Kamis, 23 Juli 2020

Pengalaman Pertama Memancing di Waduk Karangkates (Waduk Ir. Sutami) Sumberpucung Kabupaten Malang


Dengan semangat saya membawa motor. Baru beberapa meter melaju dari kontrakan Rifah, segera tersadar ada hal sangat penting yang ketinggalan, "eh Him pancingnya yaopo ga dibawa?!". Alhamdulillah langsung diingetin Allah kalo jorannya belum dibawa 😁 Gak lucu dong kalo pas sampe sana baru nyadarnya.

Selain membaca dan bersepeda, hobi masa kecil saya yang lainnya adalah memancing (sounds masculine, right? ehe). Sabtu pagi (17/07/2020), saya bersama Himmah melaju motor dengan bahagia menuju Sumberpucung (perbatasan Malang dengan Blitar) untuk mewujudkan niatan saya memancing di Waduk Karangkates. Alat pancing aman; modal dikasih sama rekan kantor (matur suwun Pak Dji). Karena belum bawa umpan, saya berencana untuk beli di pinggir jalan yang kami lewati nanti. Sebelumnya saya sempat tanya pada bapak-bapak di kantor, kalo mau mancing gitu pakannya apa. Beli lumut, katanya. Baiklah. Alhamdulillah saat perjalanan berangkat, ada beberapa lapak pinggir jalan yang jual lumut. Bukan hanya lumut, tapi juga umpan lainnya seperti cacing fosfor, pelet, bahkan ada kail dan perlengkapan memancing lainnya. Lengkap.

Beli pakan di pinggir jalan

Kami membeli umpan berupa lumut (5K) dan cacing fosfor (5). Apa bedanya cacing fosfor dengan cacing biasa yang sering kita cari di tanah-tanah di sekitar kita? Entahlah wkwk. Lanjut lagi perjalanan. Di atas motor saya bilang gini ke Himmah, "Hari-hari yang kita jalani saat ini, pengalaman yang kita kumpulkan, adalah bahan cerita di masa depan". -Quote of the day.

"Himm, kok kita ga bawa wadah untuk ikannya (kalo dapet)?", tiba-tiba saya kepikiran. Dari awal aja udah pesimis gini wkwk. Perjalanan Malang menuju Sumberpucung kami lalui dengan lancar. Jalanan tidak terlalu ramai. Keputusan berangkat pagi nampaknya tepat. Oiya, Waduk Karangkates itu luas sekali. Ada banyak spot yang bisa dipilih oleh pemancing. Perjalanan kali ini kami menyetel Google Map menuju tempat bernama Jurang Toleh.

Petani menuju ke ladang

Dari jalanan lintas Malang - Blitar kemudian kami masuk gang. View khas pedesaan; Indah sekali. Persawahan dan perkebunan kami lewati. Kami sampai di tempatnya sekitar jam 7.15 WIB. Total perjalanan satu jam. Ga jauh, khan. Saya parkir motor di depan sebuah warung. Masih pagi. Sambil meregangkan otot setelah membawa motor, kemudian saya sedikit berkeliling melihat sekitar. Ada satu dua orang pemancing yang sudah stay di tempatnya.

Sebagai seorang yang baru pertama kali datang memancing ke tempat ini, saya mencoba untuk bertanya-tanya pada yang bisa ditanyai (yaopo?). Mendekati salah seorang angler (pemancing). "Pak dari kapan di sini?" tanya saya. "Maghrib kemarin Mbak" bapaknya membalas. Huwawww 😦. Nyali kami langsung ciut melihat hasil pancingan bapaknya yang ga terlalu banyak (ga sampai belasan, seukuran telapak tangan). Beliau yang dari kemarin sore, dengan alat memancing yang bisa dibilang pro, dari semalam saja baru dapat segitu. Apalah kami...

Tidak jauh dari situ, terdapat dermaga penyeberangan sederhana (sangat sederhana malah). Nampak sepasang suami istri beserta anaknya mendorong gerobak berisi karung untuk diseberangkan. Belum ada kapal yang datang. Mereka tampak menunggu.

Dermaga Penyeberangan Jurang Toleh

Dari tempat pertama kali kami datang, kami pindah sekitar beberapa ratus meter. Mencari tempat yang ga banyak bapak-bapaknya, yang lebih tenang. Saya memarkirkan motor di sebuah tempat yang seperti tempat wisata. Ada tulisan dilarang parkir di situ, tetapi saya lihat ada sebuah motor yang parkir. Ngikut ah. Di tempat ini ada beberapa spot foto dan gubuk untuk beristirahat. Usut punya usut, ternyata ini adalah wisata Jurang Toleh yang saya sempat ingin kesini beberapa bulan lalu. Nampak tidak terawat. Informasi dari seorang warga, tempat wisata ini akan direnovasi, makanya kelihatan tidak terawat. Mungkin setelah pandemi Covid-19 nanti akan mulai dibenahi kembali. Wallahu 'alam.

Salah satu spot foto di Wisata Jurang Toleh

Kami menuju pinggiran waduk. Oke fix Him, kita mancing di sini. Oiya, Jika ingin  memancing di lapak ada tempatnya sendiri, bayar 5K. Tempatnya enak, macam kolam pemancingan yang ada tempat berteduhnya itu. Letaknya di dekat dermaga yang pertama kami datangi tadi. Sebagai seorang yang berjiwa petualang (baca: blusukan) saya lebih memilih untuk mencari spot pinggir waduk.

Sebelum mulai memancing, saya menuju satu gubuk untuk shalat Dhuha. Kalo main gini, list to do yang harus dilakuin adalah: Baca zikir pagi petang plus Dhuha. Ga boleh tinggal (!) Sementara saya shalat, Himmah sibuk merakit joran; memasang senar, memasukkan kail ke senar dan sebagainya. Setelah saya selesai, gantian Himmah shalat. Sekitar jam 7.30 kami start memancing, Ganbatte! konsen dengan joran masing-masing. Diam; sabar; 30 menit kemudian seekor ikan kecil mungil berwarna oranye mendekati kail (mata pancing) Himmah. Kena deh kamu!

Hasil pancingan pertama

Kami lebih banyak diam dan fokus dengan joran masing-masing. Beberapa kali umpan kami ditarik; ternyata ikan-ikan kecil yang "mengerjai" kami. Sebagai konsekuensinya, mereka harus berakhir di kantong bekas mie instan yang Himmah pungut di sekitar situ 😌 Memancing di waduk yang besar dan lebar begini ternyata sangat menantang. Walau banyak ikannya, tapi tetap aja kemungkinan untuk umpan kita didekati ikan, sangat kecil (jiwa pesimisku meronta-ronta 😩) Apalagi kalo umpannya apa adanya kayak punya kami. Jangan bandingkan memancing di waduk dengan di kolam pemancingan. Beda banget pastinya. Analoginya kayak kamu nyari ayam di peternakan sama nyari ayam di hutan *bayangin sendiri deh.



Bergantian kami mendapatkan ikan (kecil). Sensasi ketika umpan ditarik kemudian pelampung masuk ke air memang ga ada duanya. Puas banget ketika diangkat kemudian ada ikan lemah tak berdaya yang kena mata pancing 😐 Lagi asik mancing, ada seorang bapak melewati kami. Saya bilang ke beliau, "Pak ikannya kecil-kecil ya di sini?". "Umpannya apa Mbak?", si bapak nanya. "Cacing, Pak". "Oalah ya pantes. Paling yang mau lohan sama nila. Tapi biasanya nilanya kalah sama lohan". Saya mengangguk-angguk tanda mengerti. Rada takjub juga ternyata ada ikan lohan di sini.

Qadarullah, tidak berapa lama saya dapat lohan. motifnya cantik masyaAllah. Persis seperti yang ada di akuarium ikan hias itu.

Dari awal memancing tadi kami belum mencoba umpan lumut. Saya cuma mikir, ini kekmana caranya lumut bisa jadi umpan? Nyangkutin ke mata pancingnya gimana? Dikasih tahu sama bapak yang mancing di sebelah spot kami, kalo mau mancing pake lumut harus dengan kail khusus (yang mata pancingnya 3). Jadi bukan kail biasa. Oalah... Ga berguna dong kalo gitu lumut yang kami beli tadi. Akhirnya saya berikan ke si bapak.


Waduk Karangkates punya banyak sekali spot memancing. Tinggal pilih. Mungkin suatu hari kalau Allah kasih kesempatan untuk memancing di sini lagi, saya akan mencari spot yang berbeda. Waduk ini juga indah. Pilihan tepat untuk mengajak keluarga ke sini. Bisa mancing sekalian rekreasi. Di tengah waduk terdapat banyak keramba tempat nelayan membudidayakan ikan air tawar. Menjadi pemandangan indah tersendiri. Pengen rasanya pergi ke keramba itu kemudian melihat bagaimana mereka memelihara ikan-ikan yang ada di sana 😷


Satu ikan kecil yang didapat Himmah menjadi penutup memancing kami hari itu. Jam 11 siang kami memutuskan untuk pulang. Total 13 ikan kami dapat dengan ukuran yang paling besar setengah telapak tangan. Kalo dibandingin sama beli ikan di pasar, ga ada apa-apanya banget. Tapi seru aja deh. Memancing melatih diri untuk sabar. Kata Allah gini... "Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (Surah Al-Kahfi ayat 68). Yah itung-itung aja belajar mengamalkan ayat itu dengan memancing di waduk luas yang entah ada berapa dan apa saja jenis ikannya 😶

Saat pulang kami melewati ladang milik penduduk dan kebun sawi yang sedang berbunga. Bunganya warna kuning. Masya Allah indahnya. Gaboleh dilewatin inimah. Jadi inget beberapa film Jepang yang saya nonton yang punya latar beginian. Langitnya juga sangat cerah, dihiasi awan bergerombol.



MAMPIR MANDI DI PEMANDIAN SUMBER JERUK
Saya dan Himmah dari rumah sengaja berangkat pagi sekali dan tidak mandi 😁 Rencananya setelah mancing kami mau mandi di Pemandian Sumber Jeruk yang berada di daerah Gondanglegi, beberapa ratus meter sebelum Sumber Maron. Jarak dari tempat kami memancing menuju Sumber Jeruk tidak jauh, kurang lebih setengah jam. Masuk waktu Zuhur, kami memutuskan untuk shalat terlebih dahulu di masjid pinggir jalan (seberang jalan sebelum gang masuk Sumber Maron). 

Ketika sampai di tempatnya, nampak palang kayu menghalangi jalan masuk ke pemandian. Ada tulisan sedang ada perbaikan dan untuk sementara pemandiannya ditutup. Tapi dari tempat kami memarkirkan motor kelihatan ramai anak-anak yang sedang mandi. Sepertinya masih bisa tetap mandi deh. Kami masuk saja akhirnya.



Jadi sebenarnya, tidak ada masalah dengan pemandiannya. Ada beberapa tukang yang sedang bekerja memperbaiki saluran di situ dan bahan bakunya seperti semen dan lain-lain diluncurkan dari atas menuju bawah (seperti flying fox). Karena khawatir jatuh kemudian menimpa yang datang mandi di situ, makanya ditutup untuk sementara. Kami memilih tempat untuk mandi yang agak aman, jadi ga masalah. Airnya segar sekali. Malang emang juara kalo soal sumber pemandian alami.

Jika dibandingkan dengan Sumber Maron, tempat ini sangatlah sepi. Terdapat satu kolam besar yang airnya berwarna tosca saking jernihnya (tapi kurang aman untuk mandi apalagi buat yang gabisa renang) dan satu kolam dangkal. Tidak ada biaya masuk ke tempat ini, gratisss. Oiya untuk kamar mandi ganti dan warung jajanan tidak tersedia, jadi niatkan kesini hanya untuk mandi saja yes.



Malang menghadapi era New Normal; Walau yang terkonfirmasi positif Covid-19 semakin bertambah tapi kalo pemerintah setempat udah memutuskan begitu, kita bisa apa? Boleh kok pergi berwisata asal tetap jaga jarak, pake masker dan rajin cuci tangan atau pakai hand sanitizer. Kalo saya sih, untuk lebih amannya, pilih tempat wisata yang anti-mainstream yang ga ramai, atau pilih waktu yang kira-kira ga banyak orang kesitu juga; memancing di Waduk Karangkates dan mandi di Sumber Jeruk ini salah satu contohnya 😍

Selamat berlibur bersama keluarga tercinta... Stay health!

1 komentar:

  1. Spot mancing yang di karangkates malang apa seperti spot mancing yg ada di waduk jatiluhur, pake rakit (ada yg khusus sewain rakit bagi para pemancing)?
    Tips Memilih Spot Mancing Yang Bagus

    BalasHapus