Kamis, 07 Juli 2016

Ramadhan 2016: First Day

Segala puji hanya milik-Nya, Rabb semesta alam...
Ia pertemukan kembali dengan penghulu segala bulan, Ramadhan kariiim.
Kening ini tersungkur bersujud, ucapkan syukur atas kesempatan yang Allah berikan untuk membersihkan diri setelah selama 11 bulan kemarin berjibaku dengan debu-debu dosa yang makin lama makin menebal.

Alhamdulillahiladzi bini'matihi tathimusshalihaat

***

Gema adzan Isya' berkumandang dari Masjid Insan Karim. Penghuni kontrakan Ar-Rifah masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing, sembari mempersiapkan diri untuk bergegas ke masjid. Yap! ini teraweh hari pertama, meeen! Excited. Adzan hampir berakhir, satu per satu dari mereka keluar dari kamar; sekedar memperbaharui wudhu atau wudhu lagi, juga mengenakan mukena terbaik yang dimiliki (yang cuma atu-atunya itu).

***

"Ayok ayok kita ke masjid", seru saya pada bocah-bocah. Miftah (yang baru saja keluar dari rawat inap rumah sakit -semoga Allah ampunkan dosa-dosanya dengan sakitnya) tampak mengumpulkan segala daya upaya bersiap melaksanakan tarawih ke masjid. Nenab dan Iha masih sibuk sendiri di kamar -entah ngapain. Nita bolak-balik keluar kamar sambil membawa segelas air hangat. Adzan Isya' sudah berakhir. Saya, Nenab, Iha, Miftah sudah siap berangkat. Nita masih sibuk sendiri (sebenarnya kenapa tho ya bocah ini?). Usut punya usut, ternyata Nita mengurusi Sintya yang lagi "mabok" (baca: muntah-muntah masuk angin). Beberapa hari kemarin Sintya memang sedang tidak stabil kondisi kesehatannya. Ditambah makan aneh-aneh dan pergi malam, kumat lagi deh sakitnya.

"Ta, kamu dirumah aja ya urusin Sintya. Kasian dia kalo ditinggal sendirian di rumah kita ke masjid semua", bujuk saya ke Nita. Nita diam saja, tapi tatapannya tampak menjawab bahwa dia juga ingin ke masjid. Nenab sudah 'menyerah' duluan, "aku gabisa Mbak kalo ngurusin orang muntah-muntah". Bingung. Hey, siapa yang mau melewatkan shalat tarawih pertama berjama'ah di masjid setelah berbulan-bulan lamanya merindu? Tapi, siapa juga yang tega meninggalkan saudaranya yang sedang sakit sendiri di rumah?! Semakin bingung. Bocah-bocah sudah siap tinggal melangkahkan kaki ke luar rumah. Disisi lain Sintya semakin hebat mabuknya. Satu per satu mendekati Sintya. Miftah memijit punggungnya, Nita memberikan minum air hangat dan obat pereda mual. Saya, Nenab dan Iha hanya menatap dari pintu sambil sibuk komen sana sini.

Iqamat terdengar berkumandang. Kami semakin bingung. Sebagai seorang 'tetua' (halah) akhirnya saya coba berikan win win solution. Baiklah, "kita shalat di rumah semua aja ya". Bocah-bocah sepakat. Okay akhirnya shalat tarawih pertama kali di Ramadhan 2016, kami lakukan di rumah Ar-Rifah tercintah! hiaaah. Merasa bertanggungjawab atas solusi yang saya berikan, akhirnya saya yang mengimami mereka shalat (Isya' plus tarawih). Saya ga tega meminta Miftah untuk menjadi imam dikarenakan kondisinya yang masih lemah.

Baru mau takbiratul ihram, Sintya memanggil dari kamar. Bubar deh formasi kami yang sudah siap shalat. Dia muntah-muntah lagi. Setelah beberapa saat kondisi nya mulai membaik, kami kembali ke ruang tengah untuk melaksanakan tarawih. Amannn...

Mulai shalat tarawih. Takbiratul ihram, lancaaar... (Sintya tidak memanggil lagi). Al-fatihah, lancar... Selesai Al-Fatihah saya baca, tiba-tiba NGEONGGGGGGGG!@#$%^&* Mar'ah muncul dari ruang depan sambil mencakar-cakar sajadah nganggur dekat kami shalat (i called it MAR'AH MENGGILA). Saya sudah kehilangan konsen nih. Dari situ, tuh kucing tiba-tiba berlari ke arah sajadah kami. Kontan saja, bobol pertahanan saya! Bubarrrrrrrrrr shalatnya!!! Nita, Nenab, Iha, kacau semua... Miftah masih tampak tenang, namun kemudian karena kehilangan imam, dia juga membatalkan diri.

[AMPUNI KAMI YA ALLAH]

Saya paling gabisa kalo ada noise saat shalat, huhuhu... mesti batal!

Mulai tarawih kembali. Tapi sebelumnya pintu kami amankan semua biar Mar'ah ga masuk. Fiuhhh. 4 rakaat pertama, aman. Disusul 4 rakaat kemudian. Selesai sudah tarawih kami malam itu. Bubar untuk mengerjakan kesibukan masing-masing. Saya kembali ke kamar untuk mengerjakan laporan denda. Sedang khusyu'nya menghitung, panggilan masuk dari WA. Tiada yang lain yang menghubungi saya selain my beloved, Mamak.

"Udah teraweh?"

"Udah tadi, tapi di rumah. Ada yang lagi sakit"


"Besok saur pake apa?"


"Pake telor. Tadi bocah-bocah beli amunisi telor sekilo"


"Hahaha!"


"Di rumah masak apa Mak?"


"Motong ayam tadi. Liat rempelo ati nya inget kamu"


"Huhuhu"


***

Ini adalah Ramadhan kali ke-empat yang saya jalani tidak di rumah. Tahun 2013, saya berada di Kampung Inggris, Pare. Tahun selanjutnya sampai saat ini, menghabiskan waktu Ramadhan bersama saudari-saudari shalihah di rumah Ar-Rifah, Malang. Awalnya tidak ada sedikitpun terbayang dalam benak saya ber-Ramadhan tidak di rumah. Anak rumahan sejati, meeen! Hingga akhirnya negara api menyerang (halah!). Dirumah, di kontrakan atau di bumi manapun kamu menjalankan bulan mulia ini, itu tidaklah menjadi soalan selama kamu bisa memanfaatkan momen 'hunting pahala' dengan sebaik-baiknya. Yooo man...

0 komentar:

Posting Komentar