Senin, 23 Januari 2017

Mencari Kehangatan di Kebun Bunga Matahari Peternakan Kuda Megastar, Batu Malang


Hari ini (22/01/2017), saya bangun lumayan siang. Kalo orang mabok abis naik pesawat khan namanya jetlag ya?! Lah kalo mabok karena naik mobil? [Jadi ceritanya, kemarin saya bersama bapak kepala perpustakaan dan wakilnya menghadiri musyawarah wilayah salah satu asosiasi pengurus perpustakaan se-Jatim di Perpustakaan IAIN Tulungagung. Berangkat jam 5 pagi dan baru di Malang lagi pukul 1 malam -itupun harus tidur di perpustakaan dulu karena sesuatu hal. Barulah kembali bertemu my beloved bed pukul 3 pagi]. What a wonderful world.

Kalau tidak ingat memiliki janji dengan seseorang, mungkin saja saya masih akan berhibernasi sepanjang hari ini. Jam menunjukkan pukul 13.00 pm. Saya mandi kemudian bersiap-siap. Cuaca agak mendung sebenarnya, tapi biarin deh. Kalo hujan ya berteduh. Saya menjemput Tika di kosannya di daerah Areng-areng, Batu. Kami mengarahkan motor ke arah Museum Angkut. Sampai di Pasar Buah Kota Batu, hujan mengguyur. Kami berteduh sembari mengobrol ngalor ngidul menikmati hujan. Ya beginilah resiko mau keluar main saat musim hujan. Ada kurang lebih 40 menitan kami menunggu hujan reda. Lanjut lagiii!

Sampai di depan Museum Angkut, kami berbelok ke kiri. Lurus saja mengikuti jalan utama. Gerimis masih setia menemani perjalanan kami. Keasyikan ngobrol, ternyata loket masuk ke Peternakan Kuda Megastar sudah sedikit terlewat. Balik dikiit lagi. Kami membayar tiket masuk 25K per orang (plus parkir 3K). Fyi, dulunya kalau mau ke kebun bunga Mataharinya saja gratis, namun semakin banyak pengunjung yang datang dibuatlah loket tiketnya. Dengan 25K itu kita bisa foto di spot manapun semau kita. Juga, berbagai macam aktifitas yang bisa kita lakukan dengan kuda: Nuntun kuda, selfie sama kuda, ngelus-elus kuda, nyium kuda eitttt! [Kalau mau keliling naik kuda, biayanya 50K].

Segera kami memarkirkan motor dan mencari mushola untuk shalat Ashar. Saya menunggui Tika shalat sembari memperhatikan sekeliling. Tempatnya asyik. Luas. Asri. Hijau. Ada peternakan kuda (kudanya kurang lebih ada 70 ekor), beberapa gubuk di dekat kebun bunga, kantin, toilet dan mushola. Kalo cuaca cerah, Gunung Panderman diatas tempat ini, Gunung Arjuno di kejauhan sana, juga Kota Malang bakal jadi pemandangan epic yang bisa kita lihat dari sini. Berhubung sore ini mendung, yaudah deh liat kabut aja dimana-mana. Alhamdulillah ala kulli hal.

Selesai Tika shalat, langsung kami menuju ke kebun bunga Matahari dan disambut dengan hangat oleh kelopak-kelopaknya #halah... Girang deh Tika. Bunga Matahari yang punya nama latin Helianthus annuus L. ini memang istimewa. Salah satunya, perilaku khas dari bunganya yang selalu condong atau menghadap ke hatimu arah matahari (heliotropisme). Selain dibudidayakan untuk menghasilkan minyak, bunga Matahari juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak, tanaman hias dan kuaci. Bunga Matahari juga ternyata merupakan bunga nasional dari Negara Ukraine (Wow, cool...). -wikipedia-
Tika tuh sukak banget sama bunga Matahari!
Maafkan ekspresi maksa saya
Selain bunga Matahari, di tempat ini juga banyak ditumbuhi bebungaan warna warni yang jujur aja saya ga tau namanya -_- Memanjakan mata banget deh. Just release your stress here. | Mba Jule ayok sana Tika poto-in | Sejujurnya saya ga terlalu suka foto sama bunga, Tika. Ga macho |




Siapa sih yang ga suka bunga? Seperti halnya bintang-bintang di langit sana, Allah ciptakan pula bunga-bunga dengan warnanya yang beraneka rupa, menjadikannya indah dipandang oleh mata manusia, memberikan rasa nyaman dihati. [Etapi sejujurnya saya ga terlalu suka bunga, saya lebih suka sesuatu yang bisa dimakan wkwkwkw!]
Serasa lagi ngerjain soal ujian #krikkrik
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang... GAPAPA #kataTika
Wanita Penggenggam Hujan #AwasMasukAngin
Sebenarnya bisa dibilang kami agak kesorean kesana. Eh tau-tau udah mau jam 5 ajah. Gerimis datang lagi, kami berteduh di salah satu gubuk dekat kebun. Ada seorang bapak pekerja mendekati gubuk, waktunya nanya-nanya kepo dah.

"Pak biasanya rame hari apa?"
"Sabtu Minggu gini rame Mba"
"Kalo hari biasa Pak?
"Ga terlalu"
"Pak, ini bunga Mataharinya untuk apa? Diolah atau diapain?"
"Makanan kuda Mba. Buat doping, biar kudanya kuat"

Saya ber-Oooo panjang. Jadi ternyata bunga matahari yang ada disini ditanam untuk pakan kuda, bukan untuk wisata. Animo pengunjung yang tinggi membuat pengelola menjadikan tempat ini lebih dari sekedar peternakan kuda. Selain bisa belajar lebih banyak tentang kuda (jadi inget Jambrong di novel Sang Pemimpi-nya Andrea Hirata), pengunjung juga bisa melepas penat bersama keluarga tercinta ditemani hijaunya hutan pinus, segarnya udara khas perbukitan dan indahnya bebungaan yang beraneka warna.

[Saya punya dua sahabat baik (eh nambah satu lagi malah) yang begitu suka dengan bunga Matahari. Suka banget. Kenapa ya? Karena warnanya yang hangat kah? atau bijinya yang bisa dicemilin sebagai kuaci? entahlah...]

 
Ini buat Ayu -my beloved sister- yang suka banget himawari
Kabut sudah mulai menutupi tempat ini. Jadi mikir, ntar pas pulang jalannya keliatan ga ya? #lebay. Kami pulang lewat jalibar Batu. Ternyata, nih tempat deket banget sama Coban Rais. Jadi kalo kamu ke Batu, jangan lewatin kesempatan untuk kesini ya. Recommended deh! 

"Mbak doyan bubur ga?"
"Saya mah apa sih yang ga doyan"
"Kalo gitu kita makan bubur dulu ya. Tika tau tempat yang enak"
"Ayok aja dah".


NB:
Baca tulisan ini lebih syahdu sambil dengerin Himawari no yokusaku -nya Doraemon ^_^ 

2 komentar:

  1. Ya Allah mbaaaa....salah fokus ke tulisan di kertas yang terakhir itu wkwkwkwkw xD
    ngakak boleh ya :3 /dikeplak

    Semua saudaraku ada di situ!! Ungu, merah, putih, kuning....mentang" aku warna cokelat aku ga dibaikin sama mereka :/

    Aku mau kesanaaaaaa hahahaha xD

    Mba Tika aiih, anuku~~~~~ [?]

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kirain Nida tawonnya... Tawon mah jgn deket2 ntar dsemprot obat sm petani #hama!

      Tulisan apa? Bingung itu mau nulis apa, kepikiran lagunya Chrisye #sadarUmur Biariiiinnnnnnn

      -____________-

      Hapus