(Jumat,
17 Juni 2016) Sehabis shalat subuh, saya dan Zahrah langsung bersiap
meninggalkan rumah Pak Cau, tanpa mandi, karena air di sekitar desa nelayan ini
sepertinya terbatas. Rencananya kami akan mandi di pom bensin atau masjid yang
kami temui saat menuju Desa Mantar nanti. Setelah
berpamitan dan mengucapkan banyak terima kasih atas tumpangan bermalam, Zahrah
memacu motor ke arah Daerah Seteluk, KSB (Kabupaten Sumbawa Barat). Oiya kalau jarak
dari Pelabuhan Pototano ke Kota Sumbawa Besar itu masih sekitar 1-1,5 jam lagi.
Lumayan jauh.
|
Lurus ke Kota Sumbawa, belok kanan ke Mantar |
|
Desa Mantar terletak di atas sono tuh! |
Tujuan
kami adalah Pasar Seteluk, karena menurut beberapa info yang saya dapat jika mau
naik ke Desa Mantar harus menggunakan Ranger (atau land rover) karena medan
yang cukup berat dan jalan menanjak. Ranger itu berangkat dari Pasar Seteluk. Biayanya 50K per orang untuk antar jemput menuju Desa Mantar. Tanya dengan beberapa orang, (ternyata diakhir kami baru ngeh) bahwa jalan itu langsung menuju Desa Mantar. Entah kalimat tanya saya yang salah, atau apa deh ga ngerti. Jadi sepanjang perjalanan kesana itu saya terus bertanya dalam hati (karena belum ngeh bahwa itu jalan langsung ke Mantar), ini pasarnya sebelah mana yak kok ga nemu-nemu?! Masa' ada pasar di tengah pegunungan sepiii begini?! Ternyata oh ternyata... Terima kasih Ya Allah.
|
Kalo udah nemu ini berarti kamu udah langsung menuju Desa Mantar |
Jalanannya benar-benar bikin banyak dzikir. Mirip jalan menuju pantai-pantai di Malang Selatan, cuma bedanya itu menanjak. Bebatuannya tidak ajeg sehingga rawan membuat motor slip. Beberapa kali saya turun dari boncengan karena kondisi jalan yang menyulitkan. Motor berat, ditambah barang bawaan kami juga. Tanjakan dan tikungan curam turut mewarnai 'perjalanan ga sengaja' kami naik motor ke Mantar.
|
Batunya ga bersatu teguh tapi bercerai rontok |
|
Tikungannya tajam banget, setajam..silet! |
|
Ga semua jalan udah disemen begini, lebih banyak yang belum |
Tidak ada sama sekali dalam bayangan saya naik motor ke Mantar. Bukannya apa, tapi menurut beberapa artikel yang saya baca, satu-satunya moda transportasi menuju kesana adalah mobil Ranger yang beroperasi di Pasar Seteluk itu. Medannya sulit bro! Such an impossible
thing! Kayak ga mungkin gitu. Tapi ga ada yang ga mungkin kalo Allah berkehendak. Zahrah i love youuuu! Ups.
|
Begitu sampai, langsung kelesotan di saung ini. exhausted! Zahrah mah biasa aja -_- |
|
Nama puncaknya O. Pamanto, 585 mdpl |
|
Just love this <3 |
|
Bekgronnya itu asli loh, bukan lukisan |
|
How 'tipis' i am -_- (credit pic : Zharnd) |
Jauh-jauh dari Malang, nyebrang ke Lombok, nyebrang lagi ke Sumbawa, sebenarnya kenapa kami memasukkan desa ini sebagai salah satu tempat yang dikunjungi? Baca disini dan disini juga disini yak, heheh. Kalau kamu googling sendiri juga bakalan banyak tulisan tentang desa adat ini.
|
View Selat Alas, Pelabuhan Pototano dan pulau-pulau kecil disekitarnya |
|
Speechless dah mau ngomong apa lagi (credit pic : Zharnd) |
|
Itu baliho event paralayang internasional yang bakal diadain di Mantar |
Tidak
lama berada di Mantar, jam 11.00 WITA kami memutuskan untuk turun. Saya
tawarkan untuk eksplor pantai di daerah Maluk atau Taliwang (sekitar 1 jam dari Pototano) tetapi Zahrah
bilang langsung kembali saja ke Lombok. Yasudah kami langsung menuju Pelabuhan
Pototano. Lelah juga sepertinya. Jalanan turun tidak lebih baik dari saat naik tadi, tapi setidaknya kami sudah punya gambaran jalan yang akan dilalui.
|
Udah cocok belum buat ngiklan motor?! |
|
Suasana Desa Mantar |
Kembali
perjalanan dengan ferry selama kurang lebih 3 jam kami lewati. Setelah itu masih harus
menempuh perjalanan 2,5 jam lagi ke Kota Mataram. Sebenarnya sayang sih, ke Sumbawa (cuma) mengunjungi Kenawa dan Desa Mantar aja, karena sesungguhnya buanyak banget destinasi wisata menarik di Pulau 1000 Bukit ini. Ada Pulau Moyo, ada Gunung Tambora, belum lagi deretan pantai indah juga air terjun. Apalah daya, waktu dan tenaga yang terbatas. Insya Allah suatu hari, kesini lageee!
|
Pulau Kenawa terlihat dari atas kapal ferry |
Karena bingung mau bermalam
dimana, kami check in ke Wisma Nusantara II lagi. Saat pulang ini kami
kehujanan (bahkan sudah sampai di Lombok pun, tidak lepas dari namanya
kehujanan@#$^). Alhamdulillah ala kulli hal. Sampai
di penginapan, shalat, rehat dan memanjakan diri (nonton film, ngemil, santaiiii).
###
Bensin 8K
Tiket penyebrangan Sumbawa Lombok 50K
0 komentar:
Posting Komentar