Senin, 21 Desember 2015

Yang Gak Boleh Terlewat di Tulungagung: Pantai Coro & Bendungan Wonorejo

Tanggal 5 September 2015, Tata dan Heni (dua rekan kerja di perpustakaan) mengajak saya untuk turut serta bersama mereka pergi ke Tulungagung. Awalnya saya sempat ragu, Tulungagung jauh bro! kurang lebih 3 jam dari Malang. Lhaa, saya baru bisa naik motor lebaran kemarin. Apa pulak udah ngeluyurrr sampe pelosok Tulungagung sono. Dipikir dan dipikir lagi, sayang deh kayaknya kalo dilewatin. Baiklah, saya ikut! Awalnya Heni sempat galau antara jadi atau tidak, namun yeay akhirnya dia ikut juga. Rumah yang kami tuju di Tulungagung adalah rumah Ulfa, mahasiswa yang pernah magang di perpustakaan UIN. Saya pun mengajak salah satu adik kontrakan (Zharnd a.k.a. Nida Shalihah). Semangat sekali bocah satu ini kalo diajak ngeluyur, Berangkaaat...!

Jam 6.15 am saya dan Zharnd berangkat dari kontrakan untuk jemput Heni dikosannya. Sesampai di kosan Heni, saya baru nyadar kalau sepatu yang saya pakai untuk pergi saat itu adalah sepatu kerja! (Oh My.... ) Dalam sejarah dunia perbolangan saya, ini yang paling worst banget dah! Karena tanggung mau balik ke kontrakan lagi, baiklah pasrah pakai sepatu itu aja (dan ini kerasa banget efeknya pas pulang, telapak kaki dibuat jalan serasa injak batu cadas, awww!). Bertiga kami menuju Kepanjen untuk ketemu sama Tata (Saya boncengan dengan Heni, Zharnd sendiri). Setelah ketemu Tata, formasi kami berubah (Saya dengan Zharnd, Heni sama Tata). Cusss!
Jangan tertipu! Bukan saya yang bawa motor, but my lil' sister heheh
Sekitar pukul 7.51 am kami sampai di kawasan wisata Lahor, di Bendungan Karangkates. Kami rehat sejenak untuk mengisi perut (ada yang sempat-sempatnya melipir to take a picture *lirikZharnd). Entah blusukan dimana, rok nya penuh dengan tanam-tanaman yang menempel (haha!). Udah mana ngebuanginnya di warung orang pula (ngotor-ngotorin bro). Ternyata dari sini, perjalanan masih puanjang sodara-sodara! Jalanan pun tambah ramai dengan lawan main bus, truk dan motor-motor. 
Melintasi Bendungan Karangkates (how cool she drives me, right?!)
Tepat pukul 9.00 am motor yang kami laju memasuki Kota Blitar. Jalanannya cukup mulus dan lancarrr. Mungkin itu yang membuat driver-driver tangguh kami (Zharnd 'n Tata) seperti dininabobo dan mulai ngantuk! Ahh, pengen rasanya gantiin. Tapi ga jamin, ntar sampenya ke Tulungagung atau malah ke balikpapan (!!!).
Welcome, Blitar!
Kami memasuki gapura selamat datang di Tulungagung pada pukul 09.48 am. Tapi masih harus menempuh jarak yang cukup jauh lagi ke pusat kota untuk bertemu dengan Ulfa. Dari kota menuju Pantai Coro, itu kurang lebih 1 - 1,5 jam perjalanan lagi. Arah Pantai Coro ini sama dengan ke arah Pantai Popoh. Jalanan menuju kesana mulus, men! Saya jumpai pengrajin marmer yang berderet di sepanjang jalan menuju Pantai Coro. Sepertinya ini daerah sentra kerajinan marmer.
Dari gapura ini, tujuan kami masih cukup jauh
Sekitar pukul 11.00 am bau-bau pantai sudah tercium dari radius beberapa kilometer. And you know, adik shalihah si Zharnd seperti sudah ga sabar lagi untuk sampai disana. Bawa motor sudah ga konsen lagi. Saya yang dibonceng di belakangnya cuma bisa komat-kamit sembari mengingatkan dia untuk slowdown. Belum lagi ketika sudah sampai gerbang masuk Pantai Coro, nambah brutal bro bawa motornya! Ampuuun dah. Jejeran pohon jati diterabasss ga karuan (Bocaaaah....). Akhirnya tepat jam 11.20 am kami sampai di parkiran terakhir Pantai Coro. Dari parkiran terakhir, kami harus berjalan kaki kurang lebih setengah jam (sambil foto-foto, ngos-ngosan dan lari-larian *girang).
We are almost there! Yuhu..
                                                  Coro over there...!
Entah bawaan umur, apa emang karena ga olahraga, perjalanan yang cuma setengah jam itu kerasa nguras tenaga banget (beda sama si Zharnd yang masih bisa pecicilan lari sana-sini). Mendaki gunung lewati lembah. Tapi pemandangannya, manteppp! Begitu sampai ditempatnya,  belum banyak yang berjualan. Hanya beberapa warung. Cukup bersih tidak banyak sampah berserakan. Tanpa pikir panjang... Lauuuut kami dataaaang!!!
What a beautiful!
Pantai Coro ini kalo tidak salah pernah diliput di acara yang lagi kekinian, My Trip My Adventure di salah satu stasiun televisi swasta. Ombaknya cukup besar. Lebih baik tidak usah berenang. Bahkan kami sempat bertemu ular laut yang konon kabarnya, bisa-nya dapat membunuh manusia hanya dalam hitungan detiiik. Syeremmm! (Tata malah nyari kayu untuk ngutak-atik tuh ular, hwaaaa!). Kami juga banyak menemukan beberapa hewan laut asing.
Debur ombak Pantai Coro
Wahai anda, kapankah datang jemputan halal itu? Ihirrr
Berjalan kaki sedikit dari Pantai Coro, plus melintasi bukit, kami akan menemukan Banyu Mulok. Kenapa dinamakan Banyu Mulok? Kalo dipikir pake logika sih kayaknya karena ada deburan air yang nabrak batuan, terus airnya muncrat sampai ke atas dan kalo beruntung kita bisa liat pelangi yang terbentuk dari tabrakan air dengan sinar matahari (halah apasih -_-). Ya pokoknya gitu deh. Bagus kok! Tapi hati-hati ya disini. Kurang awas dikit, nyemplung langsung deh ke laut lepas. Dalemmm!
View dari sudut lain Pantai Coro
Ini yang dibilang Banyu Mulok
Abaikan saja aktornya, just enjoy the blue, hehe
Pulang dari Pantai Coro, kami menuju rumah Ulfa dan sampai sekitar jam 5 sore. Demi memuaskan hasrat belanja para emak-emak, malamnya kami (lebih tepatnya Tata dan Heni) keluar untuk cari tas dan sandal (katanya di Tulungagung yang begonoan murah-murah). Setelah belanja, kami mampir ke alun-alun Tulungagung (tulisannya: aloon-aloon). Mungkin karena malam minggu, cukup ramai oleh pengunjung. Satu hal yang sangat disayangkan, sangat pekat asap rokok. Disana-sini dengan mudah sekali dijumpai para pria "tampan" yang tidak segan melayangkan asapnya ke udara padahal banyak sekali anak kecil disana. Hari pun semakin malam dan Si Zharnd matanya semakin layu. Kasiannya... (Gueh yang ga peka emang! huhu).

Pagi sekali kami sudah bersiap-siap untuk pulang. Setelah mandi dan membereskan perlengkapan, kami mampir sejenak ke Bendungan Wonorejo (nanggung man...udah jauh-jauh ke Tulungagung ga mampir kesini). Letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya Ulfa (kalau naik kendaraan, tapi. Naik sepeda, lumayan bikin kurusss). Masuk sini gratisss. Dikutip dari idnusantara.com., bendungan ini diklaim sebagai bendungan terbesar di Asia Tenggara karena mempunyai kapasitas sekitar 122 juta meter kubik. Apapun itu, tempatnya asik! Ramai orang datang untuk memancing, bersantai, olahraga pagi atau hanya sekedar refreshing.
Cukup tenang, ya
Tidak banyak yang kami lakukan disini. Just take pictures and enjoy the place. Damai banget rasanya liat danau buatannya. Alam selalu punya cara untuk mendamaikan hati-hati yang tak tentram. Alam selalu punya cara untuk memompa kembali semangat-semangat yang tak penuh.
Here we are, this is us
Kurang lebih pukul 7.30 am kami memutuskan untuk pulang dari Bendungan Wonorejo dan kembali ke Malang. Alhamdulillah ya Allah atas kesempatan yang Engkau berikan untuk menjejak salah satu bagian bumi-Mu yang indah ini. Thanks to Tata & Heni yang udah punya ide dan ngajakin ke sini. Ulfa yang sudah memberikan tumpangan bermalam berikut makan, mandi dan semuanya. Dan terutama untuk my lil' sister (Zharnd) yang sudah membawa saya kembali pulang ke kosan tanpa kurang apapun. You rock, man!!! Goodbye Tulungagung. Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku (halah, emang guru!).

0 komentar:

Posting Komentar