Dalam sebuah percakapan WA,
"ke B29 yok naek motor!
"Ayok. Minggu depan ya. Minggu
depannya lagi. Tanggal 28"
"Minggu depan apa minggu depannya
lagi???"
"Tanggal 28, 2 minggu lagi"
"Yes sir!!!"
Selesai. That's simple. That's how we
plan our trip. Hoho.
---
Jumat siang (27/05) menjelang jam rehat
perpustakaan, beberapa kali saya menengok jam digital di hape. Beberapa jam lagi sebelum berangkat. Ah, saya bingung memikirkan cara bagaimana untuk
'pulang kerja lebih awal' nanti. Yap, seperti yang sudah kami bicarakan dalam percakapan WA
beberapa minggu lalu, hari ini adalah hari dimana kami akan pergi ke Lumajang,
tepatnya ke Puncak B29. Saya dan Zahrah (first time i show up her with this
name, heheh) berencana berangkat pukul 3.30 pm atau 4.00 pm dari Malang agar tidak terlalu
malam sampai di Lumajang. Oiya di Lumajang nanti kami akan bermalam di rumah
salah seorang teman saya, Abidah (Pend. Akuntansi UM '08).
Urus ini itu, kami baru benar-benar siap
berangkat menjelang pukul 5.30 pm. Saya sudah pakai helm dan siap berangkat,
begitu pula dengan Zahrah yang sudah menentang tasnya, eh azan berkumandang.
Tanpa banyak bicara, yasudah kita shalat maghrib dulu sekalian di jama' Isya.
Selesai shalat, hujan dari sore yang mengguyur Malang belum terlihat akan
berhenti. Akhirnya kami tetap 'nekat' pergi berbalut jas hujan. Fix berangkat
ke Lumajang sekitar pukul 6.00 pm. Bismillah ya Allah.
"tema perjalanan malam ini apa coba
Mba? All is Wet" (read: anyep)
"pinter…pinter"
Ditemani rinai gerimis yang seperti
enggan berhenti (halah bahasanya…), Zahrah terus memacu motor ke arah Pasuruan.
Jadi untuk menuju Lumajang ada dua jalan yang bisa dilewati. Yang pertama via
Dampit, Malang. Jalur ini dilalui bus yang melayani rute Malang – Lumajang.
Jalannya berkelok-kelok (kalo di Lampung mirip jalan lintas Liwa – Krui). Dijamin
mabok deh kalo kamu emang pada dasarnya 'raja mabok'. Tapi pemandangannya
keren! Yang kedua via Pasuruan. Dari Pasuruan kemudian Probolinggo baru
Lumajang. Jalannya lempeng aja sih. Rame juga karena jalur ini dilewati bus dan
truk-truk menuju Banyuwangi dan Bali. Over all, waktu tempuhnya sama saja,
kurang lebih 3 – 4 jam.
Mampir sebentar ke pom bensin untuk
kasih asupan gizi ke kuda besi kesayangan (isi bensin full 21K), juga ke konter
hape untuk beli paketan data demi mengaktifkan GPS karena saya masih samar
jalan menuju Lumajang. Pernah sih ke daerah Probolinggo, tapi kalo ke Lumajang
belum. Pasuruan terlewati, dan kemudian Probolinggo. Sampai di gapura selamat
datang di Kota Probolinggo, Zahrah melambatkan laju motor kemudian berhenti di
pinggir jalan. Aha saya tahu kalo bocah ini berlaku demikian, dia mulai
ngantuk!!! Baiklah gantian saya yang bawa motor. Untuk dua orang berkacamata
seperti kami, agak sulit membawa motor malam hari menghadapi sorotan
lampu-lampu mobil, apalagi ditambah hujan.
(Oh hujan… setianya dirimu menemani kami
-__-)
Dalam perjalanan itu saya banyak ngarep,
semoga aja sampai di Pasuruan ga hujan. Eh ternyata hujan. Di Pasuruan ngarep
lagi, semoga aja di Probolinggo ga hujan. Eh hujan jugak. Kembali ngarep yang
ketiga kalinya pas di Probolinggo, semoga aja sampai Lumajang ga hujan. Eh sama
aja hujan. Yasudah deh Alhamdulillah ala kulli hal.
(kenapa perjalanan Zahrah dan Zulaikha
tak pernah lepas dari hujan dan basah???)
Bayangkan bawa motor hujan-hujan,
malam-malam, gelap-gelap, dingin-dingin (???). Kacamata saya turunkan karena butiran-butiran air
hujan yang jatuh menghalangi pandangan. Agak buram. Membahayakan. Beberapa kali motor yang saya kemudikan terjebak kubangan yang cukup dalam. Hehe ga terlihat. Masuk Kota
Lumajang, Zahrah meminta kembali kemudinya. "Mba sini aku aja lagi yang
bawa, ga sampe-sampe". Yaudah kebetulan. Tangan saya hampir-hampir beku
kedinginan. Badan juga ga karuan rasanya melawan hujan dan angin yang
menelusup. Brrrrrrr! Sekitar pukul 10.00 pm sampailah kami di rumah Abidah
(dekat Alun-alun Kota Lumajang). Alhamdulillah tanpa nyasar, tepat sesuai
dengan petunjuk yang ia kirim via pesan singkat. Semangkuk bakso dan segelas teh
hangat yang dihidangkan menjadi penutup yang indah cerita perjalanan kami menuju Lumajang malam
itu. Kami harus segera tidur untuk esok paginya berangkat ke Puncak B29.
(Di perjalanan masuk Kota Lumajang tadi tiba-tiba saya teringat kalo saya belum absen pulang kerja! Huhuhu #nangisGulung2)
(Di perjalanan masuk Kota Lumajang tadi tiba-tiba saya teringat kalo saya belum absen pulang kerja! Huhuhu #nangisGulung2)
Puncak B29 terletak di daerah Senduro.
Dari rumah Abidah ke Senduro menempuh waktu sekitar 45 menit s/d 1 jam perjalanan. Malam
itu sebelum tidur, Abidah menjelaskan rute menuju kesana. Okay, route saved!
Sekitar pukul 3.00 am Zahrah membangunkan saya untuk segera bersiap-siap
(hiaaaaah perasaan baru aja tidur, udah bangun lagi ajah). Kami sempatkan waktu
sejenak bermunajat di sepertiga malam yang akhir, kemudian berpamitan pada tuan
rumah. Rencananya kami akan shalat Subuh di pinggir jalan (yaiyalah masa' di
tengah jalan -_-).
Sekitar pukul 3.30 am kami berangkat
mengikuti rute yang semalam diberikan oleh Abidah. Dingin, men! Banget!!!
Zahrah mengemudikan motor dengan kencangnya karena jalanan sepiii, polll. Saya
dibelakangnya cuma bisa tengok kanan kiri lihat pemandangan yang gelap. Eh tapi
tunggu, liat ke atas baguuus banget! Bulan bercahaya dikelilingi halo
(lingkaran) putih yang besaaar. Sudah lebih dari setengah perjalanan, bensin
motor hampir habis. Bingung, jam segini siapa yang udah buka lapak bensinnya?!
Zahrah meminggirkan motor ke depan sebuah rumah yang tampaknya pemiliknya sudah
bangun dan beraktifitas. Saya ucapkan salam tapi belum ada jawaban. Kebetulan
ada seorang Bapak yang lewat mau ke masjid kemudian Zahrah minta tolong untuk
membangunkan pemilik rumah yang menjual bensin itu. Hihih pake jurus muka melas
katanya. Berhasil, berhasil, hooray! (ala Dora).
Dari arah Alun-alun Lumajang itu kami
terus naik ke atas menuju Senduro, terus dan terus sampai akhirnya terlihat
gapura masuk menuju Puncak B29. Kami disambut beberapa orang tukang ojek yang
menawari jasa mengantar sampai puncak. Emoh, kami sudah bertekad akan trekking,
jalan kaki menuju kesana. Zahrah pol-polan membawa motor naik ke atas, saya
dibelakang komat-kamit ga karuan karena ngeriiih banget jalannya, lutut saya
sampai gemetaran. Akhirnya kami menemui jalan yang sudah di-cor semen sisi
kanan dan kirinya. Bisa dilewati motor dengan baik. Begitu habis jalan yang di-cor itu, trek
lebih sulit lagi. Tanah licin bekas hujan. Saya pasrah dan mau jalan saja, tapi
tidak dengan Zahrah. Dia masih kekeuh membawa motor sampai akhirnya motor slip
dan okay dia menyerah. Motor dititipkan di rumah penduduk. Kami shalat subuh
di sebuah mushola kecil depan penitipan motor dan selanjutnya, Puncak B29 kami
datangggg!
Hari sudah sedikit terang ketika kami
mulai berjalan menuju puncak (sekitar pukul 5 am lebih dikit). Di kejauhan
Gunung Semeru terlihat begitu gagahnya dengan asap yang sesekali mengebul dari
puncaknya. Ouch sugoiii! Benar deh, indahnya memuncaki suatu gunung itu bukan
hanya ketika kita sudah sampai di Puncak, tapi juga di dalam perjalanan menuju
puncak itu sendiri.
Di perjalanan kali ini kami membawa dua
kamera, kamera andalan saya dan kamera temannya Zahrah. Kami asik masing-masing
mengabadikan sekitar yang menurut kami bagus. Serasa sedang photo contest deh. Gaya banget dah. Sambil motret, ditemani pemandangan indah tiap jengkalnya, diselingi obrolan
ini itu, tapi ya tetap aja sih terasa capek di kaki. Hihiii. Napas juga harus sering
diatur. Sedang semangat-semangatnya kami berjalan, ada dua orang bapak ojek
mendatangi kami.
"mbak ayo naik"
"gak pak kami jalan aja"
"ayo naik aja gak papa daripada
kosong, ini mau ke atas juga. Masih jauh"
"beneran ga papa naik aja pak?
"iyaa"
"tapi beneran lho pak kami
ditebengi, bener ga ada duit ini lho"
"iyaaa"
Yeayyy! Dapat tebengan ojek menuju ke
atas. Enak sih, tapi swear! Saya merem sepanjang jalan! Ngerihhhh! Bapak-bapak
ojek B29 ini sungguh keren-keren lah. Kalo di Kawah Ijen Banyuwangi dulu yang keren
penambang belerang, kalo disini tukang ojeknya. Biasanya mereka memasang tarif 50K
untuk antar jemput ke Puncak B29. Adanya para pengojek ini sungguh membantu
para pengunjung yang naik turun. Jujur saja untuk orang 'berumur', trek menuju
puncak lumayan berat. Jarang yang sanggup jalan kaki ke atas sebenarnya. Hari itu kami tidak mendapati seorang pun yang berjalan kaki menuju puncak selain kami berdua (zuhud men, hehe apa hubungannya yak?!).
Pukul 6.00 am kami sampai di atas. Karena
tidak enak hati, saya dan Zahrah berniat untuk memberikan beberapa rupiah uang
kami yang ada tersisa di tas. Saya tidak bawa uang lebih dan Zahrah bawa uang
terbatas. Dengan muka melas (again) kami minta maaf dan hanya bisa memberikan
uang beberapa rupiah saja. Eh Alhamdulillah-nya bapaknya menolak. "wess ga
usah mbak sampeyan bawa aja". "beneran pak?" "iya bawa aja,
sampeyan ke atas itu lho keliling foto-foto". Makasih Paaak! *emot
Terharu. Makasih ya Allah… Dan beginilah indahnya pemandangan TNBTS
dilihat dari Puncak B29…
Credit pic @zharnd |
Hari itu di atas puncak tidak terlalu
ramai. Hanya ada beberapa rombongan yang tidak lama berada di atas kemudian turun. Saya dan Zahrah
explore sana sini sampai sepiiii, hanya tinggal satu rombongan saja.
Sekitar pukul 9.00 am kami menyudahi
main kami dan turun. Full jalan kaki (beneran ga berharap ada yang nebengin
kayak naik tadi). Lumayan pegal
karena perjalanan turun gunung selalu menuntut kita untuk menahan langkah kaki.
Baterai kamera masih tersisa, jadi masih bisa mengabadikan view keren yang tadi
subuh saat naik belum terlihat jelas. Oiya saat turun ini kami melewati loket
masuk Puncak B29. Terlihat beberapa orang yang akan naik dan membayar karcis. Kami
baru ingat kalo tadi pagi saat naik kami tidak bayar. Saat melewati loket ini tadi,
kami dibonceng tukang ojek dan tukang ojeknya tidak berhenti bablas saja. Haha!
Double bonus. Makasih lagi ya Allah...
Matahari
yang malu-malu menyapa tertutup awan serta kabut yang menyelimuti desa terakhir
sebelum puncak B29, menjadi teman perjalanan kami melewati ladang-ladang
penduduk menuju parkiran motor. Sampai diparkiran sekitar pukul 10.30 pm. Total
waktu yang kami tempuh dalam perjalanan turun itu kurang lebih 1,5 jam. Alhamdulillah.
Tak lupa kami sempatkan Dhuha sembari mengistirahatkan kaki.
Tak lama
kemudian perjalanan pulang kami mulai (kerumah Abidah dulu tapi). Setelah pamit
dan mengucapkan buanyak terima kasih karena sudah dilayani dan diperlakukan
dengan sangat baik sebagai tamu, kami pulang ke Malang. Jalur yang kami lalui
saat pulang ini adalah jalur selatan (via Dampit). Waw mantap! Berkelok nan
curam. Saya hanya bisa bersyukur pada Allah dikirimkan driver se-brutal Zahrah J you do the best!
Tepat saat
azan Isya' berkumandang, kami sampai dengan selamat di Kota Malang tercintah! Alhamdulillahiladzi bini'matihi tathimusshalihaat :) Tunai sudah satu daftar keinginan di tahun 2016 ini. Thanks Allah. Thank you Zahrah (cerita versi Zahrah bisa dibaca disini). Semoga perjalanan ini menjadi sebuah perjalanan yang Allah berkahi; memberikan pemahaman baru, semangat baru, pengalaman baru. (Insya Allah) sampai jumpa di Sumbawa ^_^ !!!
Wish list tahun 2016 ^_^ |
Untuk Zahrah |
wow. ketjhe..
BalasHapussuka banget ih sama foto-fotonya
indah nian
yuk traveling sama aku :( hehe
Itu yang ambil foto2 ketjhe-nya si Zharnd, de.. aku mah apa atuh LOL
HapusAyok katanya mau ke Lampung :)
Noh mba, di kodein ka Ade lol
BalasHapusntar ke Banyuwangi sama ka Ade aja, berdua xD
Noh postinganmu tak endorse
HapusSalah satu tempat terbaik untuk menikmati sunrise, keindahan bromo dan sekitarnya. Jalan yang harus dilalui untuk sampai dilokasi ini cukup terjal, anda bisa menggunakan motor pribadi untuk bisa sampai ke puncak. Atau jika dirasa khawatir dengan jalanan nya anda bisa menggunakan jasa ojek penduduk lokal. Untuk tarif berkisar 50 ribu untuk sekali jalan dan 75 ribu untuk pulang pergi, pintar2 nego saja.
BalasHapusWaktu terbaik untuk ke tempat ini bisa sore atau pagi hari. Dijamin mata anda akan di manjakan oleh pemandangan alam yg luar biasa.
Amazing, kata ini sudah cukup mewakili kekaguman kami di puncak B 29 saat matahari terbenam dan terbit sungguh mengagumkan. Petualangan mengesankan dari mendaki bukit dan mendirikan tenda di camping ground puncak b29 sungguh pngalaman dan petualangan yang tak terlupakan bagi rombongan kami.
BalasHapus