Sabtu, 13 Januari 2018

Semua Hal Tentang Cokelat di Wisata Edukasi Kampung Coklat Blitar, Jawa Timur


Coklat; Baik ia sebagai warna atau sebagai makanan, keduanya saya suka. Dikutip dari informasitips.com, coklat identik dengan warna tanah atau bumi. Warna ini melambangkan kebersahajaan, pondasi, stabilitas, kehangatan, rasa aman dan nyaman, rasa percaya, keanggunan, ketabahan, serta kejujuran. Kamu tipe orang yang tidak suka menonjolkan diri? berarti kamu sama kayak warna coklat. Disebutkan bahwa warna ini tidak mencari perhatian, ia membiarkan warna-warna lain yang bersinar #baikBanget #sayaBanget #uhuk

Coklat (sebagai makanan) juga tidak kalah keren pengaruhnya. Di dalam coklat terkandung zat phenethylamine yang memacu hormon endorfin dalam tubuh kita. Endorfin ini adalah hormon yang bertanggungjawab pada rasa bahagia. Jadi semakin banyak coklat yang kamu makan, semakin sakit gigi kamu ngerasa bahagia kayak bahagianya orang yang lagi kejatuhan cinta, bahagianya pegawai di awal bulan, bahagianya anak kost habis dapet kiriman bulanan, bahagianya seseorang yang lagi kebelet banget terus nemu toilet #eh

###

Demi memenuhi keinginan seorang nyonya yang ingin berkunjung ke Kampung Coklat yang ada di Blitar, dibuatlah rencana pergi kesana. Perjalanan dari Malang Kota ke Blitar ditempuh kurang lebih 2,5 jam. Mirip dengan perjalanan biasanya ke pantai di daerah Malang Selatan. Okelah, Insya Allah dapat ditempuh dengan sepeda motor. Dan sejujurnya saya memang lebih 'sehat' kemana pergi dengan motor daripada duduk nyaman di dalam mobil tapi tiba-tiba... huek! (ini curhat seorang pemabuk, sodara-sodara). Agak kesiangan kami memulai perjalanan. Jam 9 pagi bersama Nita dan Amel, kami ketemuan di pom bensin Sigura-gura. Seperti biasa, Rasulullah mengajarkan untuk memilih 'pemimpin' dalam setiap perjalanan yang kita lakukan agar tidak tersesat dan tak tahu arah jalan pulang #halah. Saya di depan memimpin jalan. Sejujurnya masih agak samar perjalanan menuju Kampung Coklat.

Dari Malang Kota sampai masuk gapura selamat datang di Kota Blitar, lancar jaya tanpa nyasar sana-sini. Begitu masuk Blitar, eh mulai bingung deh. Sempat kesasar lumayan jauh, balik lagi. Kira-kira setengah jam perjalanan lagi sampai di tempatnya, ban motor Nita bocor. Alhamdulillah ala kulli hal. Itu caranya Allah memberikan kami rehat. Nungguin ban motornya Nita diganti sambil shalat kemudian leyeh-leyeh di sebuah masjid di pinggir jalan.


Kurang lebih sejam kemudian kami memacu motor kembali menuju daerah Kademangan. Masih meraba-raba tujuan kami dengan bantuan Maps. Alhamdulillah sampai tepat di depannya. Lokasinya persis di pinggir jalan raya dengan beberapa rumah di sekitarnya yang membuka warung-warung dan jasa parkir. Suasananya mirip seperti di Masjid Turen Malang. Begitu masuk, langsung disambut informasi tentang coklat yang dipajang pada galeri di sepanjang dinding menuju loket tiket masuk. Keren!


Kesan pertama masuk tempat ini, i like that brown! Untuk masuk ke Kampung Coklat, pengunjung hanya harus membayar harga tiket masuk per orang 5K. Murah meriah Alhamdulillah. Bocah-bocah reek, baru sampai halaman depan sudah sibuk foto sana-sini. Apa yang kami dapat dengan tiket semurah itu? Kuy lah segera masuk daripada penasaran.





Sejarah berdirinya Wisata Edukasi Kampung Coklat yang berlokasi di Blitar ini cukup panjang (dapat dibaca pada papan informasi yang banyak terdapat di sepanjang tempat ini). Mulai dari tahun 2004 kemudian baru dibuka pada tahun 2014 (sepuluh tahun, men). Di awal berdirinya pun belum seluas saat ini. 


Kampung Coklat dibangun di area seluas 5 hektar. Besaaar. Satu hal yang saya senangi dari tempat ini adalah banyaknya kursi yang disediakan untuk pengunjung. Benar-benar mengutamakan ke-pewe-an. Ada banyak kursi untuk semua pengunjung. Jadi, ga perlu khawatir kalo ngajak orangtua atau sesepuh kemari ya. Capek jalan dikit langsung bisa duduk kok. Selain itu, ada beberapa pendopo yang bisa pengunjung 'jarak jauh' gunakan untuk tiduran maupun merebahkan kaki. Beberapa spot foto untuk penggemar swafoto juga disediakan #tenangAja


Fasilitas yang tersedia yang bisa pengunjung manfaatkan di Kampung Coklat ini antara lain live music, meeting room dan hall yang bisa pengunjung sewa untuk berbagai macam acara, cooking class, warung jajanan dan prasmanan khas Jawa Timur-an, playground, budidaya kakao, dan pengolahan cokelat. Mushola juga toilet, ada. Selain itu tersedia juga kolam terapi ikan untuk kaki-kaki kamu yang banyak kumannya hehe. Tapi ikannya kurang ganas sih #maluMalu


Kami masuk menuju Chocolate Gallery. Galeri ini sebenarnya semacam supermarket mini dimana di dalamnya dijual berbagai macam olahan coklat dan juga buah tangan khas Kampung Coklat. Harganya variatif dan terjangkau insya Allah. Terdapat juga bioskop mini yang bisa pengunjung masuki dengan membayar 5K saja.


Salah satu aktifitas menarik yang bisa dilakukan pengunjung di sini adalah memberi makan ikan. Awalnya saya agak heran, di salah satu sudut ada stand berupa meja dengan jualan makanan ikan di atasnya. Per bungkus kecil 2K. Buat apa sampai jualan makanan ikan begitu? Setelah mendekati parit buatan dan melihat sendiri banyaknya ikan dengan ukurannya yang besar-besar, terjawablah sudah keheranan saya. Ikannya masya Allah, nurut! Nyenengin banget kasih makan ikan-ikan itu sambil mendekatkan tangan kita ke mulut mereka. Kerennya, ikan-ikan ini memang sengaja disebar di sepanjang parit buatan yang mengelilingi gedung Gallery Chocolate. Buat saya, ini salah satu hal yang bikin kangen sama Kampung Coklat.


Nuansa coklat berpadu dengan hijau, adalah salah satu ciri khas Kampung Coklat. Deretan kursi-meja juga bangunan-bangunan yang menonjolkan warna coklat 'diselingi' dengan pohon coklat serta view persawahan juga tanam-tanaman dan bebungaan yang sengaja diletakkan di area ini tentu memberikan kesan sendiri bagi pengunjung. Hangat. Nyaman. Saya sebagai fans berat warna coklat, betah untuk berlama-lama menghabiskan waktu di sini.


Saya mengajak Tika untuk masuk ke bisokop mini. Di sini pengunjung akan diputarkan film pendek yang memaparkan sekilas tentang cokelat, Kampung Coklat dan juga cara pembuatan cokelat. Kamu penasaran gak sih, gimana ceritanya dari biji kakao yang pahit ungu begitu kemudian pada akhirnya bisa jadi coklat yang enak? Nah, jangan lewatkan untuk masuk ke bioskop mini ini ya. Ini salah satu bagian penting kalo pergi ke wisata edukasi, menurut saya. Ilmu baru. Kami masuk berbarengan dengan rombongan adik-adik unyu. Banyak sekali ilmu yang saya dapat yang akhirnya menjadi tambahan informasi baru untuk kelak dibagikan ke anak cucu #halah.


Tahukah kamu? 3 negara dengan produksi coklat terbanyak di dunia... Belanda, Swiss dan Jerman. Padahal mereka ini ga punya produksi biji coklat yang berasal dari pohon kakao itu. Lalu, diimpor dari mana? Biji coklat diimpor dari negara penghasil biji coklat, dong. Nih, 3 negara penghasil biji coklat terbesar di dunia... Pantai Gading, Ghana dan kemudian negara kita tercinta, Indonesia. Miris yak! Kita masuk tiga besar negara penghasil biji coklat, tapi belum bisa masuk deretan negara pemroduksi coklat. 


Sebelum pulang ke Malang, terlebih dahulu kami 'menjenguk' seorang adik yang sedang PKL di salah satu sekolah yang ada di Blitar. Haha hihi sampai waktu shalat Maghrib tiba hingga akhirnya kurang lebih sekitar pukul 6.30 pm baru memacu motor pulang kembali ke Malang. Ya Allah, lindungilah perjalanan pulang kami... Secara, udah gelap gitu masih di kota orang. Hujan pulak! Alhamdulillah tanpa hambatan berarti, hanya ngantuk dan sedikit cemas di hati, sampai kembali di Kota Malang tercinta dengan badan pegal-pegal dan perut yang keroncongan. Kasur mana kasuur!

Overall, jujur saja awalnya saya tidak terlalu tertarik pergi kemari. Biasa saja. Pasti ramai ribet dan bla bla bla lainnya. Tipe tempat 'sekali kunjung'. Tapi ternyata setelah datang langsung dan melihat bagaimana kerennya tempat ini dengan segala hal tentang coklat, manajemennya dan bagaimana pada akhirnya dengan adanya Kampung Coklat ini warga sekitar terberdayakan, saya ingin kesini lagi kapan-kapan. Sangat recommended untuk kunjungan keluarga, buat jomblo juga #tenangAja. Apalagi buat kamu pelahap coklat dan penyuka warna coklat. Mari nyoklat ke Kampung Coklat, mblo!

3 komentar:

  1. ciye masyaAllah bagi bagi duuunds...

    www.thedancingrain.com

    BalasHapus
  2. Mblo nya yang terakhir loh, ambiguitas. Objeknya belum jelas, tolong dipastikan.

    Cokelat itu keren, kalau dimakan buahnya rasa asem manis. Kalau udah diolah beda lagi.

    Mbak bikin kampung keju lah. Nanti aku jadi maskotnya huehehe.

    BalasHapus
  3. 'menjenguk' seorang adik yang sedang PKL di salah satu sekolah yang ada di Blitar.
    siapa mba? hehe

    ga ada metik buah cokelatnya kah mba?

    BalasHapus