Jumat, 18 Desember 2015

Tentang Perpisahan

Perpisahan. Farewell. Alvida. Despedida. Abschied. Farvel. Afscheid. Addio. Adieu. Poroporoaki. Jagbyeol. Kutsanzikana. Veda. Kuaga. Salakh yos guitsetgeye. Ijeoma.

Diucapkan dengan bahasa manapun, perpisahan selalu memiliki pesan dan makna yang sama. Sesuatu yang menyakitkan; Dari ada menjadi tiada; Ramai menjadi sepi; Biasa menjadi tidak terbiasa; Tiap kita memiliki pemaknaan yang berbeda akan sebuah perpisahan. Hey kawan, siapa yang suka perpisahan? Pasti kebanyakan kita tidak menyukainya. Apalagi jika itu dengan orang-orang terdekat. Namun tahukah, perpisahan adalah milik orang yang saling bertemu. Setiap pertemuan selalu meniscayakan perpisahan. Jangankan dengan sahabat baik atau seorang menyenangkan yang kamu temui kemarin sore, bahkan dengan seseorang yang mempertaruhkan desah nafasnya; hidupnya untuk dirimu (Ibu) dan seorang yang rela menukar semua keringat dan rasa sakitnya demi menghidupimu (Ayah), ianya akan menghampiri. Tanpa pandang bulu. Jangan bertemu jika enggan berpisah.

Tentang perpisahan ini, saya pun pernah beberapa kali merasakannya. Baik untuk waktu yang lama, maupun sementara. Saat akan pergi ke Pare, Kediri (tahun 2013 lalu), ibu saya Allah berikan cobaan. Ketika sedang mencuci dengan mesin cuci, tangan beliau tertarik resleting jaket kemudian masuk ke dalam mesin cuci yang sedang dinyalakan. Walhasil, jari tengah beliau luka parah. Sulit untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Can you imagine how it feels to leave your mother while she needs your help at home? But you have to go, and can't be cancelled?! Berat, sungguh berat. Belum lagi harus berpisah dengan kakak, adik, keluarga besar; dua adik shalihah (Esy dan Ayu) penyejuk hati. Adik-adik di kampus (Marlia, Widya, Eva, dkk.) penggugah semangat. 

Keluarga. Kenyamanan. Hangat kasih sayang. Kemapanan. Semua itu mau tidak mau harus rela ditinggalkan. Karena perpisahan, bukan hanya tidak bertemunya kita dengan seseorang atau beberapa orang saja. Namun kita harus siap pula untuk tidak bertemu dengan tempat, dengan kenangan, dengan kondisi, yang biasa kita temui sehari-hari untuk beberapa waktu lamanya (atau bahkan) seterusnya (???). Katakan selamat tinggal pada warung dan gerobak langganan makanan yang tentunya sudah memiliki tempat tersendiri dihati. Jalanan yang tiap hari dilewati. Tempat-tempat "bersejarah" yang dihabiskan bersama seseorang.

Perpisahan (walau untuk sementara waktu sekalipun)  awalnya memang terlihat sangat berat, menyakitkan hati, namun ketika kamu mampu melakukannya dengan baik, melaluinya, percaya deh itu akan menyembuhkan dan menyamankan hatimu ketika berpisah dengan seseorang, berada jauh darinya. Dan yang paling penting dari sebuah perpisahan adalah, bagaimana kita bisa menjaga hubungan tetap hangat selama tidak saling bersama. Saling menyimpan kenangan terbaik atau apapun yang bisa kamu lakukan agar ketika kembali bertemu, yang ada hanya sayang yang bertambah.

Perpisahan tidak melulu tentang fisik; dua orang yang tidak saling bertemu; bertatap wajah; terpisah jarak. Kebersamaan secara fisik tanpa didasari kedekatan hati, mengindikasikan pula sebuah perpisahan. Perpisahan jenis ini, menurut saya, lebih 'menyeramkan' dibanding perpisahan fisik. Perpisahan (secara) fisik tidaklah menjadi soalan selama kita mampu menjaga simpul-simpul kebersamaan dalam doa yang kita panjatkan sehabis shalat maupun pada saat-saat dikabulkannya doa. Pasrahkan pada Yang Maha Menjagakan Hati. Apalah arti bersama (fisik) jika terpisah (hati). Just like you waste your time with unimportant person. Got nothing, just sins (huhu).

Adakalanya perpisahan (harus) sengaja kita lakukan demi kesempatan yang lebih baik yang ada di tempat lain. Perpisahan juga kita lakukan demi sebuah rasa rindu. Maksud saya, perpisahan akan menghasilkan rasa kehilangan. Tidak bertemu. Kemudian lahirlah rasa rindu. Rasa rindu hanya dimiliki oleh orang-orang yang berpisah. Ketika kamu bertemu kembali, rasa sayang dihatimu akan lebih "sakral". Trust me

Dan (menurut saya) hal terbaik yang bisa dilakukan sebelum meninggalkan seseorang adalah melakukan perpisahan yang baik (doing a good farewell). Memang sih tiap orang punya cara yang berbeda untuk melakukannya: menghabiskan waktu lebih lama dengan orang yang akan ditinggalkan; berwasiat yang baik (menasehatkan kebaikan); ada yang hanya diam menatap sahabatnya yang ditinggalkan (namun) kemudian mengirimkan pesan lewat pesan singkat; ada yang bahkan sangat sulit melakukannya walau hanya sekedar mengucapkan selamat tinggal, apalah lagi menatap mata orang yang ditinggalkannya. Anehnya lagi ada yang berpikiran lebih baik tidak usah bertemu agar tidak menjadi pemberat hati. Pergi tanpa sepatah kata, sejumput pesan, segores senyuman. Well, everyone has a different way to face up a farewell. Let's cherish it! ^_^


"The point isn't about the farewell, but how we can keep these warmth even on a distance" 
(Zulaikha)

Again,

"The best thing to do before leaving a friend (or someone you love) is doing a good farewell"
(Zulaikha)

0 komentar:

Posting Komentar