Credit pic: craftsy.com |
Pernah tidak, merasakan excited akan suatu hal lalu kamu lupa atau tidak kepikiran makan? i mean, ga terasa lapar saking senengnya atau ga fokusnya?! Dalam beberapa perjalanan yang kami lewati, kami sering! Dalam rumus ngebolang kami -Gembel Traveller- makan, menjadi salah satu hal yang sering kami abaikan. Panggilan alam *perut keroncongan baru akan kami penuhi jika sudah benar-benar exhausted mau pingsan, hehe.
***
"Nid, beli minum yuk". "Mbak ajah, aku ga terlalu haus". Akhirnya saya beli satu botol kecil air mineral. Dari subuh buta tadi sampai hampir menjelang siang ini, hanya beberapa potong R*M* sari gandum ditambah beberapa slice keju yang masuk ke perut kami. Perjalanan menuju Puncak B29 yang memeras tenaga kami terbayar setelah melihat awesome-nya ciptaan Allah dari ketinggian 2.900 mdpl. Rasa haus, juga lapar seperti lupa menghampiri (atau kami cuekin, eh akhirnya pergi sendiri). Baru akhirnya sekitar jam 1.00 pm kami membeli makan dan itu barengan. Tetap nikmat dan mencukupi (kok) porsi satu orang untuk berdua.
***
Masih ada beberapa saat lagi sampai kereta berangkat. Pintu keberangkatan pun belum dibuka. "Nid tunggu sini bentar ya, saya mau cari makan buat di kereta ntar". "Ya". Niatnya pengen nyari masakan Padang, tapi hanya ada di luar stasiun dan itu memakan waktu cukup lama untuk membelinya. Akhirnya saya beli nasi instan di ****mart. Kalo ditanya soal harga ya lumayan, bisa dapat 4 atau 5 bungkus kalo dibelikan nasi di luar stasiun. Tapi ga apa deh sekali-kali, daripada kelaparan di kereta.
***
Buka puasa (biasanya), (idealnya) harus ada pembukaan (es dan gorengan), makan berat dan penutup. Tapi malam itu beberapa potong roti dan air mineral sudah lebih dari cukup untuk melepas dahaga serta mengobati lelah perjalanan kami naik motor Lombok - Sumbawa. Motto kami untuk malam itu, "tidak penting apa yang kamu makan, yang penting kamu makannya di atas Bukit Pulau Kenawa yang lagi hitz itu". *Grinning
***
Hmmm, kalau saya ajak ini bocah pasti ga boleh beli macam-macam. Saya lobi lah dia, "Nid, Nida khan capek... Nanti biar saya aja yang keluar cari makan ya. Nida mandi terus rehat deh". (Sok perhatian, padahal emang hehe). Dia setuju. Yes! Dengan semangat 45 saya berjalan kaki menyusuri daerah Cakranegara untuk mencari makanan berbuka puasa sore itu. Setelah muter ga karuan sana sini, jalan kaki saya membuahkan hasil; Jus tomat kesukaan bocah itu, martabak istimewa rasa keju juga dua bungkus nasi. Makanan hari itu saya dedikasikan (wuii serem bahasanya) untuk bocah itu, sudah membawa saya dengan selamat semenjak dari Sumbawa sampai Kota Mataram lagi, hujan-hujanan pulak. Terkadang perlu juga, memberikan sedikit reward (walaupun sebentuk hal sederhana) untuk teman perjalananmu, lho. Eheheh.
***
Muka saya cemberut saja. Saya ingin menunjukkan kalau saya tidak suka makanan yang ada di hadapan kami untuk sahur malam itu. Sebungkus nasi campur; dengan lauk yang tidak dipisah dan nasi yang sudah 'tidak segar' (untuk tidak dibilang basi). Tapi bocah itu terlihat seperti "pura-pura" tidak paham cemberut saya. Ia asyik saja makan. Padahal saya, butuh perjuangan dan kerelaan untuk menelan suap demi suap nasi. Jujur saya kesal sekali, rasanya. Lebih baik tidak makan, pikir saya. Tapi bocah itu sungguh bijaksana sekali. Sampai habis dia tidak bergeming. Sejujurnya saya sangat tidak paham apa yang ada dipikirannya. Ada beberapa saat saya diam padanya karena kesal. Beberapa minggu berlalu setelah hari itu kemudian dia bilang, "aku tau kok Mbak kalo nasi yang waktu itu kita makan agak basi. Tapi mau gimana lagi haha".
***
Pagi-pagi saya sudah ke pasar, beli 1 kilogram udang segar. Wah! Dari pasar, saya langsung menuju rumah Ratih untuk memasak udang itu (jujur saja sebenarnya saya tidak pernah merasa kalau masakan saya 'enak'). Hari itu saya berencana mengajak Zahrah pergi ke Taman Safari II di daerah Prigen, Pasuruan. Kalau dipikir sebenarnya lebih enak dan ga ribet kalau misal kami beli makan di jalan atau di tempat wisata, toh ga terlalu jauh beda pengeluarannya. Tapi entah ya, beda aja. Lebih enak bawa bekal sendiri. Keasyikan di Taman Safari lihat ini itu, malah akhirnya bekal yang kami bawa baru sempat dimakan pada saat shalat isya di sebuah masjid menuju pulang. Dasar...
***
"Itu Zahrah diajakin makan makanan khas sini", kata emak saya. Sudah beberapa hari di Lampung, tapi bocah itu masih saja disuguhi masakan khas rumah buatan ibu saya. Sebenarnya saya agak bingung, "apa ya makanan khas Lampung?". Lampung itu miniaturnya Indonesia. Beragam suku ada disini. Makanannya ya ada bakso Solo, cireng Bandung, pempek Palembang, sate Madura, soto Lamongan dan banyak lagi. Seumur-umur saya hidup di Lampung, belum pernah (kayaknya) mengkhususkan diri pergi makan ke rumah makan khas Lampung gitu (poor me). Akhirnya ketika ada waktu, saya ajak bocah itu makan pempek di salah satu gerai pempek besar di Bandarlampung. Ada kapal selam, tekwan, dan berbagai macam jenis pempek. Cuka nya hitam pedas, mantap! Dijamin bakal keingetan terus deh rasanya.
***
Teman perjalanan yang baik mengajarkanmu untuk makan 'seadanya'. Tak usah cari yang neko-neko. Tak usah mengeluh ini itu. Frankly, saya adalah seseorang yang sedikit ribet dan complicated soal makan. Tidak suka makan ini dicampur itu, tidak suka makan nasi dingin, tidak suka sayur *uhuk! Namun semua berubah semenjak Zharnd the Lion menyerang! wkwkw. Ada banyak hikmah (soal makan dan makanan) yang saya dapatkan selama berjalan bersamanya. Bukan seberapa penting apa yang akan kamu makan, tapi rasa qona'ah (merasa cukup) yang ada dalam hatimu dan rasa syukur atas rizqi makanan yang Allah berikan saat itu. Niscaya semua makanan akan terasa 'lezat' dan mencukupi energimu untuk pecicilan sana sini lagi, ha!
So, work (and study) hard, eat well and travel often ^_^
0 komentar:
Posting Komentar