Senin, 07 April 2014

Kisah Hikmah Para Perantau (Resensi buku Berjuang di Tanah Rantau)

Info buku
*judul              : Berjuang di Tanah Rantau
*penulis           : A. Fuadi, dkk
*penyunting    : Ikhdah Henny & Pritameani
*penerbit         : Bentang Pustaka
*tahun terbit    : 2013
*tebal buku     : xviii + 186 halaman
*ISBN             : 978-602-7888-41-8
*harga             : Rp 39.000
*resensor         : Zulaikha (Pustakawan di Perpustakaan Pusat UIN Maliki Malang)

Nama besar A.Fuadi kembali melahirkan sebuah karya yang menginspirasi. Setelah kesuksesan trilogi Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna dan Rantau 1 Muara, kini ia kembali dengan karyanya yang masih berkisah tentang perjuangan menggenggam impian di tanah rantau. Berbeda dengan karya sebelumnya yang berbentuk fiksi, kali ini A. Fuadi menggandeng beberapa penulis untuk berbagi kisah nyata mereka di perantauan. Buku ini merupakan buku ke-3 dari serial Man Jadda wa Jada yang merupakan “proyek nulis bareng” A. Fuadi bekerjasama dengan Penerbit Bentang Pustaka.

Setiap penulis berkesempatan untuk membagi kisah mereka di perantauan. Ada cerita sedih, gembira, haru, bangga, kisah heroik dan banyak lagi. Diawali dengan kisah seorang lulusan sarjana S1 yang berjuang mati-matian untuk mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri. Tak disangka, mimpinya harus kandas hanya gara-gara hal sepele (hasil ujian tes TOEFL yang terselip). Juga kisah para pemburu beasiswa (scholarship hunter) di negeri  Bavaria Jerman serta negeri-nya Ratu Elizabeth. Di buku ini juga beberapa buruh migran di Hongkong berkesempatan untuk membagi cerita mereka yang mungkin selama ini kurang ter-ekspose oleh media. Bagaimana mereka bertahan hidup, bagaimana mereka memperjuangkan nasib buruh migran disana dan perjuangan untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Hidup di rantau, tak seindah seperti yang kita bayangkan. Bayangan manis ketika memutuskan untuk merantau terkadang tidak mewujud dalam nyata ketika sudah sampai di perantauan. Simak bagaimana kisah Anna Ilham, seorang buruh migran di Hongkong yang harus mencari akal hanya sekedar untuk shalat,
Namun, aku masih bingung bagaimana dan dimana bisa shalat, ibadah yang wajib dilakukan. Aha, di dapur! tetapi sempit dan mudah terlihat majikan. Ya, aku masih takut bila tiba-tiba majikan melihatku beribadah karena di awal bekerja mereka sudah berpesan, “no praying, just working here. Do it well”…(hal. 67)


Adapula cerita dari Isyana Fadhila yang berjuang untuk meyakinkan kedua orang tuanya agar rela melepaskan anaknya untuk berangkat ke Italia,
rintangan berikutnya ternyata adalah keluarga gue, bagaimana meyakinkan mereka bahwa Italia adalah pintu untuk mencapai masa kecil gue. Orangtua gue kaget karena gue masih mengejar mimpi zaman TK itu…(hal. 146)

Lain lagi yang kisah dialami oleh Tussie Ayu, yang ikut suami ke negerinya David Beckham,
di desa kecil ini terdapat sebuah kastel yang bagi saya adalah kastel paling istimewa. Mengapa? Karena, di kastel inilah film Harry Potter melakukan pengambilan gambar. Ya, kastel ini adalah Hogwarts, tempat Harry Potter mengasah ilmu sihirnya…(hal. 107)

Selain menemukan keseruan dan haru biru cerita dari penulis-penulis di atas, pembaca juga akan disuguhi kalimat-kalimat hikmah yang akan menggugah semangat pembaca untuk beranjak dari comfort zone dan bersiap menyongsong mimpi di tanah rantau. Seperti yang dapat kita baca di halaman 92, “mimpi tanpa target, hanya akan berakhir di angan-angan. Niat dan usaha akan menyetir arah mimpi tersebut”. Dari kalimat ini tersimpan makna mendalam bahwa impian-impian kita harus dibarengi dengan tekad dan niatan yang kuat. Kedua hal itulah yang akan membawa kapal impian kita berlabuh. Tidak hanya itu, di halaman 8 saya juga menemukan satu kalimat apik sarat pesan mendalam yaitu “ketika Allah berkehendak, tidak ada yang tidak dapat menghalangi. Dan, rencana Allah sajalah yang akan terjadi meskipun kadang terlihat tidak mungkin sejak awal”. Dari kalimat tersebut saya menyadari bahwa banyak impian-impian (untuk pergi ke luat negeri) yang awalnya terlihat tidak mungkin, menjadi nyata karena kehendak-Nya. Kalimat itu menyiratkan pesan kepada kita untuk tidak pernah berputus asa dalam berdoa dan berikhtiar.

Sayangnya, ada beberapa kisah yang memiliki kesamaan tema cerita (kisah buruh migran di Hongkong) sehingga menimbulkan sedikit kebosanan bagi para pembaca. Selain itu, ada pula kisah yang ending-nya terlalu dipaksakan. Para pembaca yang berharap banyak dapat mengeksplor kisah tanah rantau A. Fuadi akan kecewa karena tidak akan kita temukan kisah seperti dalam trilogi 5 Menara.


Meskipun demikian, dua jempol untuk para penulis di buku Berjuang di Tanah Rantau ini. Berasal dari latar belakang profesi yang berbeda (ada mahasiswa yang sedang belajar di luar negeri, dosen, ibu rumah tangga biasa, dan beberapa Buruh Migran Indonesia yang bekerja di Hongkong) tapi sukses menyatukan tulisannya ke dalam sebuah buku yang sayang untuk dilewatkan. Gaya bercerita para penulis yang apik dan bisa dinikmati menjadikan buku ini sebagai buku yang layak untuk dibaca. Satu makna mendalam yang coba disampaikan oleh para penulis ini adalah bahwa ketika kita memiliki impian untuk bisa menjelajah bumi ini, teruslah genggam impian tersebut. Entah hari ini, lusa atau berpuluh tahun kemudian Allah akan mengabulkan impian tersebut. Buku ini cocok untuk dibaca oleh para perantau, pulang dari rantau dan ingin merantau. Mari merantau, mari berjuang dan tangkaplah impian kita!.

2 komentar:

  1. Anonim23.41

    Waaa makasih udah dibaca bukunua dan dibuatkan resensi. Salam kenal :D
    -isyana-

    BalasHapus
  2. Salam kenal juga mb Isyana. Pengalamannya Keren!! Dua jempol! :-)

    BalasHapus