Kamis, 07 Mei 2020

#ReadingExperience: Sejarah Hidup Muhammad (Sirah Nabawiyah)


Judul buku: Sejarah Hidup Muhammad: Sirah Nabawiyah
Judul asli: Ar-Rahiq al-Makhtum Bahtsun fi as-Sirah an-Nabawiyah 'ala Shahibina afdhal as-Shalat wal-Salam
Penerjemah: Rahmat
Penerbit: Robbani Press
Tahun terbit: 1998
Cetakan ke: 1
Tebal buku: xxxvi + 748 halaman
ISBN: 9799078237
Harga buku: -

Hari itu adalah hari yang sangat bersejarah. Suara tahmid menggema di rumah-rumah. Sebagai ungkapan rasa gembira, anak-anak Kaum Anshar mengalunkan bait-bait syair berikut: "Bulan purnama telah bersinar menerangi kami dari Tsaniyyat Wada'; Kita wajib bersyukur atas kedatangan seorang da'i yang menyeru kepada Allah; Wahai (Nabi) yang diutus kepada kami engkau datang membawa perkara yang ditaati... (hlm. 236)

Sebelum masuk ramadan tahun ini saya menyusun beberapa list to do, salah satunya adalah membaca buku. Belakangan ini selera buku saya sedikit berubah ke buku-buku tebal karya ulama salaf (buku terjemahan). Jadilah saya masukkan beberapa buku 'tebal' dalam reading list, salah satunya Sirah Nabawiyah. Ngerasa malu aja gitu, bertahun-tahun interaksi sama sirah (di kontrakan ada jadwal taklim materi sirah tiap hari Jumat), tapi cuma sampe halaman itu-itu ajah ga move up. Pemahaman sirahnya ga utuh, saya akui. Kalo dipersen, ga sampai 10 persen! *Parahnya. Sementara 6 novel Dan Brown yang tebalnya 600an halaman udah tamat semua 😳😳😳 (sungguh daku harus mengasihani diriku sendiri).

Qadarullah, awal puasa berhalangan untuk ikut puasa. Saya fokuskan untuk membaca sirah. Awalnya target sehari 10 lembar. Tapi (kok) semakin dibaca semakin menarik. Buat saya, feel-nya sama kayak baca novel kesukaan saya. Iya, biasanya saya baca buku-buku rujukan karya ulama salaf tuh lemot banget alias per bab dan kondisional; dibaca acak sesuai tema yang lagi dipengenin. Tidak dengan baca sirah kali ini; Karena ceritanya yang runut, jadi buat saya penasaran, abis ini apa ya? abis ini ngapain atau kenapa ya? Walau di bab pertama sempat dibuat pusing dengan nama-nama kabilah dan penguasa jazirah Arab sebelum masa diutusnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, tapi kemudian bisa mengikuti alurnya. Tinggalkan yang tidak dimengerti, ikuti aja alurnya gausah dipaksain, just let it flow. Itusih...

Sebelum mulai sedikit cerita pengalaman saya baca sirah, kita harus ngerti dan paham dulu, kenapa sih harus membaca sirah, kenapa harus mempelajari, tertarik dan memahaminya? Dalam sebuah kajiannya di channel Yutup Free Qur'an Education yang berjudul "Why Study Seerah?", Dr. Yasir Qadhi memaparkan beberapa alasannya, antara lain:
  • Allah memerintahkan kita untuk mengenal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Di dalam al-Qur'an, ada 50 ayat lebih yang memerintahkan kita untuk mengambil pribadi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagai contoh. Salah satunya ada di Surah Al-Ahzab ayat 21.
  • Mempelajari sirah adalah cara pertama untuk meningkatkan rasa cinta kita kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Gada cara yang lebih efektif dan lebih powerful untuk meningkatkan cinta kita kepada beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam selain dengan mempelajari kehidupannya. Selain itu, untuk menunjukkan kecintaan kita pada beliau. Fitrahnya, jika kamu benar-benar mencintai seseorang maka kamu akan mempelajari orang tersebut; ingin mengetahui lebih banyak tentangnya (that's a sign of love).
  • Memahami sirah membantu kita juga untuk memahami al-Qur'an. al-Qur'an merupakan mukjizat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang kompleks, menyeluruh dan mendalam. Kitab mulia ini akan sulit dipahami tanpa konteks. Dengan mempelajari sirah, kita bisa menggali kisah-kisah yang ada di dalam al-Qur'an. Without seerah, the Qur'an is out of context; And without context, you'll never appreciate the Qur'an.
  • Kisah-kisah dalam Sirah Nabawiyah membangkitkan harapan, semangat dan optimisme. Terutama di tengah-tengah Islamofobia atau persekusi atau ketidakadilan yang kita alami, kalo kita mau refleksi dari kisah awal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama para sahabat pada masa awal mendakwahkan Islam, betapa menderitanya mereka, apa yang kita alami saat ini belum ada apa-apanya. Lihat Surah al-Furqan : 32
  • Sirah itu sendiri merupakan mukjizat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Keseluruhan kisah hidup Rasulullah SAW merupakan bukti bahwa beliau adalah rasul Allah; seseorang yang Allah utus. Bagaimana bisa, dari seorang penggembala kambing yang tidak bisa baca tulis, dari sebuah negeri yang tidak beradab, bangsa yang barbar, tidak berpendidikan, menjadi seorang yang mampu merubah sebuah bangsa dengan generasi terbaik di muka bumi, kemudian menyebarkan ajarannya ke seluruh penjuru dunia. Mukjizat al-Quran yang beliau bawa; keindahan isinya, pesan-pesan yang terkandung di dalamnya, semua itu bukti bahwa beliau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ada beberapa ulama yang menulis tentang sirah nabi. Yang pertama kali melakukannya adalah Ibnu Ishaq, ulama sekaligus sejarawan muslim kelahiran Madinah yang memiliki nama asli Muhammad bin Ishaq bin Yasar (85H - 151H). Kemudian ada juga Abu Muhammad 'Abdul Malik bin Hisyam atau lebih dikenal dengan Ibnu Hisyam. Beliau melakukan perbaikan pada biografi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang ditulis oleh Ibnu Ishaq. Selain kedua ulama ini, masih ada beberapa ulama lainnya yang menulis kisah perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (sirah nabi).

Sirah yang saya baca yang memiliki judul asli "Ar-Rahiq al-Makhtum Bahtsun fi as-Sirah an-Nabawiyah 'ala Shahibina afdhal as-Shalat wal-Salam" ini merupakan karangan ulama India Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfury. Karya yang beliau susun ini adalah pemenang pertama penulisan Sirah Nabawiyah yang diselenggarakan oleh Rabithah 'Alam Islam Islami di Pakistan pada tahun 1396 H. Gak perlu diragukan lagi kontennya yah (apalah kita ini yang cuma sebutir debu di hadapan para ulama-ulama itu) karena pastinya udah melewati penilaian dari semua sisi oleh para dewan juri dari seluruh dunia yang berkompeten di bidangnya.

Sudah lumayan lama sejak terakhir kali adrenalin saya terpacu ketika membaca novel Dan Brown berjudul Inferno; Kisah perjalanan Rasulullah dan beberapa peperangan yang dilakukannya lebih seru lagi, bikin ikutan berdebar (!). Belum lama nangis baca novel tentang kucing Nana di Traveling Cat Chronicles; Kisah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sirah ini lebih membuat saya menangis lagi (!). Masya Allah.

Setelah membacanya sampai tuntas ini, banyak sekali kesadaran dan pengetahuan baru yang saya dapatkanBahwa Perang Badar adalah perang pertama yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama kaum mukmin (Muhajirin dan Anshar) melawan kaum musyrik Mekkah, dan Perang Tabuk adalah perang terakhir yang beliau ikut berperang di dalamnya. Bahwa Rasulullah merasakan penderitaan yang amat sangat selama 10 tahun sejak kenabian, di kota kelahirannya Mekkah; Beliau mengalami persekusi, penindasan, pemboikotan dan bermacam-macam gangguan lainnya dari Abu Jahal dkk. Bahwa beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian hijrah dan diterima dengan sangat baik dan dimuliakan oleh penduduk Madinah (Kaum Anshar).

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah komandan perang terbaik, paling hebat di dunia. Ga ada bandingannya! Beliau mengangkat derajat peperangan ke tempatnya yang lebih tinggi; bukan sekedar bunuh membunuh, merampas, merusak, tapi ada sesuatu (nilai-nilai) yang diperjuangkan; Beliau meletakkan dasar hukum peperangan yang sangat manusiawi, Declaration of Human Right punya PBB gada apa-apanya. Mungkin selama ini kita (saya) terlalu dilenakan sama kisah-kisah kepahlawanan fiksi film Hollywood (Avenger dll.) atau pangeran-pangeran 'cantik' Kerajaan Joseon lewat drakor, sehingga lupa kalau kita ummat Islam punya sosok, punya teladan nyata yang jauh lebih keren.

Beliau adalah seseorang yang sangat mau mendengarkan orang lain, sahabat-sahabatnya... 
"Wahai Rasulullah, jika Allah memerintahkan hal ini kepada Anda, maka kami akan patuh dan taat. Namun jika ini merupakan sesuatu yang Anda buat untuk kami, maka kami tidak akan membutuhkan hal ini". Rasulullah menjawab, "Sesungguhnya itu hanya sesuatu yang aku buat untuk kalian..." (hlm. 444-445)

"Wahai Rasulullah, apakah tempat ini merupakan tempat yang ditetapkan oleh Allah, ataukah sekedar pendapat dalam strategi peperangan?" "Ini adalah sekedar pendapat". Kemudian sahabat tersebut menjelaskan bahwa tempat itu dekat dengan benteng musuh. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, "pendapat yang kamu kemukakan itu sungguh tepat". (hlm. 548-549)

Betapa hormatnya para sahabat terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Penghormatan dan pemuliaan terhadap manusia terbaik yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala...
"Urwah kemudian memperhatikan sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam dan sikap mereka dengan beliau, lalu kembali kepada teman-temannya seraya berkata kepada mereka, 'wahai kaumku, demi Allah, aku pernah diutus kepada raja, kaisar, Kisra dan Najasyi. Tetapi aku belum pernah melihat seorang raja diagungkan oleh sahabat-sahabatnya seperti pengagungan sahabat-sahabat Muhammad kepada Muhammad. Demi Allah, tidaklah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meludah kecuali ludah itu jatuh ke telapak tangan seseorang di antara mereka, lalu mengusapkannya ke wajah dan kulit mereka. Apabila dia (Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam) memerintahkan sesuatu kepada mereka, mereka berebut untuk melakukannya. Apabila dia berwudhu', mereka berebut seperti orang yang hendak bertengkar untuk mendapatkan sisa air wudhu'nya. Apabila mereka berbicara di hadapannya, mereka berbicara dengan menundukkan kepala, merendahkan suara demi menghormatinya..." (hlm. 495-496)

"Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang telah diberitahukan Allah kepada Anda, kami tetap bersama Anda. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan kepada Anda perkataan yang pernah diucapkan Bani Israel kepada Musa, yaitu 'pergilah engkau bersama Rabbmu dan berperanglah, kami tetap duduk di sini.' Tetapi, yang kami katakan kepada Anda adalah, 'pergilah engkau bersama Rabbmu dan berperanglah, kami ikut bersama Anda"... (hlm. 285)

Beliau adalah seseorang yang sangat peka hatinya, halus budi pekertinya, tahu menempatkan diri dan menempatkan orang lain. Ada satu kisah di bawah ini yang buat saya meneteskan air mata membacanya; Tentang pembagian rampasan perang atau ghanimah Perang Hunain. Saat itu Rasulullah membagi-bagikan ghanimah yang cukup banyak untuk penduduk Mekkah yang baru masuk Islam dan tidak memberikan sedikitpun pada Kaum Anshar. Manusiawi, Kaum Anshar sedikit 'cemburu' dan sebagian ada yang berpikir tidak-tidak.

"Demi Allah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bertemu dengan kaumnya sendiri (hlm. 639). Sa'd bin Ubadah (mewakili Kaum Anshar) melaporkan pada Rasulullah. Rasulullah bertanya, "dimana posisimu dalam hal ini, wahai Sa'd?" Sa'd menjawab, "aku termasuk salah seorang dari kaumku". "Kumpulkan kaummu di lapangan ini, aku akan berbicara dengan mereka", perintah beliau.

Beliau berkata di hadapan Kaum Anshar,
"Wahai orang-orang Anshar, aku telah mendengar perkataan kalian dan di dalam diri kalian ada perasaan jengkel terhadap diriku. Bukankah ketika aku datang kalian masih dalam keadaan sesat, kemudian Allah memberikan hidayah kepada kalian? Bukankah ketika itu kalian masih menderita, kemudian Allah mencukupi kalian? Bukankah ketika itu kalian masih saling bermusuhan, kemudian Allah mempersatukan hati kalian?"

Mereka menjawab, "Benar, Allah dan rasul-Nya lebih banyak karunianya". Beliau masih bertanya, "wahai Kaum Anshar, kenapa kalian tidak menanggapi perkataanku?", "Kami harus menanggapi bagaimana, wahai Rasulullah?" Segala karunia bagi Allah dan rasul-Nya.

Beliau melanjutkan,
"Demi Allah, jika kalian mau tentu dapat mengatakan yang sebenarnya: 'Engkau datang kepada kami sebagai orang yang didustakan, kemudian kami membenarkanmu. Engkau datang sebagai orang yang dihinakan, kemudian kami membelamu. Engkau datang sebagai seorang yang diusir, kemudian kami melindungimu. Engkau datang sebagai orang yang menderita, kemudian kami menyantunimu'. Wahai Kaum Anshar, apakah kalian merasa jengkel karena tidak menerima sejumput sampah keduniaan yang tidak ada artinya? Padahal, dengan sampah itu, aku hendak menjinakkan suatu kaum yang baru saja masuk Islam, sedangkan kalian sudah tidak diragukan lagi keislamannya. Wahai Kaum Anshar, apakah kalian tidak puas melihat orang lain pulang membawa kambing dan onta, sedangkan kalian pulang membawa Rasul Allah? Demi Allah, apa yang kalian bawa pulang itu lebih baik daripada apa yang mereka bawa. Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah, niscaya aku menjadi salah seorang dari Anshar. Seandainya orang lain berjalan di lereng gunung dan Kaum Anshar juga berjalan di lereng gunung yang lain, aku pasti turut berjalan di lereng gunung yang ditempuh Kaum Anshar. Ya Allah, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Kaum Anshar, kepada anak-anak Kaum Anshar, dan kepada cucu-cucu Kaum Anshar".

Mendengar ucapan Nabi SAW tersebut, Kaum Anshar menangis hingga jenggot mereka basah karena air mata. Mereka kemudian menjawab, "Kami rela mendapatkan Rasul Allah sebagai pembagian dan jatah kami". (hlm. 640-641)

Ada juga kisah yang membuat saya tertarik, ketika Rasulullah meminta pendapat Umar ra. dan Abu Bakar ra. soal tawanan perang. Saat itu mereka berdua menyampaikan pendapatnya kemudian Rasulullah SAW memilih pendapat Abu Bakar ra. Ternyata yang lebih tepat adalah pendapat Umar ra. Saat Umar ra. menemui Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra., Umar mendapati beliau berdua menangis,
"Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku, mengapa Anda dan sahabat Anda itu menangis? Jika ada alasan untuk menangis aku akan turut menangis; dan jika tidak ada alasan untuk menangis aku akan berusaha untuk menangis karena Anda berdua menangis" (hlm. 319)

Pantas saja kalau disebutkan bahwa generasi sahabat di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah generasi terbaik. Mereka radhiyallahu anhuma adalah orang-orang terbaik yang tidak hanya kokoh keimanan dan ketauhidannya, tapi luas pula ilmunya, dan hebat di medan perang. Seperti kata pepatah, "rahib di malam hari, singa yang buas di siang hari". Selama ini saya mengenal Ali ra. karena kepintarannya. Ternyata beliau ra. bukan hanya pintar, tetapi juga ksatria di medan peperangan. Dalam Perang Khaibar dikisahkan, "Wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka sampai mereka sama seperti kita" (hlm. 550). Ali kemudian memukul kepala Marhab dan membunuhnya, dan kemenangan pun berada di tangannya.

Di bagian akhir buku dijelaskan sedikit tentang istri-istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kenapa beliau menikahi siapa, semua ada penjelasannya. Kalau orang-orang yang suka mengatakan perkataan bathil tentang Rasulullah SAW itu mau membuka hati dan pikirannya, tidak ada celah sedikitpun untuk menghina Rasulullah perihal pernikahannya dengan para ummul mukminin. ..."Di antara tradisi bangsa Arab adalah menghormati hubungan perbesanan. Menurut mereka, menjalin hubungan perbesanan merupakan suatu pintu untuk mendekatkan hubungan antar berbagai suku. Mereka memandang bahwa memusuhi keluarga besan merupakan suatu aib. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menikahi beberapa wanita (ummahatul mukminin) bertujuan mengikis permusuhan berbagai kabilah terhadap Islam..." (hlm. 724) dan beberapa alasan lainnya (mentransfer keadaan rumah tangga Rasulullah, mendidik para wanita lainnya, serta menghapus tradisi jahiliyyah).

Agama Islam yang kita anut saat ini, saat dimana kita bisa menjalankannya dengan sangat nyaman tanpa gangguan sedikit pun, awal mula dakwahnya sungguh berdarah-darah. Mungkin kalau kita mau sedikit merenungi bagaimana menderitanya Rasulullah dulu ketika awal mendakwahkan Islam, kita ga bakal seenak hati menjalankan agama ini; pilih-pilih mana yang kita suka, mana yang ga cocok sama kita. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ga pernah istirahat, mulai dari awal menerima wahyu sampai wafatnya (duh beneran berkaca-kaca kalo ingat ini😭😭😭) "Maka, beliau pun bangkit dan terus bangkit lebih dari dua puluh tahun, memikul beban amanat besar di bumi ini, seluruh beban kemanusiaan, seluruh beban aqidah, beban perjuangan dan jihad di berbagai medan...(hlm. 694)

Teringat suatu kajian yang saya tonton di Merciful Servant, dibawakan dengan sangat apik dan menarik oleh Sheikh Khalid Yasin (barakallahu fiiik), tentang "Who is The Greatest Man in All History". Beliau menyampaikan, ada seorang sejarawan barat kontemporer, Michael Hart, menyusun tentang 100 orang paling berpengaruh di dunia. Ia mengumpulkan para sejarawan lainnya untuk mengumpulkan tokoh-tokohnya dan membagi ke dalam 32 kategori. And guess what? Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam unggul di semua kategori sehingga Michael Hart menempatkan beliau SAW di posisi paling atas. Ia berkata, "saya seorang christian, harusnya saya memilih Jesus Christ. Tapi tidak. Kenapa? Karena Jesus bukan seorang ayah, Muhammad iya. Jesus bukan seorang suami, Muhammad iya. Jesus bukan seorang pedagang, Muhammad iya. Jesus bukan seorang panglima perang, Muhammad iya. Dan Jesus bukan seorang pemimpin (negara), Muhammad iya".

Okay then, review singkat dan acak-acakan ini mungkin cuma bisa menggambarkan secuil dari ribuan hikmah yang terkandung dalam kisah kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang dirangkum dalam Sirah Nabawiyyah karya Syaikh Mubarakfury. Ada begitu banyak kisah mulai dari masalah politik, militer, rumahtangga, kepemimpinan, ekspedisi, dan sebagainya yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Saran saya, untuk mendapatkan untaian mutiara hikmahnya, selamilah sendiri samudra luasnya. Allah akan asup oksigen sebanyak-banyaknya kok kalo kita benar-benar meniatkan diri untuk menyelaminya, insya Allah. Seperti yang Dr Yasir Qadhi sebutkan di atas, salah satu tanda cinta adalah ingin mengetahui lebih banyak tentang orang yang kita cintai. Jadi? Sudah seberapa banyak kita (ingin) tahu tentang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam? Let's prove our love to our beloved 💘

[...Saya baru beli buku kisah para nabi, Adik saya membuka-buka isinya kemudian bertanya, "ini gada kisah tentang Nabi Muhammad?". Saya jawab, "Ga mungkin lah kalo Nabi Muhammad ga ada". "Lah ini, cuma sampe Nabi Isa aja". Saya baru tersadar...(Yah iya jugak ya, ga mungkin kayaknya kalo kisah Rasulullah digabung sama kisah nabi dan rasul yang lain. Bakal setebal apa tuh buku?!]... Wallahu 'alam bishawwab.

0 komentar:

Posting Komentar