Minggu, 27 Desember 2015

Today, 2 Years Ago...

Pagi ini saat membuka linimasa facebook, iseng-iseng saya klik menu "lihat kenangan Anda". Wew, ternyata tepat hari ini (27 Desember 2012) 3 tahun yang lalu, saya diwisuda! Mau tahu bagaimana perasaan saya dihari itu? (even if you don't wanna know, i'll tell you because my kindness #plak!)

Flashback dikit yoek...

Pagi-pagi di hari itu, saya sudah "manyun" saja. Jujur bukan karena apa, tapi karena menunggu my besties, Ratih Novitasari, datang kerumah. Men, gueh ga bisa pake jilbab segiempat sendiri! makanya rada galau. Jam terus berdetak, sementara Ratih belum kelihatan. Tidak lama dari itu, Alhamdulillah akhirnya Ratih datang juga. Naik motor. Berdua kami bergegas untuk dandan ala kadarnya. Setelah itu, dengan pakaian lengkap wisuda (plus toga) kami berdua berboncengan motor ke kampus. Salah satu momen yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup! hahay!

Sampai di Gedung Serbaguna Unila, kami berdua masuk untuk mencari nomor tempat duduk (udah kayak naik kereta ya). Bangku saya pas di samping bangku Ratih. Namun sayang, saat gladibersih sehari sebelumnya saya diberitahu bahwa saya tidak bisa duduk disitu. Hiks heu...
Acara wisuda hampir dimulai. Ada 9 mahasiswa yang dipersilahkan maju ke depan. Terbaik 1 sampai dengan 3 Pascasarjana, Sarjana dan Diploma. Jadi kalau prosesi wisuda di Unila ini, diawali dengan penyerahan ijazah pada mahasiswa terbaik kemudian dilanjut dengan pemindahan toga (apasih namanya ya) setiap fakultas. Alhamdulillah, Allah beri saya "bonus" untuk bisa nyempil dideretan 9 orang itu. Jujur, saya tidak peduli nama saya dipanggil disitu. Yang bikin merinding dan bahagia yang membuncah, itu saat jurusan saya (Diploma 3 Ilmu Perpustakaan) disebut dan berkumandang di penjuru Gedung Serbaguna Unila. Terharuuu...
Hmm, frankly, piagam mahasiswa terbaik itu, plakat itu, kalau boleh saya katakan, lebihlah pantas didapatkan oleh orang disamping saya ini. Tanpa dorongan darinya (untuk mendaftar mahasiswa terbaik) mungkin saya tidak akan pernah berada di jejeran 9 orang itu. Saya sudah malas mengurus. Bukan apa-apa, tapi tidak ada dalam list-dream saya menjadi mahasiswa terbaik. Menyelesaikan kuliah tepat waktu, dengan nilai yang membanggakan, that's enough for me. Tapi orang satu ini, sahabat saya ini, entah kenapa selalu berhasil menyuruh saya melakukan sesuatu. How magical her way to press me to do anything! Seluruh orang di gedung serbaguna itu bolehlah menganggap saya mahasiswa terbaik pertama, tapi untuk saya, she's my best! Dia yang lebih berhak untuk mendapatkannya. My whole love for you, Ratiiih...

Ada banyak hal yang saya syukuri ketika wisuda hari itu. Salah satunya, saya tidak perlu bersalaman bersentuhan tangan dengan Bapak rektor. Saya hanya menangkupkan tangan ke dada dan beliau pengertian (ah andaikan fotonya bisa saya upload disini). Saat gladibersih panitia sudah memberitahu bahwa tidak masalah kalau tidak mau bersalaman dengan Bapak Rektor, namun harus memberi kode sebelumnya. Yes, i did it! Hidup itu memang pilihan, ya. Ada yang bilang, itu lho cuma sekali seumur hidup. Gak apa lahhh... Lho, justru karena cuma sekali seumur hidup, make it blessed! Begitu pula dengan dandanan wisuda. Tekad saya cuma satu, saya hanya ingin "masih bisa dikenali!". Sepengalaman saya melihat teman-teman maupun kakak tingkat yang wisuda, mestiii "kecantikan" (baca:terlalu cantik), sampai pangling euy (untuk tidak dibilang tabarruj). Maaf...

Selain itu, mimpi wisuda saya tercapai. Saya ingin ketika wisuda, hanya kedua orang tua saya saja yang datang. Dan mereka cuma datang berdua berboncengan motor. Kedua orangtua saya duduk di balkon atas, jauuuh. Saya tidak bisa melihat mereka. Dan mereka tahu saya menjadi mahasiswa terbaik, itu saat nama saya disebutkan oleh pembawa acara. Hihi, sengaja tidak saya beritahu saat dirumah. Surprise!!! Entah bagaimana wajah mereka saat itu, saya tidak bisa melihat. Tapi saya yakin, mungkin itu adalah salah satu hari terbaik yang bisa saya persembahkan untuk mereka berdua.
Untuk Bapak, terima kasih... Yang dengan telatennya mengantar jemput saya kuliah dengan motor tuanya (untuk tidak dibilang butut). Saya ingat, setiap dibonceng saya merasa malu karena asap dari motornya yang benar-benar bikin polusi. Pernah juga lampunya copot di jalan saat sedang mengantar saya kuliah pagi-pagi. Belum lagi ban kempes dan sebagainya. Maafkan anakmu ini karena sering minta diantar sampai pojok kampus saja, tidak mau dekat dengan gerbang, karena malu dengan motor tuamu (hihii).
Mamak, yang tanpa tekad kuatnya, (mungkin) saya tidak akan pernah berada di jejeran 9 orang itu, bahkan mungkin tidak akan merasakan bangku kuliah. Hanya kata sederhana yang saat itu beliau ucapkan, "jangan kalah sebelum berperang", disuatu pagi beberapa tahun lalu, sebelum mendaftar kuliah. Bapak sempat pesimis. Ngapain kuliah? mahal. Nanti kedepannya gimana biayanya? Oh, doamu sungguh indah, Mak. dari semester paling awal sampai dengan semester terakhir, Allah titipkan rizqi lewat beasiswa yang saya dapat. 3 tahun berturut-turut. Padahal banyak "permainan" dalam mengurus beasiswa ini. Tapi kalau Allah sudah punya kehendak, tangan-tangan manusia itu tak akan mampu menghalangi limpahan rizqi-Nya untuk seorang anak manusia yang ingin menuntut ilmu.

Semoga undangan wisuda (jenjang) selanjutnya, akan tiba untuk kalian berdua Mak, Pak.
Dari anakmu,
Yang sedang berjibaku dengan mimpi pendidikan tingginya.

0 komentar:

Posting Komentar