Rabu, 28 Februari 2018

Sekali Jalan, Dua Sumber Terlampaui: Sumber Jenon dan Sumber Sira

...Makanya kalo kita pengen dapet dua keajaiban; Keajaiban dari langit dijemput lewat shalat. Keajaiban dari bumi dijemput lewat akhlak yang mulia. Dan salah satu akhlak paling mulia yang luar biasa, puncak dari segala akhlak mulia itu adalah SABAR. Kata Nabi SAW, mukmin yang bergaul dengan banyak orang lalu bersabar atas gangguan mereka, itu lebih baik daripada mukmin yang gak mau bergaul dan gak bersabar dengan gangguan manusia... Orang yang suka jengkelin, nyebelin depan kita, itu justru guru sabar kita. Bukan ustad, karena mereka ngajarinnya teori sabar... [Ust. Hanan Attaki]

###
Please welcome! Ar-Rifah 2017 sebagai 'Sumber Hunter' alias pemburu sumber. Malang memang surganya sumber mata air jernih. Kalo mau niat nyari nih ya, lebih dari sepuluh ada deh kayaknya. Sumber Sira, Sumber Maron, Sumber Taman, done. Kali ini tujuan kami adalah Sumber Jenon yang ada di daerah Tajinan, Kabupaten Malang. Dengan mengendarai lima motor (9 orang) berangkatlah pagi-pagi tanpa mandi. Niatnya sekalian mandi disana. Dari habis subuh, Bu'e, Irul dan Zharnd sibuk mempersiapkan sesuatu untuk makan di sana.

Berbekal Maps dan Bismillah, kami memacu motor menuju arah Bululawang. Harusnya bisa lebih dekat jika lewat Gadang, tapi karena ngikutin Maps jadi muter-muter. Gapapa sih, langit cerah dan pemandangan indah yang nemenin pagi itu, bikin kami ga terlalu pusing sama perjalanannya. Sampai di suatu titik, belum sampe tempatnya, batere hape saya lobet dan wassalam. Dasar traveler zaman now, ga berkutik (seolah-olah) kalo batere udah mati, padahal tinggal turun kendaraan trus tanya deh sama penduduk sekitar -_-


Lanjut perjalanan lagi sampai bertemu gerbang yang ada patung ikan di depannya. Itulah tanda kami sudah sampai di Sumber Jenon. Masih sepi (atau emang selalu sepi?). Kami memarkirkan motor di tempat yang sudah disediakan (tidak masuk ke area sumber) lalu berjalan beberapa ratus meter mendaki bukit lewati lembah *berlebihan. Bu'e sampe ngos-ngosan. Wkwkw. Gak ada biaya masuk, cuma parkir per motor 5K. Hijaunya jalan setapak yang kami lewati ini. Ada perkebunan lemon yang sedang berbuah lebat (diperas terus dikasih es segerrr benerrr) *nelanLudah 


Setelah berjalan tidak lama yang bikin ngos-ngosan itu, sebuah kolam pemandian cukup lebar dan jernih kebiruan menyambut kami di depan sana. Dinaungi pepohonan di tiap penjurunya sehingga menambah kesan sejuk dan segar. Tampak di tengah kolam sebatang pohon besar, tumbang. Hanya ada segelintir pemuda yang tampak berenang di pinggiran yang tidak terlalu dalam. Melipir-lipir.

"Mau mandi aja jauh benerr ya Rul..." Kata saya pada Irul.




Sejenak kami tertegun, entah mengagumi keindahan ciptaannya Allah ini, entah mikir, gimana caranya mau renang di kolam sedalam ini. Tidak langsung berenang, kami malah sibuk kesana kemari mengabarkan keindahan sumber ini lewat media sosial ataupun cekrek-cekrek sebagai penanda, heyyy world i was here!


Seperti sumber-sumber sebelumnya yang kami datangi, air di Sumber Jenon jernih berwarna biru tosca. Banyak ikannya. Ada juga Ikan Dewa atau Ikan Sengkaring besar-besar seliweran yang konon katanya jumlahnya tetap tidak bertambah atau berkurang. Wallahu 'alam. Kalo kata mamas yang saya temui saat sedang foto-foto, bagian yang paling dalam mencapai 13 meter (bahkan ada yang bilang 16 meter). Melongo. We o We. Berbeda dengan sumber lainnya yang 'rutin' dibuat nyebur-nyebur dan mandi, Sumber Jenon ini sedikit agak kotor dengan daun-daun yang berguguran masuk ke dalam kolam. Kesan seramnya kelihatan banget. Hiyyy.



Cuma Zharnd yang (berani) nyemplung, lainnya enggak. Maklumlah ya, emaknyanya Cebong Squad (sebutan untuk adik-adik Rifah 2017). Terdapat kamar mandi dan dua sampai tiga warung di sini. Ada penyewaan ban juga. Tapi kurang recommended untuk bawa keluarga kesini kecuali kompak bisa renang semua. Tapi saya pribadi tetep ngeri sih. Memang ada bagian yang ga dalem-dalem banget, kurang lebih se-dada orang dewasa. Tapi teteup aja parno. Ga kebayang kalo kejebak di bagian yang ada pohon tumbangnya itu #palingDalem

Walau bawa bekal seadanya (mie bihun istimewa bikinan Bu'e) tapi sungguh nikmat terasa. Apalagi dimakan bareng-bareng sambil rebutan, terus kalo udah tinggal sedikit pada ngacir semua ga mau beresin -_-

Sheny, yang hari ini saya percaya untuk membonceng saya. Perdana bawa motor perjalanan jauh bukan, Shen? Nantikan perjalanan jauh selanjutnya, pemirsah!

Squad lengkap minus Zharnd (yang motoin). Kata pepatah, jangan hitung usiamu dari tahun (kelahiran) tapi hitunglah dari teman (pertemanan). Saya, seorang berusia 19 tahun dengan 10 tahun pengalaman. Hiii.

Khan kalo kata om penulis Titik Nol yang best seller itu, "perjalanan adalah proses menumbukkan ekspektasi dengan realita". Topografi kolam yang ngeri banget buat nyemplung, kelihatannya ga sesuai sama ekspektasi bocah-bocah. Mereka yang awalnya dari rumah kompak mau nyebur semua, mengurungkan niat. Ada yang sibuk hape-an, ada yang asik selfie, ada juga yang nyari rute menuju Sumber Sira.

"Mbak, pindah aja yook ke Sumber Sira. Dalem banget inimah, ngeri buat mandi"

Demi melihat bocah-bocah yang kendor semangatnya untuk renang, dan jam di hape juga menunjukkan waktu yang masih pagi, akhirnya kemas-kemaslah kami. Pindah tempat maeeen! Sampai di parkiran, bapak yang menjaga keheranan melihat kami,

"Lho kok yang basah cuma satu", kata bapak parkir

"Ulang tahun Pak" sahut bocah-bocah, ngasal.

Terlepas dari mitos-mitos tentang Sumber Jenon ini, yang airnya bisa bikin awet muda lah (kalo nenek-nenek yang kesini?), jumlah ikan Sengkaring yang selalu tetap dan lain sebagainya, semua hal terjadi atas kehendak Allah, bukan karena mahluk-Nya. Wallahu 'alam. Bahkan selembar daun tua yang jatuh, itu atas izin-Nya. "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di Bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah" (Al-Hadiid 22).

Jarak dari Sumber Jenon ke Sumber Sira kurang lebih 30 menit. Sheny ngebuuut bawa motor meninggalkan bocah-bocah yang lain. Sempat disalip Bu'e, "eh Shen jangan ngebut-ngebut. Yang lain belum keliatan". "Yooo". Gini nih kalo pergi berombongan, harus sabar bawa motor gaboleh se-ngebutnya sendiri. Sampai di Sumber Sira, parkir 2K dan tiket masuk per orang 3K. Walau hari Jumat, tapi karena tanggal merah, lumayan ramai. Siap-siaplah rebutan space untuk renang -_-

Ada sedikit perubahan pada wajah sumber satu ini. Slogan Heart of Java tampak berdiri gagah di salah satu pinggiran kolam pemandian. Ditambah tulisan SUMBER SIRA yang gede, tampak fotogenik sebagai background foto. Bukti keseriusan Pemkab Malang untuk menggenjot dan mempercantik kawasan wisatanya. yeey.


Sumber Sira masihlah seperti yang dulu, biru dan jernih. Tapi semakin banyak orang, semakin tergilas-gilas rumput bawah airnya. Solusi ga nginjak rumput itu ya berenangnya pakai ban, melampung di atasnya. Saya termasuk salah satu tersangka penggilas rumputnya, duh! #janganDicontoh

 Seger banget renang di bawah birunya langit dengan pemandangan sawah di sekitarnya

Satu yang saya suka dari Sumber Sira adalah banyaknya warung yang ada di sini. Jadi jangan khawatir kalau misal pergi ke tempat ini pagi-pagi dan belum sempat sarapan. Ada banyak pilihan jajanan murah meriah pelepas dahaga penunda lapar. Kalo lupa bawa salin buat mandi juga ga perlu risau, ada jualannya #macamPasarPindah.

Alhamdulillah ala kulli hal. Sedang asik-asiknya kami renang, ada sedikit tragedi. Hana yang ndak mandi dan hanya duduk-duduk di pinggiran kolam, secara ga sengaja 'menjatuhkan' hapenya. Plung. Terjun bebas.

"Mbak, kasian ni hapenya Hana jatuh", lapor Sukma.

"Lho, ndak perlu dikasihani. Bisa jadi itu sebenernya hal yang baik untuk Hana. Gatau khan kita, maksudnya Allah memberikan atau menghilangkan sesuatu dari kita. Positif aja. Ikhlasin. Insyaallah nanti ada gantinya yang lebih baik", kata saya, sok bijak.


Sudah menjelang shalat jumat, kami masih asyik berendam. Heran deh, masih banyak aja cowo-cowo di sekitar pemandian. Padahal kayaknya punya kewajiban untuk ke masjid deh. Menjelang matahari tepat di atas kepala, pulanglah kami mengakhiri main hari itu. Seperti biasa, berbasah-basah tanpa salin. Biar matahari yang mengeringkan baju yang menempel di badan ini.

Sebelum pulang ke rumah Rifah, mampir terlebih dahulu ke kebun buah naga yang ada di Bululawang. Seperti biasa, ibunya baik banget. Ga segan-segan beliau menyuruh kami mencicipi macam-macam buah naga yang dibudidayakan di sini. Kenyang beneran makan buah naga (!). Mampir kesini ya kalo pas lewat daerah Bululawang dan sekitarnya. Sampai daerah Gadang, motor Irul dan Sheny tidak kelihatan dimana rimbanya. Usut punya usut, ternyata motor Irul bannya bocor. Maaf ya Rul ga nungguin... Kasur di kamar udah melambai-lambai!
Bye...

3 komentar:

  1. terimakasih sudah posting di siang hari tepatnya di jam makan siang :')
    sehingga tulisan ini menemaniku makan, dan senyum2 sendiri ketika membaca
    kalimat "ulang tahun pak"

    btw, baca ini aku jadi inget cerita lompat di sumber sirah dan telolet tragedi wkakaka

    Oia, kok singkat banget ceritanya? tumben hahaha

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. keren keren keren, asik ya kalau rombongan gt, boleh lah ini saya list buat bulan maret. RIP untuk HP yang nyemplung

    BalasHapus