Minggu, 12 April 2015

I'm Fall in Love with Banyuwangi (Part 1 : Kawah Ijen)

Setelah Malang, satu lagi kota di Jawa Timur yang membuat saya jatuh hati (ciyeee). Kota ini mendapat julukan The Sunrise of Java karena merupakan kota pertama di Pulau Jawa yang disinari oleh mentari pagi (halah). Yup! It is Banyuwangi. Awalnya saya berencana bersama dengan adik-adik kontrakan Ar-Rifah untuk mencoba merasakan keeksotisan Ranu Kumbolo. Namun setelah mencari informasi sana-sini mengenai segala perlengkapan yang harus dibawa kesana, pendaftaran dan sebagainya, saya mendapat info bahwa pendakian Semeru dan sekitarnya baru dibuka pada tanggal 6 April 2015. Sementara rencana kami pergi saat itu antara tanggal 3-5 April. kamipun mengurungkan niatan untuk pergi ke Ranu Kumbolo. Setelah membaca-baca di blog dan mendapat cukup informasi tentang tourism di Banyuwangi, kami fix merubah haluan destinasi ke sana. Sebenarnya sudah lama juga saya ingin menjelajah Kota Blambangan ini.

Kamis malam tanggal 2 April kami ber-7 berangkat dari Malang. Perjalanan Malang - Banyuwangi ditempuh kurang lebih selama 6-7 jam. Kami berhenti di Situbondo untuk rehat sejenak dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Setelah sempat nyasar dan bertanya kesana kemari, sekitar pukul 4 pagi kami sampai di Pos Paltuding. Dari sini kami harus berjalan lagi menuju kawah kurang lebih 3 km (2 jam perjalanan santai).


Pos Paltuding

Saat di Paltuding, kami shalat subuh terlebih dahulu dan MCK, karena nantinya saat mendaki naik sepertinya tidak akan menemui kamar mandi (kecuali WC alam). Setelah itu kami bersiap naik dan membeli tiket per orang Rp 7.000. Pukul 05.15 pagi kami serombongan pun melangkahkan kaki memasuki jalur pendakian menuju Kawah Ijen. Asyiiik! Setengah jam pertama, kami lalui dengan santai dan berfoto-foto. Setengah jam berikutnya efek tidak berolahraga sebelum naik gunung pun akhirnya mulai terasa. 

"bonus" view spektakuler sepanjang jalur pendakian
Selama dalam perjalanan naik menuju ke kawah, pemandangan di kanan kiri jalan yang kami lalui sungguhlah indah. Dari sini saya menyimpulkan dalam hati bahwa yang istimewa dalam proses pendakian gunung itu bukan hanya ketika kita mampu menjejakkan kaki di puncak, namun lebih dari itu, dalam perjalanan menuju puncak Allah memberikan kita bonus alam ciptaan-Nya yang luar biasa yang hanya didapat oleh mereka yang mau melakukan pendakian. Dari kejauhan saya melihat Gunung Raung. Konon termasuk salah satu gunung yang banyak diburu oleh pendaki untuk ditaklukkan. Saya pernah membaca blog tentang pendakian gunung Raung ini, dan ternyata memang luarr biasa tantangannya. Lebih "mengerikan" dibanding Gunung Semeru saya rasa.

Gunung Raung, salah satu tujuan pendakian impian para pendaki
Selama perjalanan ke kawah, kami sempat beberapa kali berhenti untuk sekedar menarik nafas maupun meng-capture pemandangan indah yang kami jumpai. Lelah sangat yang dirasakan karena kami tidak mempersiapkan fisik untuk track semacam ini. Pelan tapi ngos-ngosan, sedikit demi sedikit kami menapaki jalur tersebut. Sebenarnya jalur menuju Kawah Ijen sudah sangat enak untuk dilalui. Namun memang untuk kami yang cuma bermodal nekat dan tenaga seadanya ini, membuat kaki dan seluruh badan pegal tidak karuan.

Track menanjak menuju Kawah Ijen
Banyak penambang belerang yang kami temui selama perjalanan. Saya benar-benar mengacungkan jempol atas usaha para penambang ini dalam mencari nafkah. Mereka biasanya bolak-balik 2x dalam sehari dengan mengangkut belerang seberat 25 kilogram di pundaknya. Belerang tersebut per kilonya hanya dihargai Rp 1.000. Saya dan kawan-kawan yang hanya sekali naik saja hampir pingsan rasanya naik ke Kawah Ijen. Bisa dibayangkan bagaimana perjuangan bapak-bapak penambang disini setiap hari pulang pergi mengangkut belerang tersebut. Semoga Allah membalas tiap langkah para penembang tersebut dalam upaya mencari nafkah, dengan surga-Nya yang penuh kenikmatan dan tidak ada lagi rasa lelah didalamnya. Amieeen.

Penambang belerang yang luarrr biasa, two thumbs up!
Sempat berhenti untuk beristirahat di Pos Bunder, kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali. Jalur pendakian dari Pos Bunder menuju kawah ini ternyata lebih mantap dari jalur sebelumnya. Tanjakan semakin tinggi dengan jalur yang lebih sempit dan jurang disamping kami. Selain itu karena hari sudah semakin siang, para pendaki banyak yang sudah mulai turun. Para pendaki yang turun ini naik ke kawah dari jam 3 pagi untuk menyaksikan Blue Fire Ijen yang hanya terdapat di dua tempat di dunia. Satunya lagi ada di Islandia. Sebenarnya kami juga ingin "berburu" api biru Ijen ini, namun karena kondisi yang tidak memungkinkan, kami pasrah dan cukup bersyukur dengan melihat puncaknya saja.

Tepat pukul 07.00 pagi, sampailah kami di puncak Kawah Ijen (2.368 dpl). Rasa haru dan syukur menyeruak dalam batin saya. Sudah dari tahun 2013 saya memimpikan untuk bisa kemari, akhirnya pada tahun 2015 ini Allah kabulkan. If you can dream it, you can do it. Itulah kalimat sederhana yang terus saya pegang dalam perjalanan mendatangi tempat-tempat yang ingin saya tuju. Pagi itu Kawah Ijen diselimuti kabut yang cukup tebal sehingga warna hijau tosca dari danau kawah yang ingin sekali saya saksikan tidak terlalu terlihat. Ah, mungkin ini caranya Allah membuat saya tetap penasaran dan suatu hari nanti kembali mendatangi tempat mempesona ini. Dan memang saya berjanji dalam hati, jika Allah izinkan saya akan kemari lagi.

Finally, on the top of Ijen Crater!!!
Dan akhirnya saya ucapkan pada "ia" yang masih Allah rahasiakan. Dari ketinggian Ijen saya menunggumu...! Menunggu untuk gunung-gunung tinggi menjulang yang akan "kita" daki. Menunggu untuk kota-kota indah yang akan "kita" datangi. Menunggu untuk matahari terbit dan terbenam yang akan "kita" saksikan sembari duduk berdua, ya, hanya berdua saja. Menunggu untuk perjalanan-perjalanan keren yang akan "kita" lalui, bersama. Insya Allah. Meminjam kalimat dari seorang adik shalihah, "kelak, mari menebus semua rindu dengan genggaman kuat di atas puncak gunung yang KITA taklukkan". 

4 komentar:

  1. ciee ada "ia"nya niih,, hee
    semoga cepet ketemu ama 'ia"nya ya , jadi ntar jalan2 lagi bareng akuu,, ha

    BalasHapus
  2. aiiii cie yang bagian terakhir itu romantis beud mbaaa ^^

    BalasHapus