Lelah namun pasti langkah-langkah kaki kami berdua menyusuri trotoar sepanjang Jalan Juanda. Ada banyak orang berjualan di situ; makanan & minuman ringan, jajanan ala Bogor bahkan ada lukisan lengkap dengan seniman jalanannya yang siap menorehkan guratan-guratan cat di atas kanvas (halah!). Lelah "mencangking" (apa ya bahasa benernya?) barang bawaan dan jalan kaki, kami mampir ngadem sejenak ke ATM sekaligus beli jajanan dan minuman untuk dibawa masuk ke kebun raya.
Kebun Raya Bogor hari itu tidak terlalu ramai, namun tidak juga sepi (mungkin karena hari sabtu). Sepertinya ada beberapa event yang sedang diselenggarakan. Sesekali terdengar suara riuh dari suatu sudut di balik pepohonan besar yang ada di sana. Saya dan Zharnd langsung masuk menuju loket masuk.
Kami
membayar tiket masuk @15K kemudian mencari tempat yang nyaman untuk sekedar beristirahat
sejenak setelah jalan kaki melelahkan tadi (rehat mulu -_-). Sebuah kursi panjang dibawah rimbunan pohon
besar menjadi pilihan kami. Sambil meluruskan kaki dan menghirup oksigen segar yang dihasilkan pohon-pohon besar di situ, kami makan kue unyil yang tadi dibeli di Stasiun
Bogor.
Kebun Raya Bogor hari itu tidak terlalu ramai, namun tidak juga sepi (mungkin karena hari sabtu). Sepertinya ada beberapa event yang sedang diselenggarakan. Sesekali terdengar suara riuh dari suatu sudut di balik pepohonan besar yang ada di sana. Saya dan Zharnd langsung masuk menuju loket masuk.
Setelah dirasa cukup bertenaga, kami bersiap-semangat kembali untuk mengelilingi
kebun raya tertua di Indonesia yang luasnya berhektar-hektar ini. Bawaan kami cukup banyak
dan berat (tas yang kami bawa dan goodie bag berisi buku-buku pemberian Bu Truly-pustakawan UI). Zharnd
tampaknya sedang memikirkan sebuah ide demi perjalanan keliling kebun raya yang
menyenangkan (tanpa bawaan berat kami). Matanya tampak mengarah pada tumpukan
daun-daun muda (yang sepertinya tadi) baru saja ditebangi. Ahaaa! Matanya
berbinar! (tidaaaak! Saya mulai cemas). Dia mengambil goodie bag yang kami bawa
yang berisi buku-buku kemudian dia timbun di bawah tumpukan daun-daun itu. Oh
My…! Saya menunjukkan ketidaksetujuan atas apa yang dia lakukan namun dia cuek
saja dan berlalu. "Ayo Mbak kita jalan…" kurang lebih begitu maksudnya -____-
(Haaah, baiklah saya pasrah… Lelah berdebat sama bocah satu
ini. Mending nurut. Eeh dari jauh ternyata ada seorang mbak dan mas yang sedang duduk tak jauh
dari tempat Zharnd menimbun 'harta karun'. Tampaknya mereka heran dengan apa yang
kami lakukan, atau malah mengira kami 'teroris' yang sedang menyembunyikan bom
rakitan, haha! Terserah deh…)
Mulailah kami menyusuri lebatnya Kebun Raya Bogor. Pohon-pohon
tua berjejer. Usianya sudah ratusan tahun. Begitu besar dan tinggi menjulang. Kalo kamu penat pikiran, yakin deh berjalan bersama keluarga atau teman baik sembari berbincang dan menikmati udara yang begitu segar yang diberikan oleh Rabb Pencipta lewat pepohonan itu GRATISSS, bisa mengobati suntukmu. Fresh air for fresh mind. Hemmmm.
Jam sudah menunjukkan waktu shalat zuhur, kami mencari masjid.
Selesai shalat, Zharnd menunjukkan saya pesan singkat dari ummi-nya yang lucuuu
banget untuk saya! Hahaha kok bisssa?!@#$%. [Ini salah satu kesamaan kami; punya
ibu yang sangat sangat lebih kerennn dari anaknya!]
Dari masjid, kami menyusuri jalan berpaving menuju lapangan
agak luas. Setelah itu masuk ke hutan-hutannya lagi. Kebun Raya Bogor ini sungguhlah luas. Ga cukup seharian untuk eksplor, apalagi kalo jalan kaki. Kalo kamu mau tau lebih buanyaaak tentang Kebun Raya Bogor, please visit DISINI. Semua info yang kamu butuhin tentang kebun raya ini insya Allah ada semua.
Nemu aja deh yang beginian -_- |
Mendung tampak menebal. Awan hitam menaungi kami.
Gerimis rintik-rintik perlahan membasahi kepala. Bukannya mencari tempat untuk
berteduh, kami malah santai saja berjalan menyusuri deretan pepohonan. Awalnya masih berupa rintikan kecil, belum terlalu
deras, namun kemudian lama-kelamaan hujan turun sederas-derasnya. Kami bingung
harus berteduh dimana, sementara gemuruh petir tampak memekakkan telinga. Kalau
berteduh dibawah pohon, tentu berbahaya. Akhirnya kami pasrah MENIKMATI HUJAN...
Dari ujung kaki sampai ujung kepala, top to toe, basah
semua! Bahkan tas kami juga basah seisinya, padahal semua pakaian dan
barang-barang kami ada disitu. [Ini lagi kesamaan kami: ceroboh dan tidak
berpikiran panjang]. Bukannya saling mengingatkan untuk berteduh atau mengamankan
tas dan barang bawaan, kami malah excited hujan-hujanan, duh! Selama hujan
turun itu, kami menyusuri jalan untuk kembali ke titik awal kami berjalan tadi
atau mencari tempat yang bisa digunakan untuk berteduh, namun ternyata jalanan itu
semakin ditelusuri semakin membuat bingung! Kami malah kembali lagi ke tempat
sebelumnya. Aaak………! Wasting time. *hu *hu *hu
[Hujan pertama yang kami terima, bahkan langsung di
kotanya, kota hujan, Bogor. Thanks Rabb atas Hujan, Kota Hujan, Kebun Raya Bogor ini]
Hujan mulai mereda, namun masih merintik. Kami trial and error menyusuri jalanan untuk menuju gerbang masuk awal kami datang tadi. Saat melintasi sebuah kolam, ada satu pohon yang terlihat begitu
eksotis warna batang dan bentuk pohonnya. Seingat saya tadi sewaktu belum hujan, dibawah pohon itu ramai orang berkumpul. Dan kini, sepiii men! Jadilah pohon itu 'dikuasai' Zharnd
The Lion, haha! Ada
hikmahnya juga hujan-hujanan begini. Ga ada orang sama sekali.
Dari pohon besar itu, kami berjalan kembali menuju tempat awal kami
tiba dan tiba-tiba teringat sesuatu yang penting. Bingo! Bagaimana nasib 'harta
karun' yang ditimbun oleh Zharnd tadi yak?! Sedangkan pakaian yang ada didalam
tas saja basahnya seperti itu, and then??? Zharnd mulai terlihat 'aneh' dan
awkward.
Dia mulai membuka timbunan daun-daun dan taraaaaa….! Surpriseee…! Buku-buku itu terlihat begitu 'mengenaskan', hikkks (lap ingus).
Dia mulai membuka timbunan daun-daun dan taraaaaa….! Surpriseee…! Buku-buku itu terlihat begitu 'mengenaskan', hikkks (lap ingus).
(Apa yang harus aku lakuin untuk nebus salahku? | Ooo...ngerasa bersalah tho? kirain, i was born to be right. Nangis sana nangis... | ga bisa! Yang bisa bikin aku nangis cuma keluargaku | Yowes deh.)
Sampailah kami di dekat gerbang keluar. Melirik jam, sepertinya masih ada waktu tersisa untuk menyusuri sudut lain Kebun Raya Bogor. Ayok dah! lanjut lagi... Nanggung, udah jauh-jauh kesini. Selanjutnya tempat yang kami tuju adalah halaman belakang Istana Bogor. Hanya terpisah oleh kolam yang cukup besar, tanpa pagar penghalang atau pembatas (hey, where are you Mr. President? i was here for youuu...!) Halah. Dari sana, Zharnd mengajak untuk melihat makam Belanda. Serem sihhh.
Setelah keliling sana sini tak tentu arah, akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri kunjungan kami ke Kebun Raya Bogor. Tidak seperti berangkatnya tadi, karena sudah cukup lelah, pulangnya kami naik angkot menuju stasiun. Dalam perjalanan menuju kesana, hujan turun kembali dengan derasnya. Wuihhh.
Kami menggigil kedinginan di dalam KRL. Dingin sungguh dingiiin. Baru kali ini saya merasakan kedinginan luarrr biasa. Sepanjang perjalanan kereta hanya bisa menggerakkan bibir dan tangan untuk menghangatkan badan. Kami akan turun di Stasiun Jakarta Kota, setelah itu menuju rumah Miftah (personel Ar-Rifah) di daerah Kapuk. Jalur KRL Stasiun Bogor - Jakarta Kota itu seperti ujung ketemu ujung. Lama banget rasanya kami berada di dalam KRL. Belum lagi baju basah semua. Berrrr!Sampai di Stasiun Jakarta Kota, kami berjalan melipir menuju Kota Tua. Wahhh ramai sekali malam itu. Malam minggu, men. Karena kami bukan tipe penikmat tempat ramai, hanya sekedar mampir mencari makan saja disana, sekalian beli jajanan khas Jakarta, kerak telor. Tidak lama kemudian ummi-nya Miftah menghubungi dan mengarahkan kami untuk naik angkot menuju rumah Miftah di daerah Jakarta Barat. Sampai dirumah Miftah, kami disuguhi teh hangat oleh umminya Miftah. Kami mandi dan dipinjami baju karena baju kami semua basssahhh! sah! sah! Tidak ada kering tersisa. Hadoooh.
***
Hujan,
Kau turun seiring dengan rahmat-Nya
Kau buatkan cerita
Juga bangkitkan kembali cerita saat jatuhmu.
***
Aku terharu mbak :)
BalasHapusMaaf ya mbak, untuk:
1. Buku yang basah
2. Semua fotoku...........................................................
Never mind, kid. Anggap saja sy terlalu ngfans dgn dirimu -_-
BalasHapus