Senin, 13 Februari 2017

Sayonara Daisuki na Hito, Ndah

Saya agak lupa kapan tepatnya kami pertama kali bertemu dan bagaimana feelnya pada saat itu. Yang pasti, bertemu dengan orang-orang baru, merupakan salah satu hal yang kurang saya sukai. Jadilah, semuanya berjalan biasa-biasa saja pada awal ukhuwwah kami. Seiring berjalannya waktu, dan sebuah pertemuan rutin yang mensyaratkan kami untuk bertemu di setiap pekan, mulailah tumbuh kedekatan hati.

Ketika timbul kedekatan hati pada seseorang, tentu saja perlahan kita juga akan membuka diri, terutama hati, untuk mengenalnya lebih jauh. Begitupun saya pada Indah. Ia seseorang yang penuh semangat. Tegas. Galak wkwkwkw. Pertama kali saya paham dengan sifatnya ketika saat itu kami serombongan akan naik Gunung Panderman. Dari situ saya mulai respect pada sifat dan sikapnya.

Saya merasa nyaman ber-ukhuwwah dengannya. Indah seorang yang setia kawan. Selalu siap ketika dibutuhkan, tanpa banyak pikir panjang. Sifatnya terkadang keras, kadang kekanakan. Dia tipe problem solver, juga memiliki sifat mengalah.

Saya tidak segan untuk meminta bantuan padanya, itu adalah salah satu tanda kenyamanan saya berukhuwwah dengan seseorang.
Indah seorang yang simple, ga ribet, ga abu-abu. Ketika ia sedang banyak pikiran atau tidak enak hati, maka saya akan mendapatinya lebih banyak diam. Tapi jika sedang bersemangat dan berbahagia, itu juga akan sangat nampak pada wajahnya. She's so original. Like it.

Saya suka mengajak Indah pergi. Mau pergi ayok, enggak ya udah. Enak deh pokoknya. Dia suka menggombal. Jika kami sedang berkumpul, kerjanya adalah menggombali kami. Eit maap ya, tapi saya kebal...

"Kenapa coba Indah suka godain Mba Jule?"
"Gatau. Kenapa?"
"Mba Jule itu dulu awal kenal orangnya dingin. Susah senyum. Indah penasaran. Eeh ternyata bisa bikin luluh".

Lebaran tahun 2016 lalu, Indah menyempatkan mampir ke rumah sebelum melanjutkan perjalanan ke Bengkulu. Hanya menginap semalam di rumah dan kemudian besok malamnya langsung pergi lagi. Alhamdulillah, Allah berikan kesempatan untuk mengajaknya mampir ke Pasir Timbul Pantai Sari Ringgung.
Saat Ibu saya datang ke Malang awal Januari kemarin, Indah benar-benar menjadi seseorang yang bisa diandalkan. Butuh apa, kemana, hayok aja Indah siap. Makasih ya Ndah... (Ini quality time kita ternyata, sebelum Indah pulang).
Ingat foto di atas, Ndah? Pas Indah mengiyakan ajakan saya untuk wisata petik apel ke Batu. Dapat foto itu butuh pengorbanan ternyata. Demi mendapat foto itu, Indah jatuh dari tempat yang agak tinggi dan salah satu jarinya berdarah. Kalo ingat itu, jadi meringis sendiri T_T
Hari-hari menjelang kepulangan Indah ke Aceh, kami belum sempat punya quality time. Bahkan hari terakhir bertemu, saya ingat Indah susah diajak ngobrol karena dia sedang sibuk tak bisa diganggu juga diajak bicara (ada beberapa bagian dari tesisnya yang harus diperbaiki).

Satu (eh dua atau lebih malah) janji yang belum bisa saya tunaikan pada Indah, salah satunya adalah membawanya ke Bromo. Semoga Allah beri kesempatan itu ya Ndah. Dan saya masih ingat janjinya Indah untuk membuatkan saya mie Aceh #huhu.

Rasanya baru kemarin kita ketemu, menjadi dekat, eh sekarang tau-tau Indah sudah ada jauh disana. Kalau kita ndak bisa jumpa di Lampung, ya berdoa saja supaya Allah karuniakan rizqi untuk saya bisa ke Aceh.

Semoga dimanapun Indah berada, Allah selalu karuniakan keberkahan pada apa-apa yang menjadi kesibukannya. Magister yang hafal Qur'an (eit, doktor yang hafal Qur'an, kenapa tidak?!). Besar yakin saya, kita akan ketemu lagi dan saling menunaikan janji-janji yang udah saling kita buat ^_^. Baik-baik disana ya Ndah...

0 komentar:

Posting Komentar