Senin, 26 November 2018

Main Ke Pantai Teluk Asmara (Asmoro) di Malang Selatan : Raja Ampatnya Malang


Pengaruh sosial media pada perkembangan pariwisata saat ini sungguh luar biasa. Lewat sosmed, sebuah tempat bisa menjadi viral sedemikian rupa hingga dibanjiri oleh pengunjung. Dengannya pula kita bisa membagikan foto-foto serta review perjalanan yang kita lakukan, hingga akhirnya dibaca dan berguna bagi banyak orang. Bagi penjual jasa pariwisata maupun pihak-pihak yang bergelut di dalamnya, sosial media menjadi media yang murah sekaligus menguntungkan dalam memasarkan jasa mereka.

Saya termasuk pelaku wisata yang memanfaatkan media sosial dalam traveling. Pulau Kenawa, Taman Nasional Komodo, dan beberapa tempat 'jauh' yang sudah saya datangi adalah hasil "keracunan" blog traveling maupun foto di Instagram. Kalo mau pergi keluar kota dan butuh tempat menginap, biasanya saya terlebih dahulu mencari review hotel (paling sederhana nyari di Google Maps dah) sebelum memesan. Begitu juga saat akan pergi kemana, cari dulu review atau ulasan tempat itu di blog pribadi.

Baca juga: Jadi Pemilik Pulau Kenawa Semalam

Pantai Teluk Asmara, salah satu pantai yang akhir-akhir ini sedang banyak dikunjungi. Selain karena memang indah, pantai inipun sedang 'bergeliat' mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pantai yang baru dibuka beberapa tahun belakang ini mencuri perhatian pengunjung dengan pesona keindahannya yang (katanya) mirip Raja Ampat. Selain itu, kini banyak pula dibuat spot-spot foto kekinian demi memenuhi hasrat selfi dan wefie para pengunjung pemburu feed bagus di Instagram.

Berdua dengan Tika saja, perjalanan menuju Teluk Asmara kami mulai dari kost kurang lebih pukul 7.00 pagi. Sebelum pergi hujan sempat mengguyur, bahkan masih becek dan anyep saat kami melewati Balai Kota. Awalnya sempat ragu akankah hari cerah atau tidak. Alhamdulillah seiring perjalanan, matahari kemudian terus naik dan menyebarkan cahayanya. Clinggg!


Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dari Malang kota, jam 9 kurang motor kami sudah memasuki Jalur Lintas Selatan. Perjalanan menuju pantai-pantai di selatan Malang memang selalu melewati JLS (kecuali kamu blusukan entah kemana). Seumur-umur JLS jadi, ga pernah nemu macet di sini (jangan sampe deeh). Tapi walau sepi kendaraan tetap berhati-hati ya; Takutnya kamu terlalu terlena kemudian kurang awas sama beberapa tikungannya yang lumayan tajam.


Setelah melewati beberapa pantai seperti Nganteb, Ngudel, Bengkung dan Bajul Mati, nampak tulisan besar di pinggir jalan, "Selamat Datang di Pantai Teluk Asmara" tepat di depan gang masuk. Yeay, sampai! Kurang lebih jam 9.30 kami sampai di loket masuk Teluk Asmara. Bayar tiket masuk per orang 10K dan parkir motor 10K. Dari pinggir jalan JLS masuk ke parkiran jalannya belum beraspal, masih berupa makadam. Lumayan becek kalo musim ujan.

Dari parkiran menuju pantainya, masih harus berjalan kaki naik turun. Tapi jalannya sudah berupa jalan yang berpaving kok. Lemaskan otot-otot kaki kamu ya. Dan begitu lihat ke bawah sana, eng ing eng! langsung tersepona sama birunya laut dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Gimana, kebayar khan?!

Indah yang kelihatan ini adalah paket lengkap ni'mat yang diberikan Allah. Alam yang dicipta Allah dengan begitu hebatnya, mata untuk menyaksikan keindahan itu, matahari yang menyinari dan langit biru yang melengkapi keindahan itu, dan yang pasti kesehatan yang masih Allah berikan sehingga kedua kaki masih bisa melangkah menuju keindahan alam ciptaan Allah. Bersyukur atas semuanya :)



Sebelum turun ke pantainya, kami beristirahat sejenak di sebuah saung yang memiliki view ke bawah laut sana, sambil sarapan nasi pecel yang tadi kami beli. Sengaja nih bawa bekal, biar ga jajan aja pas di sana. Kamu lebih suka mana? Bawa bekal dari rumah tapi rempong bawaannya, atau gausah bawa bekal ntar jajan aja di tempat wisata yang didatangi? Saya sih dua-duanya; Udah bawa bekal, masih aja jajan heheee.


Pantai di Teluk Asmara ini terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh sebuah pulau kecil. Pantai pertama, tempat dimana kita bisa sekedar berenang (jarak dekat) maupun bermain air atau pasir. Pasir di pantai ini berwarna putih halus (sekilas ke-pink-pink-an) dan banyak pepohonan rindang di sekitarnya. Garis pantainya tidak begitu panjang tapi cukup untuk memuaskan hasrat bermain air bagi banyak orang. Tenang ajaa.



Di bagian pantai ini lebih ramai. Orang-orang lebih banyak melakukan aktifitasnya di sini. Mungkin karena dekat dengan warung-warung dan toilet serta beberapa fasilitas lainnya yang tersedia. Mau bermalam dan mendirikan tenda juga bisa banget.


Setelah puas mengambil foto dan mencipta momen di pantai pertama, kemudian kami berjalan kaki menuju pantai kedua yang dipisahkan oleh pulau kecil. Ga jauh kira-kira 10-15 menit jalan kaki. Bagian pantai yang kedua ini, ada view pulau-pulau karang kecil. Lebih sepi namun lumayan kotor. Limbah alam sih, mungkin karena letak pantai ini yang membuatnya jadi tempat berlabuh limbah-limbah tersebut.

Kurang recommended mandi-mandian di sini. Ga tega liat warna airnya hiyyy. Kecuali pas kamu datang kesini pantainya udah bersih, atau sekalian kamu yang bersihin, ya oke-oke aja. Tempat ini cocok banget buat kamu yang lagi pengen menyendiri atau cari inspirasi. Sepiii.



Oiya, dari pantai yang kedua ini kita bisa lihat salah satu deretan Pantai Tiga Warna yang terkenal itu lho. Jadi sebenarnya, secara ga langsung, pantai ini bersebelahan. Selain bisa lihat view keren pulau-pulau karang kecil, di pantai yang kedua ini ada banyak pepohonan tumbang yang bisa kita naikin. Bagus gitu buat properti foto.



Di pantai ini kami hanya berdua saja. Ada satu dua orang, lewat doang tapi. Tika kecapekan dan tidur pulas di atas pasir tanpa beralaskan apapun (gembel mode on). Untung ga saya tinggalin sendirian -__- Saya hanya main-main sendiri, foto pencitraan dan pura-pura *eaaa (credit thanks: timer kamera). Ada sekitar setengah jam lebih Tika tidur. Teman yang baik adalah teman yang mau nungguin kamu tidur sampe kamu kebangun sendiri;

Siang menjelang sore, saatnya kembali ke peraduan.Cukupkan main, jangan sampai terlalu petang sampai di rumah. Tidak baik untuk jomblo, wkwk.


Lihat itu! Gradasi warna biru kemudian tosca dengan latar langit biru yang ditingkahi saputan awan putih. Terserah dah mau mirip Raja Ampat atau engga, tempat ini indah begini adanya. MasyaaAllaah.


Katakanlah (wahai Muhammad), “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Rabbku habis (ditulis), meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). [al-Kahfi/18:109]

0 komentar:

Posting Komentar