Senin, 12 September 2016

TNBTS Trip : Seluncuran dari Puncak Bromo dan (seperti) Merasai Wuquf di Arafah

Setelah semua rombongan fit dan siap melanjutkan perjalanan, kami memacu motor kembali. Melewati lautan pasir menuju Gunung Bromo. Kurang lebih 15 menit berjibaku membelah lautan pasir dengan motor yang oleng sana-sini karena tidak stabil, sampailah kami di kaki Bromo. Oiya dari mulai lautan pasir tadi, Qonita gantian saya bonceng (Hi hi hi deg-degan aja mesti tuh bocah di belakang). Kami langsung memarkir motor dengan rapi di satu sudut di lautan pasir dekat pura (kata teman Ade, biar dikira rombongan touring jadi ga perlu bayar parkir).

Siapa mau ikut Irul???
PHOTO OF THE DAY!!!
Setelah memarkirkan motor, saya bersama adik-adik bersiap untuk menuju puncak *tsahhh. Sebelumnya, ke kamar mandi dulu. Lumayan, buang air kecil doang 3K, dan harus antri lama. Kalo kamu ke Bromo, jangan beser deh yak, bangkrut!
Bromo, tidak pernah sepi. Tempat wisata ini selalu ramai dikunjungi, apalagi hari libur. Ribuan orang (dari seluruh penjuru Indonesia, juga dunia) tiap harinya memenuhi kawasan taman nasional ini. Ada dua cara untuk mencapai puncak; naik kuda (@125K) dan berjalan kaki menaiki anak tangga yang jumlahnya ratusan. Sebagai seorang yang zuhud (dan hemat tentu saja), kami memilih naik tangga alias berjalan kaki.
Berbagi jalan dengan kuda membuat kami menjadi tidak sabaran. Apalagi, kuda-kuda itu pup-nya sembarangan di sepanjang jalur naik ke atas. Waah, saya beneran ga tahan mau huek-huek. Akhirnya saya mengajak adik-adik untuk melipir kayak spiderman lewat lereng, tidak lewat jalan yang sudah disediakan.


Selama menuju puncak, ada beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat. Ngos-ngosan vroh. Ade paling sering tertinggal rombongan. FYI, hari itu kami semua Alhamdulillah tetap melaksanakan Puasa Arafah. Awalnya agak ragu antara puasa atau tidak. Tapi setelah dipikir, sayang sekali kalo ga puasa! Hilang kesempatan untuk Allah hapuskan dosanya setahun lalu dan setahun akan datang. Kalau tidak karena daya dan upaya dari Allah, manalah mungkin kami kuat. Capek memang, tapi tidak sampai exhausted. Rehat sesekali, lalu hilang capeknya. Dan kami tetap bisa menghasilkan foto-foto heboh di bawah ini selama perjalanan menuju puncak! *grinning
Ayok, masih pada kuat?


Sekitar jam 9.00 am kurang, kami sampai di puncak. Agak lama karena banyak berhenti untuk foto -_- Saya dan Ade adalah dua orang terakhir yang sampai, hehe. Sewaktu naik tadi, saya dan Ade sempat stuck di tempat karena lereng yang kami naiki agak tinggi dan kemiringannya mengerikan untuk dilalui. Lalu datanglah... *jreng *jreng *jreng... 2 orang mamas menolong kami. "Bu, ayo saya bantu" (hwaaaaa! plis deh -,-)

Tempat sesaji yang ada di bibir kawah Bromo
Ada sejenis tempat sesaji di puncaknya Bromo. Hmm, sayang sekali. Dalam hati saya merenung, ciptaan-Nya (malah) untuk menyekutukan-Nya. Itu seperti kamu susah-susah merakit mobil, lalu mobil itu malah digunakan untuk menabrakmu. But, sangat mudah bagi Allah untuk menciptakan gunung-gunung dan tidak berkurang sedikitpun kemuliaan-Nya karena sesembahan-sesembahan sekutu-Nya itu. Wallahu 'alam.

Tidak berlama-lama di puncak, karena asap vulkanik yang mengepul dari dasar kawah membawa kandungan belerang yang pekat. Bisa teler kalo ga segera turun. Juga, Qonita dan Dzakirah yang notabene 'tidak gemuk' takut jatuh ke bawah terhempas angin wkwkwk.

"Kita turun lewat sini aja biar lebih cepet" ajak saya pada mereka

"ga mau Mbak, ngeri!"

"Mbak dulu aja, ntar baru kita"

"Aku mau naik tangga aja lah"

Yaudah, bye! Saya turun ke bawah melewati lereng, merosot. Tak lama kemudian Dzakirah menyusul. Cukup lama meyakinkan Irul, Qonita dan Ade. Saya dan Dzakirah teriak-teriak dari bawah meminta mereka turun. Akhirnya satu per satu mereka memberanikan diri. Udah-udahnya eeh malah keasikan!

Wiwin tidak ikut kami seluncuran di lereng Bromo. Dia turun ke bawah lewat tangga. Wiwin bercerita, sewaktu dia sudah di bawah ada yang bertanya padanya, "sendiri aja Mbak?". "Ga, rombongan". "Mana rombongannya?". "Itu, yang lagi pada meluncur ke bawah". "Wah, pada pake jubah?! eh, tapi pake celana lagi ya". Ketahuilah, tak ada yang menghalangimu untuk melakukan apapun (selama itu masih dibolehkan syariat). Hanya dirimu dan 'pemalas' yang ada dikepalamu yang membatasinya. So, break that limit! Uuu yeah!!


Perjalanan turun terasa lebih cepat, namun tetap saja lelah dirasa. Hari semakin siang, matahari semakin naik, kerongkongan kami semakin kering. Bocah-bocah bercerita (ketika sudah di rumah), sempat terlintas dalam benak mereka, "wah minum es kayaknya enak banget panas-panas gini". Tapi lagi-lagi, Allah yang kuatkan. Sampai hampir mendekati tempat kami memarkir motor, kami masih sanggup bertahan. Chayooo! 
Bener khan, Ade ketinggalan mulu -_-
Eh rul, aku nolongin kamu nanti jangan-jangan malah aku yg ketarik ke bawah
Bepergian bersama orang lain, mengajarkan kita untuk peka. Saya bisa melihat pada bocah-bocah ini, rasa sayang yang mulai tumbuh perlahan seiring melakukan perjalanan bersama. Saling menunggu, saling menyemangati untuk sampai ke tujuan, juga saling menolong melewati jalanan yang sulit atau rintangan menghadang (hiaa bahasanya!). Begitulah seharusnya perjalanan mengajarkan kita... Bukan untuk menjadi egois, bukan untuk menjadi beban, bukan untuk menjadi seseorang yang semaunya sendiri. Let's learn together, kids.
Kamu sebenernya lucu, Kuda. Tapi kamu suka pup sembarangan iiih!
Hari ini, 9 Dzulhijjah 1437 Hijriah (11 September 2016), umat muslim di penjuru dunia sedang melaksanakan salah satu rukun haji di Arafah sana, Wuquf. Terbayang bagaimana panas teriknya di padang pasir, tanpa terlindung apapun. Disini, di salah satu tempat menakjubkan ciptaanNya, kamipun seperti merasai apa yang sedang dilakukan oleh umat muslim di Padang Arafah sana. Merenungi betapa indah dan sempurna Ia hamparkan Bumi, Ia ciptakan gunung-gunung sebagai tiang pancang. Semoga Allah tambahkan hidayah untuk kami mensyukuri tiap ni'mat yang Ia berikan. Amieeen.

[bersambung...]

2 komentar:

  1. Saya suadah ke bromo tapi belum pernah sampek puncak ini karena pas erupsi, jadi pengen kesana lagi heuheuheu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monngo Mas dijadwalkan lagi kesana. Bromo mah indah ga pernah bikin bosen buat didatangin ^_^

      Hapus