Selasa, 18 September 2018

Ada (banyak) Mutiara di Timur Indonesia

Jalan panjang menuju destinasi impian untuk saya dan Tika; Labuan Bajo dan Lombok. Keinginan kuat mendatangi sebuat tempat harus diiringi dengan kemauan menabung yang dahsyat! Dimulailah hari-hari penuh semangat mengumpulkan pundi-pundi rupiah sebagai bekal di tanah jauh. Hingga (Alhamdulillah) pada akhirnya hari keberangkatan tiba; Naik kereta dari Malang menuju Surabaya, kemudian pesawat kami mengalami delay dan sampai di bandara BIL hampir tengah malam!

Tempat pertama yang kami kunjungi di Lombok; Lembah Sembalun. Sebuah tempat eksotis nan romantis di kaki Gunung Rinjani yang pada tahun 2016 lalu memperoleh predikat sebagai destinasi halal bulan madu terbaik sedunia. Di sana kami menginap di penginapan murah milik warga yang dibuat berdasarkan CSR BNI dengan konsepnya, feels like home. Setelah itu, mengunjungi beberapa tempat ikonik seperti Pusuk Sembalun, Bukit Selong dan Rumah Adat Beleq yang dindingnya terbuat dari kotoran sapi, hiyyy.

Dari Sembalun di Lombok Timur, kami kembali lagi ke Kota Mataram. Kali ini tujuan kami yang dekat saja, Bukit Nipah dan pantai di sekitar Senggigi. Ketemu satu pantai dengan banyak pohon kelapa (incaran Tika) dan sepi, yaitu Pantai Setangi. A must visit beach in town! Dari Pantai Setangi kami lanjutkan ke Bukit Nipah. Paling enak siang-siang di Bukit Nipah sambil minum es degan dan makan sate ikan yang recommended untuk dicoba. Pulangnya, mampir sebentar ke Vila Hantu Setangi yang punya view yang jangan sampe kamu lewatin.

Salah satu daerah di Lombok yang terkenal dengan deretan pantainya yang ketje baday adalah Lombok Tengah. Kami mulai perjalanan di senin pagi, berharap tidak terlalu banyak "kepadatan manusia" di pantai yang akan kami datangi. Destinasi pantai pertama kami, Tanjung Ann, yang punya ciri khas berpasir putih dan air laut yang biru kehijauan. Kemudian sedikit trekking menuju Bukit Mereseq yang jadi tempat syuting video klip Geisha dan Isyana Sarasvati. Tempat yang selalu mempesona, baik hijau maupun kuning (rumput bukitnya). Setelah itu menuju Pantai Kuta Mandalika dan dilanjut menuju Pantai Mawun. Pulang menuju Mataram, mampir ke Nasi Balap Puyung Rinjani yang terletak di jalan lintas BIL yang rasanya dijamin bikin kamu keringetan dan keingetan terus.

Kalo kamu cuma punya waktu setengah hari di Mataram, kamu mau ngapain aja? Saya dan Tika sih gini: pertama, nyari oleh-oleh di sekitaran Senggigi. Ada tempat oleh-oleh yang lumayan lengkap dan harganya terjangkau, namanya Gandrung. Kemudian, menuju salah satu ikon Lombok sebagai Negeri Seribu Masjid yaitu Islamic Center NTB yang berada di pusat kota. Masih berlanjut perburuan oleh-oleh menuju Phoenix Food untuk beli jajanan khas yaitu dodol rumput laut yang kenyal-kenyal gimana gitu. Ditutup dengan nyobain masakan khas Lombok yang terkenal se-Indonesia yaitu Ayam Taliwang di salah satu tempat makannya yang terkenal, Kania. Saking pedesnya, sampe speechless ga bisa berkata-kata.

Banyak jalan menuju Labuan Bajo; Salah satunya yang kami tempuh adalah perjalanan darat menuju Kota Bima dari Lombok, kemudian dilanjutkan dengan naik kapal laut dari Sape ke Labuan Bajo. Pahit manis selama di perjalanan kami rasakan (kebanyakan pahitnya sih, hiks). Mulai dari terguncang-guncang di dalam bus melalui jalan berliku dari Lombok menuju Bima, kemudian 3 jam yang menyiksa di bus Bima - Sape, hingga kelelahan tak berdaya di atas KMP Cakalang yang memakan perjalanan 7 jam menuju Labuan Bajo. Alhamdulillah semuanya terbayar.

Salah satu doa yang Allah jawab tahun ini, yaitu berada dalam perjalanan saat ramadan. Hari pertama menjalankan ibadah puasa di kota kecil Labuan Bajo kami lalui dengan sedikit berjalan-jalan melihat sekitar pelabuhan sambil mencari kapal untuk sailing. Kemudian, menuju bandara Komodo naik angkot yang gamau dibayar pake uang receh. Sorenya, jalan-jalan cari takjil yang banyak dijual di sepanjang jalan utama Labuan Bajo. Setelah itu, Allah hadiahi momen sunset yang syahdu pake banget; diiringi sayup-sayup suara murottal dari masjid dekat pelabuhan. Malamnya, kami mencoba kuliner di Kampung Ujung yang katanya gaboleh terlewat kalo lagi di Labuan Bajo.

Segala puji hanya milik Allah, pemilik segala keindahan semesta alam. Akhirnya hari yang dinanti tiba! Trekking ke puncak Pulau Padar, liat view yang ada di uang 50 ribuan baru. Sempat diombang-ambing ombak hingga akhirnya menepi ke another Pink Beach yang masih sepi pake banget. Viewnya juarak! Kemudian kapal kembali berlayar menuju Pulau Rinca, salah satu dari dua habitat Komodo di Taman Nasional Komodo. Dijelasin banyak banget hal tentang hewan purba itu sama bapak ranger baik hati yang membawa kami melakukan short tracking mencari komodo. Abis ketemu komodo, diakhiri dengan basah-basahan di Pulau Kanawa yang air lautnya jernih banget macam di Maldives!

Terakhir : http://www.juleebrarian.com/2018/09/pergi-ke-timur-9-perjalanan-pulang-via.html
Perjalanan pulang yang harus saya dan Tika tempuhi dengan panjang (lagi). Say goodbye untuk Labuan Bajo. Dimulai dari naik kapal laut selama 7 jam menuju Pelabuhan Sape di Bima. Setelah itu, menginap semalam di penginapan dekat terminal sambil sejenak "merasakan" Kota Bima. Esok harinya, naik pesawat dari bandara Sultan M. Shalahuddin menuju Lombok. Dari Lombok sekitar habis Maghrib dan sampai di Surabaya pukul 9 malam. Belum selesai sampai situ; Masih butuh kekuatan untuk melaju di atas mobil travel menuju kosan tercinta di kota dingin, Malang. Akhirnya.

Hope you enjoy this, guys!
Semoga beberapa tulisan di atas bisa diambil hikmah baiknya ^_^ Alih-alih memberikan inspirasi untuk kamu segera nabung, kemasin pakaian then go outside! 

0 komentar:

Posting Komentar