K (mobil), atau naik angkutan Sarbagita yang mulai beroperasi pukul 7 pagi dengan biaya hanya 7K saja.

Jam 3 subuh bus kami masuk ke Terminal Mengwi. Saya membangunkan Tika. Orang-orang banyak turun tapi ada beberapa penumpang yang tetap di bus namun 'sembunyi' dalam artian menuju belakang bus biar ga keliatan pas pemeriksaan. Saya masih plonga plongo ngumpulin nyawa. Pak sopir agak ngegas ngomong ke saya, "sampeyan tiduran aja, Mbak". Ternyata bapaknya baik, mau membawa kami ke Denpasar. Tapi saya terlalu polos, bukannya agak tiduran (biar ga keliatan petugas), malah tongol-tongol aja kepalanya wkwk. Alhamdulillah, satu yang kami khawatirkan tidak terjadi. Jadilah kami ikut bus Midas sampai garasinya di Denpasar.

Kota Denpasar di jam 4 pagi ternyata sudah ramai. Kendaraan banyak berlalu lalang di jalanan. Sampai garasi Midas, Tika shalat subuh. Ada toilet umum dan mushola kecil yang bisa kita pakai. Mau mandi juga bisa. Tapi saya terlalu malas pagi itu, bahkan untuk nyentuh air buat cuci muka. Udah agak terang, kami pesan Grab. Jaraknya agak jauh tapi kami cuma bayar 9K (promo OVO). Awal naik mobilnya, agak serem (bapaknya kami kira orang aseli Bali). Bapaknya diem aja lagi. Ga lama di perjalanan bapaknya muter lagu kayak shalawat gitu, terus Maher Zain. Eh. Abis itu mulai cair deh, bapaknya nanya-nanya. Ternyata beliau aseli Banyuwangi. Kami bercerita panjang lebar sampai akhirnya tiba di Sanur. Bapaknya menawarkan untuk berhenti di Pantai Matahari Terbit. Ashiaaap! Saya sama Tika kegirangan turun dari mobil bergegas menuju pinggir pantai. Kami sudah kesini tahun 2017 lalu and that was amazing! Hampir jam 6 pagi tapi mataharinya belum muncul. Kami sedikit merileks-kan badan, memperhatikan beberapa orang yang ada di situ, tidak ramai hanya beberapa. Jam 6 lewat, yang ditunggu kemudian muncul.


Ini kedua kalinya berada di Pantai Matahari Terbit. MasyaAllah. Senang banget. Datang ke tempat yang sama dengan orang yang sama, namun dengan feel berbeda. Ini adalah salah satu pantai dengan sunrise terbaekkk. Allah kasih kesempatan untuk kesini lagi dengan orang yang dulu kudzalimi wkwkw! 


Puas menikmati detik demi detik matahari naik. Setelah itu kami sarapan dengan bekal yang kami bawa di pinggir pantai. Setelah itu sekitar jam 7 pagi kami berjalan kaki menuju Pelabuhan Sanur untuk beli tiket nyebrang. Awalnya mau dipesankan dulu sama Bu Siti, pemilik Homestay Tenang yang kami booking penginapannya di Nusa Penida. Tapi karena saya kurang yakin (takut kesiangan sampai di Sanur), akhirnya belum jadi dipesankan.

Pagi itu Pelabuhan Sanur sudah dipenuhi penduduk lokal dan wisatawan yang akan menyeberang. Rame. Mungkin karena jadwal paling pagi. Saya menuju loket Maruti Express, sesuai arahan Bu Siti kemudian langsung memesan untuk 2 orang. Biaya yang harus kami bayar sebesar 150K. Setelah itu kami menunggu di ruang tunggu yang sudah disediakan. Ada banyak fast boat tersedia untuk menyeberang ke Nusa Penida, Lembongan atau Ceningan. Jadwal penyeberangan paling pagi jam 7.30. Ga sampai setengah jam, petugas mengarahkan kami untuk naik ke kapal. Basah hiks, langsung naik dari pantai ga lewat dermaga.

Beachwalk Sanur menuju loket-loket penyedia jasa penyeberangan ke Nusa Penida

Penumpang menunggu fast boat
Saya memilih tempat duduk nomor dua dari depan. Di depan kami sepasang bule yang sudah berumur (masih romantis aja oma opa). Tika nih begitu mesin kapal hidup dan siap jalan, otomatis langsung merem matanya, bisa gitu ya? Suara-suara riuh penumpang kalah sama mesin kapal. Saya mencoba sok tegar lihat ke arah luar. Ombaknya lumayan besar. But it's okay, udah teruji nyalinya pas perjalanan perahu menuju Pulau Padar waktu itu *sombong.

Alhamdulillah perjalanan 'mengerikan' naik fast boat berakhir. Yeay sampe! Langsung membuka mata lebar-lebar menyaksikan biru dan jernihnya air laut di Pelabuhan Toyapakeh. Masih oleng, Bu Siti menghubungi saya mengabarkan akan ada yang menjemput kami. Baru keluar dari dermaga, ada seorang mamas yang menghampiri kami. "Bu Siti Losmen Tenang?" Iyaa. Langsung saja kami mengikuti dari belakang. Losmen Tenang yang sudah saya booking dari lama ini letaknya ga jauh dari Pelabuhan Toyapakeh (e dibaca kayak di kata elang). Saya baca beberapa tulisan tentang penginapan murah, Losmen Tenang punya Bu Siti ini banyak direkomendasikan. Ada beberapa pilihan kamar. Kami pilih yang harga 150K dengan fasilitas kipas dan kamar mandi dalam. Bu Siti juga menyediakan motor untuk disewa. Perhari 75K dengan bensin full. Kalo mau hubungi Bu Siti bisa langsung WA ke nomor beliau langsung 087861098228. InsyaAllah fast respon!

Sampai di Losmen Tenang, kami langsung menenangkan diri. Masih kerasa guncangan dan goyangan kapal. Ya Allah. Masih jam 10 pagi dan kasur terasa sangat indah.

0 komentar:

Posting Komentar