Sabtu, 20 Juni 2015

My (New) Heart Belong To...

Credit picture : http://www.thestayathomemother.com/sites/default/files/u3/home_sweet_home.jpg
Hingga detik ini, kalau dihitung dengan jari, maka hampir genap sepuluh jari terpakai untuk menghitung bulan-bulan yang kuhabiskan bersama mereka, saudara-saudara baruku di kontrakan Ar-rifah. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Dan aku anggap mendeklarasikan tulisan ini sebagai wujud cintaku, semoga Allah tuliskan sebagai sebuah kebaikan.

Aku teringat sebaris syair milik Imam Syafi'i pernah yang kubaca beberapa tahun belakang, .."Merantaulah, kau akan dapat pengganti dari orang yang kau tinggalkan (kerabat dan kawan)...". Kini sebaris syair itu nampaknya tengah mewujud dalam perantauanku di Kota Malang, perantauan yang mengantarkanku pada sebuah rumah bernama Ar-Rifah, kontrakan mahasiswa di salah satu sudut Kota Malang. Di sini aku harus tinggal dan membersamai saudara-saudara baru. Orang-orang yang tidak ada hubungan darah sama sekali denganku, yang belum pernah kutemui, dan parahnya aku harus "berbagi" hidup dengan mereka. What a bad thing for me, pikirku. Memasuki kuliah tahun ajaran baru 2014, kami memulai kehidupan baru kami sebagai sebuah "keluarga kecil" di kontrakan. Ada 9 orang disini. Menurutku, jumlah yang cukup banyak untuk saling memahami dan berbagi satu sama lain. Ada 9 ego yang harus dilebur, ada 9 karakter yang harus saling beradu pengertian, ada 9 kepala dengan pemikiran dan kesibukan masing-masing. 

Bertemu dan harus mengenal orang-orang yang baru adalah salah satu kelemahan dalam hidupku. Aku bukanlah orang yang hatinya mudah terbuka untuk mengikat sebuah ukhuwah atau persaudaraan yang dalam. Untuk hal sepele sekedar berbagi gelas saja, aku belumlah dapat, apatah lagi berbagi suka dan dukaku. Bahkan aku pernah berkata dalam hati mencibir diri, "jemurannya aja introvert (karena aku tidak suka jika menjemur pakaianku dekat-dekat dengan yang lain)". Biasanya, butuh waktu yang lama ataupun hal-hal yang sangat emosional hingga akhirnya aku bisa dekat dengan seseorang. Membuka hati, mencoba mengerti, sampai akhirnya menempati sudut dihati.  

Namun perlahan, kalian mampu menarikku ke dalam lingkaran kekeluargaan Ar-Rifah. Kepedulian yang kalian tunjukkan. Senyum hangat yang kalian berikan. Wajah-wajah lelah namun ikhlas membangun "rumah kecil" kita Ar-Rifah. Canda tawa yang mampu mengusir lelah dan penatku. Hal-hal baru yang kalian bagi dan ceritakan. Semua hal itu, sedikit demi sedikit "memaksaku" untuk kemudian membuka hatiku untuk kalian. Menciptakan kembali sebuah ruang dihatiku, untuk kemudian kalian tempati pada masing-masing sudutnya.

Aku tahu dan sadar, ukhuwah kita masih sangatlah jauh dari kata sempurna. Sering aku mencerca diri, apa yang sudah aku berikan pada kalian? Ke-aku-anku masih tinggi. Egoku masih lebih kuutamakan. Jarak masih kuberikan antara hatiku dengan hati kalian. Aku masih lebih suka menangis tersedu sendiri di sudut kamarku dibanding membaginya dengan kalian. Aku masih belum ingin kalian tahu, wajah sembabku yang kusembunyikan dibalik wajah tawaku. Bukan karena aku tak ingin, namun... entahlah.

Saudara-saudaraku, bantu aku memahami kalian. Memahami tiap getir senyum yang menandakan kalian sedang tak ingin didekati. Memahami tatap bahagia yang menandakan kalian ingin membaginya denganku. Memahami lelah, memahami tawa, memahami diam, memahami tiap-tiap laku dan polah unik kalian. Pada kalian aku belajar "berkeluarga". Yah, aku berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Datar. Kami tidak terbiasa saling mengungkap apa yang kami rasakan (walau ku akui kami sangat saling menyayangi). Pada kalian aku belajar berbagi hati. Belajar memahami kesabaran, berkasih sayang. And of course, belajar masak!

Maaf jika aku terlihat "galak" didepan kalian. Aku hanya tidak mampu mengkomunikasikan dengan baik apa yang ada dalam kepalaku. Aku bukanlah orang yang ekspresif, i am just flat. Namun, dengan segala hidup dan kehidupanku yang kurang ekspresi ini bukan berarti aku tidak menyayangi kalian. Berikanku waktu  untuk menemukan sisi lembut dari hatiku yang dengannya aku mencoba berkasih sayang dengan kalian.

Sekali lagi maaf, untuk ukhuwah yang masih belum paripurna kutunaikan. Walau aku sadar pada akhirnya nanti kita akan terpisah, semoga pertemuan singkat kita di rumah Ar-Rifah ini akan membekas selamanya dihati. Bekas yang akan menjadi pemberat timbangan amal, ketika amal-amal ibadah kita ternyata tidak cukup membuat kita memasuki surga-Nya. Aku mencintai kalian (oh tidak, akan aku sebut nama kalian satu per satu). Aku mencintai Nenab karena Allah. Aku mencintai Nita karena Allah. Aku mencintai Zahra karena Allah. Aku mencintai Faqihah karena Allah. Aku mencintai Hanan karena Allah. Aku mencintai Miftah karena Allah. Aku mencintai Anna karena Allah. And now i can say, my heart belong to you all, Ar-Rifah Family...

4 komentar:

  1. You're just flat... what a wonderful, haha

    BalasHapus
  2. waaaaah curahan hati yang terdalam nampaknya...
    semoga Allah mengumpulkan keluarga besar riefa di surga Nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amieeen... keluarga besar Ar-Rifah n seluruh kontrakan UIN Malang (Sayyidah, Kautsar). Love u all 'coz Allah.

      Hapus