Kamis, 12 Juli 2018

Pergi ke Timur (5): Punya Waktu Setengah Hari di Mataram


Selain memesona dengan keindahan alam dan adat budayanya, Pulau Lombok juga dikenal dengan pulau yang memiliki ribuan masjid. Hasil googling, ada lebih dari 5000 masjid yang tersebar di seluruh pulau. Masya Allah, banyak ya. Ketika kamu datang langsung ke pulau ini, kamu akan merasakan sendiri aura keislaman yang kuat. Belakangan, dengan berbagai macam potensi yang dmilikinya, pulau ini terus mengembangakan wisata halal-nya. Fyi, perda wisata halal pertama di Indonesia terbit di NTB lho.

Hari Selasa siang itu, adalah waktu terakhir kami di Lombok, sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Waktu setengah hari yang begitu mepet untuk dibuat jalan-jalan, membuat saya dan Tika harus berpikir efektif dan efisien agar setengah hari yang kami punya di Mataram tidak berlalu begitu saja. Lalu pergi kemana saja kami? Oke simak perjalanan berikut ini ya!

Mampir Sebentar ke Kota Tua Ampenan
Rumah teman Tika (Mbak Juh) tempat dimana kami tinggal selama di Lombok berada di daerah Ampenan. Ga sampai 5 menit, kami sampai di komplek Kota Tua Ampenan dan langsung menuju pantainya. Walau berada di pinggiran kota, bisa dibilang pantai ini cukup bersih dari sampah-sampah masyarakat wkwk. Pagi itu lumayan sepi. Pantai Ampenan dengan tipikal pasirnya yang berwarna hitam memang lebih ramai di kala sore. Terlihat beberapa warung makan ikan bakar (yang masih tutup) berjejer di pinggiran pantai. Asyik sekali nampaknya datang kemari menunggu matahari tenggelam sambil kuliner-an ikan bakar dan plecing kangkung *ngiler. Masuk sini gratis, dan mungkin karena masih pagi, tidak ada parkir.

Selain pantai dan wisata kulinernya, daerah Ampenan juga terkenal dengan kota tuanya. Bangunan-bangunan khas zaman dulu peninggalan Belanda berjejer di sekitar pelabuhan menuju pantai. Tempat ini banyak dijadikan sebagai bekgron foto lho. Epic! Seperti Kota Tua yang ada di ibukota.


Hunting oleh-oleh di Gandrung dan Phoenix Food
Pergi ke suatu tempat baru (dan jauh) kayaknya sayang banget kalo ga beli oleh-oleh khasnya. Things to remember lah. Dari daerah Ampenan kami mengarahkan motor lurus ke arah Senggigi. Ga jauh, mungkin sekitar 15-20 menit. Tujuan kami adalah Pusat Oleh-oleh Gandrung. Di sini dijual berbagai macam kerajinan kain juga pakaian dan bermacam kerajinan tangan khas Lombok. Lumayan sih harganya, ga mahal-mahal banget, tapi juga ga murah. Tika membeli 2 kopiah tenun oleh-oleh untuk penyokong dana terbesarnya dalam perjalanan ke Lombok kali ini (baca: bapak).


Credit pic: penikmat dunia
Perjalanan berburu oleh-oleh berlanjut ke daerah Cakranegara, tepatnya di gerai Phoenix Food. Kalo kamu punya teman orang Lombok dan pernah dikasih oleh-oleh dodol rumput laut, itu biasanya belinya di Phoenix Food ini. Tempatnya tidak terlalu besar, tapi sepertinya ini adalah tempat produksinya. Kami membeli jajanan khas Lombok, dodol rumput laut untuk dibawa sebagai buah tangan, juga kacang mete untuk dicemil pas perjalanan ke Bima nanti.

Wisata Religi ke Islamic Center Kebanggaan Warga NTB


Sebagai pulau yang berjuluk Seribu Masjid, nampaknya Lombok harus memiliki satu ikon masjid yang bisa jadi jujugan wisatawan yang datang kesana. Selain untuk berwisata religi juga untuk mengenal pulau tersebut lebih dalam, tentunya. Kalau Aceh punya Masjid Raya Baiturrahman, maka warga NTB mempunyai Masjid Raya Hubbul Wathan yang lebih dikenal dengan sebutan Islamic Center NTB sebagai kebanggaannya.

Masjid yang diresmikan langsung oleh gubernur NTB, Tuan Guru Bajang, selepas pelaksanaan Shalat Idul Adha tahun 2016 lalu ini diberi nama Hubbul Wathan yang berarti 'cinta tanah air'. TGB menjelaskan kenapa dinamakan itu, "untuk mengingatkan kita semua bahwa bumi yang kita pijak ini, merupakan amanah dari Allah, sehingga sudah menjadi kewajiban kita untuk mencintainya".

Masjid yang memiliki desain yang menggambarkan dua adat budaya (Lombok dan Sumbawa) ini diharapkan tidak hanya berfungsi tempat ibadah melainkan sebagai pusat kegiatan masyarakat NTB. Berbagai acara dilangsungkan di masjid ini seperti menyelenggarakan pameran kebudayaan, pengenalan wisata halal, acara keagamaan, dan rupa-rupa kegiatan positif lainnya.

Warnanya yang cantik, dominasi kuning dan hijau tosca (warna kesukaan Tika) bikin Tika betah lama-lama disini uwoww. Selain ramai oleh pengunjung dari luar pulau, masjid ini juga dipenuhi oleh masyarakat lokal yang menghabiskan waktunya di sini baik untuk ibadah, sekedar melihat-lihat atau berwisata religi.





Kami naik ke menara yang tingginya mencapai 99 meter. Menara ini biasa disebut dengan Menara Asmaul Husna. Kami membayar 5K per orang (kalo ga salah inget ye) dan dipandu seorang petugas naik ke atas melalui lift. Kalo kamu penasaran kenapa Lombok disebut sebagai Negeri Seribu Masjid, niscaya penasaran kamu bakal kejawab pas naik ke menaranya. Dari atas menara dapat kita lihat langsung, sejauh mata memandang, puluhan kubah masjid di Kota Mataram. Hampir tiap beberapa petak pemukiman, ada satu masjid. Itu aja yang keliatan ya (karena besar) belum lagi masjid yang kecil-kecil atau mushola.

Islamic Center NTB letaknya sangat strategis di pusat kota. Dari sini kalo mau jalan-jalan ke rumah dinas gubernur atau main ke taman-taman di Kota Mataram sambil berburu kuliner, bisa banget. Jaraknya dekeet. Oiya pas lagi keliling Islamic Center ini, kami ketemu seorang tokoh besar dari NTB yang sedang syuting untuk kajian ramadan, sapa hayooo?

Mencicipi Ayam Taliwang Kania yang Pedesnya Ga Ketulungan


Jangan ngences, plis
Salah satu diantara sekian banyak makanan khas Lombok yang enak-enak adalah Ayam Taliwang. Banyak sekali warung makan dengan menu ini, salah satunya yang terkenal dan banyak direkomendasikan adalah Ayam Taliwang Kania. Kenapa di Kania? Ini rekomendasi dari orang Lombok aseli (Gili Air) saat tahun 2016 lalu saya pergi ke sana. "Ibuk kalo ke Mataram nyarinya pasti di Ayam Taliwang Kania. Ga mau kalo gak disana". Setelah googling juga, ternyata banyak travel blogger yang udah mampir kesini. Cocoklah kalo gitu.


Beberuq atau lalapan terong
Ayam Bakar Taliwang Plecing Kangkung level Pedas Membahanaaa!
Tidak lama menunggu, menu-menu yang kami pesan sudah terhidang dengan cantiknya di atas meja. Satu porsi Ayam Taliwang bakar pedas yang kami pesan seharga 45K. Lumayan mahal, wajar karena ini ayam kampung (satu ekor kecil) dan bisa dimakan untuk 2 orang. Kami juga memesan satu porsi plecing kangkung 10K dan beberuq 3K atau lalapan terong. Es degan di Kania ini juaraaak! Segernya pas banget nemenin makan ayam bakar yang pedesnya bikin bibir jontor. Satu gelas es degan 10K. Total untuk semua makanan dan minuman yang kami pesan adalah 90K.

Oiya, jangan menyepelekan kata-kata, "mbak ini pedes lho" orang Lombok ya. Emang beneran pedesz ga karuan. Pedesnya bener-bener bikin diem, ga mampu berkata-kata. Beda deh sama indikator pedesnya orang Jawa. Tika, ratunya pedes aja cuma speechless menikmati tiap gigitan ayamnya. Tapi pedesnya keren, karena ga bikin perut mules. Serius. Ayam Taliwang Kania terletak di pusat kota Mataram dan mudah untuk dicari. Tinggal pasang Maps atau tanya penduduk lokal sekitar Cakranegara, insyaallah ketemu. Kalo ga ketemu juga, berarti belum rizqi.


a must try!
Well, Mataram kota yang tidak terlalu besar. Dalam waktu setengah hari saja kita sudah bisa mendatangi beberapa tempat, mulai dari pantai, taman, pusat oleh-oleh dan sebagainya. Setelah menghabiskan 5 hari menyenangkan di Lombok, tunai sudah tugas saya menemani Tika. Saatnya memulai perjalanan panjang menuju tempat yang saya inginkan. Gantian weee. Sangat berterimakasih pada Mbak Juh dan keluarga yang sudah menerima dan memperlakukan kami dengan sangat baik. Lumayan ngirit untuk penginapan dan makan selama di Lombok, hehe. Allah, muliakanlah orang-orang yang memuliakan tamunya. Kurang lebih pukul 13.00 kami menuju Terminal Mandalika dengan motor sewaan. Rencananya motor yang sudah habis masa sewanya ini akan serah terima di sana. Karena masih area Mataram, tidak ada biaya tambahan untuk pengambilan.

Siang menjelang sore itu Terminal Mandalika lumayan ramai di area keberangkatan bus menuju Pulau Sumbawa. Langit nampak mendung. Kurang lebih pukul 15.00, kami sudah duduk manis di atas bus Surabaya Indah. Bus ini yang akan membawa kami melintasi Pulau Lombok - Sumbawa menuju Kota Bima. Belum terbayang perjalanan seperti apa yang akan kami lalui.

"Sekarang giliran Tika nemenin Mbak", :)

0 komentar:

Posting Komentar