Kamis, 01 Februari 2018

Nyobain ke Bromo Pake Open Trip, Kenapa Gak?!


Berbilang belasan bulan yang lalu... "Mbak, ayoook ke Bromo". "Yaaa, insyaallah segera". Hingga kemudian Negara Api menyerang dan Bang Toyib ga juga pulang-pulang, rencana hanya menjadi rencana tanpa realisasi. Kesibukan orang yang satu berpadu dengan kesibukan orang yang lain, jadilah kesibukan yang tidak menyisakan ruang untuk bepergian bersama. Rencana ke Bromo fix ditunda. Grup WA goes to Bromo bubar.

Berucap janji dengan orang lain itu, urusannya bukan hanya tentang kita dan orang yang kita janjikan saja, tapi malaikat mencatat dan kelak Allah akan menagih apa yang sudah kita utarakan pada orang lain. Cmiiw! Belum lah tenang hati saya ini sebelum 'berhasil' membawa teman-teman ngaji yang sudah belasan bulan lalu saya janjikan untuk pergi ke Bromo. Tidak berhenti otak ini berpikir bagaimana cara membawa mereka kesana. Naik motor kah? Sewa mobil kah? Mereka sih mintanya naik motor saja, karena tidak memakan biaya terlalu banyak. Tapi berdasarkan pengalaman, terlalu beresiko naik motor ke Bromo (apalagi tanpa abang berjenggot). Bimbang.


Bagaimanapun dipikirkan, pada akhirnya, saya tidak berani untuk membawa teman-teman naik motor ke Bromo. Sudah deh, pake jasa open trip aja. Alhamdulillah, dapat yang lumayan murah. Bersama dua orang teman (Tika dan Ika) serta seorang rekan kantor (Heni), fix kami pergi ke Bromo pakai jasa open trip. Hari itu Sabtu 9 Desember 2017, sekitar jam 11 malam, saya membangunkan Tika dan Ika yang sedang enak-enaknya bermimpi. Heni juga tidak lupa saya hubungi untuk bersiap ketemuan di depan kosnya. Kurang ahsan sih, cewek malem-malem keluar tanpa muhrim. Tapi Alhamdulillah ternyata di jalanan masih ramai. Kami menuju Rumah Sakit Lavalette di daerah Malang Kota. Janjian disana. Sampai di Lavalette, Bapaknya sudah menunggu bersama seorang lagi yang satu trip dengan kami. Disini baru ngeh kalau dari Malang kami sudah naik jeep. Bapak sopir mengarahkan kemudi jeep ke arah Tumpang. Memang, kalo dari Malang Kota yang paling dekat ya lewat Tumpang.

Kami berempat umpel-umpelan di belakang. Saya suka pusing kalo naik mobil dalam posisi miring, jadinya ndeprok di bawah biar ga salah arah. Wkwk. Sejujurnya ga nyaman pake banget. Rasa suakiiit semua badan. Mobil jeep ini Subhanallah ya, langsung terasa guncangannya. Kami ibarat ikan cupang dimasukkan ke plastik kemudian dikoyak-koyak. Kepala, badan, punggung, kaki terantuk-antuk bagian dalam mobil jeep. Adek lelah baaang.... Mau turuuun (!) Sebenarnya hubungan saya dengan mobil jeep baik-baik saja. Beberapa kali 'kami' memiliki kenangan yang indah saat di Bromo. Dengan catatan: itu naik jeepnya cuma antara pintu masuk Bromo via Pasuruan dan via Probolinggo. Ga sejauh seperti kali ini (Malang Kota - Bukit Kingkong).

"Mbak, mau huek..." Waduh.

Alhamdulillah, pas banget lewat depan warung-warung yang ada toiletnya. Saya meminta bapak sopir untuk memberhentikan jeep sebentar. Heni dan Ika bergegas turun. Saya tetap di mobil bersama Tika yang dari tadi mereeem aja ga melek-melek. Sejujurnya saya juga saat itu mual ga karuan. Tahan... Dan Alhamdulillah, rasa malu mengalahkan rasa mual.

Destinasi pertama kami adalah menyaksikan sunrise di Bukit Kingkong. Lho, kok bukan di Penanjakan? Iyap, karena Penanjakan sedang ditutup untuk umum. Perbaikan sarpras. Dinginnya bukan main di atas sini. Brrr! Di Bukit Kingkong ini tersedia warung, toilet dan mushola kecil (banget). Bergegas, saya langsung menuju toilet untuk mengungkapkan rasa mual yang ada di perut. Hihi, hanya Allah dan saya yang tahu apa yang terjadi di dalam toilet. Ga tahaaan. Lama sekali sepertinya saya berada di kamar mandi. Teman-teman di luar sampai mengetuk pintu dikiranya saya pingsan di dalam. Wkwkw. Keluar dari toilet, sok cool lagi macam tidak terjadi apa-apa. Ehe.

Selesai urusan kamar mandi, shalat subuh dan lain-lain, saatnya berburu matahari terbit. Sudah banyak orang yang seperti kami; nungguin sunrise dan belum mandi (yakin deh 99%, dari banyaknya orang yang nungguin sunrise ini belum ada yang mandi!). Alhamdulillah cuaca cerah. Sebenarnya, kenikmatan suatu perjalanan itu bukan hanya dari cerahnya cuaca, tapi nomor satu yang paling penting adalah KESEHATAN yang Allah berikan (baik jasmani maupun ruhani). Walau cuaca cerah, tapi sakit gigi misalnya, ya sama aja ga menikmati. Gitu, khan?

Demi matahari dan sinarnya di pagi hari...
Bromo itu indahnya masya Allah. Beberapa kali kesini juga ga akan bosan. Pesona tempat wisata yang berada di 4 kabupaten di Jawa Timur ini (Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang) keren dari semua penjuru. Takkan habis Bromo dieksplor. Tiap sudutnya seperti punya magnet yang membuat hati terpikat (ngomong apasih). Salah satu pesona yang banyak diburu pengunjung di Bromo adalah matahari terbitnya. Beberapa spot dari ketinggian untuk menyaksikan matahari terbit antara lain di Bukit Penanjakan. Kalau penuh bisa sedikit turun ke Bukit Kingkong. Kalau tempat ini sudah penuh juga, jangan khawatir masih ada Bukit Cinta.

View dari Bukit Kingkong uu aa!
Udah mirip filsuf-filsuf Yunani belum, gaya mikirnya?
Matahari sudah mulai naik dan menyingkap kawasan Bromo dan sekitarnya. Terlihatlah jajaran Pegunungan Bromo, Gunung Batok dan si menawan nan gagah Semeru di kejauhan sana. Cukup puas mengabadikan momen di Bukit Kingkong, kami turun kemudian mampir sejenak ke Bukit Cinta. Ada tangga menuju puncaknya. Terakhir saya kemari tahun 2016 lalu, masih belum ada.

Dari Bukit Cinta, jeep yang membawa kami melaju turun menuju Kawah Bromo. Jalanan turun dari Penanjakan ke Kawah Bromo, huuu serammm! Ga nyangka dan ga kebayang waktu itu ngelewatin jalanan ini naik motor. Kalo kamu ke Bromo naik motor, jalanan ini akan sangat memacu adrenalin. Dimohon untuk sangat berhati-hati. Tapi view dari sini keren pake banget. Semacam jalanan di Swiss atau di pelosok Eropa sana lah epicnya. Bisa minta pak sopir untuk berhenti kalau mau.

Semua akan JOMBLO pada MATI-nya (tenang Hen...*puk *puk)
Cukup lautan pasir Bromo aja yang jadi persinggahan banyak jeep, hati kamu jangan eyaaak! #huwek
Yang selalu ada di tempat umum manapun di Indonesia, himbauan tentang sampah (harus pakai tanda pentung gitu ya?)
Setelah turun dari bukit tempat menyaksikan matahari terbit, lautan pasir Bromo bersiap menyambut kedatangan kami. Subuh tadi lewat sini naik jeep, gelap, badan terantuk-antuk ga karuan. Lautan pasir Bromo ini ibarat satu lapangan bermain (sangat luaaas) yang dikelilingi 'dinding hijau' perbukitan. Keseruan bisa kita mulai dari foto-foto dengan latar Gunung Batok. Oiya Gunung Batok ini sering dikira Gunung Bromo, sama kasusnya kayak Qubbah ash-Sakhrah (Dome of The Rock) yang dikira Masjidil Aqsa.

Lautan pasir Bromo tidaklah seindah gurun pasir yang ada di luar negeri sono. Akan banyak kita temui kotoran kuda berceceran sepanjang jalur menuju Gunung Bromo. Baunya mintak ampun! Kalo kamu mau cepet sampai ke puncak Bromo, bisa naik kuda dari sini 125K. Ga bisa ditawar-tawar lagi. Soalnya emang lumayan jauh. Jalan kaki biasa juga bisa sih. Tapi ya itu tadi, hati-hati banyak 'ranjau'.

Ketika di perjalanan sama'an baju dengan seseorang, mungkinkah ia jodohku?! *eyaaak
"Ika, ayok foto yok. Jangan tidur aja. Itu lho pemandangannya bagus banget di luar". Demi melihat Ika yang lemas ga karuan akibat mabok di Bukit Kingkong subuh tadi, saya menyemangatinya dengan mengambil foto. Kasian Ika. Lemas kali bagai cumi-cumi kehilangan tulang belakangnya (?) Ika mulai sedikit bersemangat. Lumayanlah. Ternyata, mengabadikan momen lewat foto-foto bisa 'sedikit' mengobati mabok perjalanan, sodara-sodara... Lupak sama mabok-nya.

Ibu-ibu ini cuma sanggup sampe sini doang
Gunung Batok dari sisi lain
Bawa rombongan emak-emak ini bikin saya galau mau naik ke Puncak Bromo atau tidak. Berdasarkan pengalaman (ke Panderman duluuu) dan melihat raut wajah mereka saat itu yang memelas-i, insya Allah melihat kawahnya dari kejauhan saja cukup -_- Kami berjalan hanya sampai di Kaki Bromo. Selanjutnya, Pasir Berbisik yang epic di depan sana sudah menanti. Ga berlama-lama di Pasir Berbisik karena batere kamera saya habis. Maaaak! Tips: kudu bawa batere cadangan kalo ke Bromo (!!!).

Perjalanan menuju destinasi terakhir, Bukit Teletubbies, dikasih bonus sangat keren sama Allah. Padang Savana yang ditumbuhi rumput ilalang yang sedang berbunga. Wiiih! Yakin deh ini keren pake banget. Serasa di belahan bumi mana gitu. Kata bapak sopirnya, fenomena ini ga selalu ada. Musim tertentu saja padang ilalang ini berbunga kemudian memberikan view se-keren ini. Kami seperti melihat harta karun, girang berlarian masuk ke kawasan ini.

Karena sudah berada di penghujung tenaga, mata juga mulai ngantuk, tidak banyak yang kami lakukan di Bukit Teletubbies. Duduk di rerumputan sambil makan cilok yang kami beli di salah satu warung disini. Waktu 'rehat sebentar' dalam sebuah perjalanan, adalah waktu dimana kita meluruskan kembali niatan-niatan; untuk apa melakukan perjalanan ini, apa hikmah yang akan kita ambil dari perjalanan ini, dan sebagainya. Juga waktu untuk menatap wajah lelah teman perjalanan kita; Sudahkah kita menjadi teman berjalan yang baik untuk mereka? Seberapa berguna kita bagi mereka dalam perjalanan ini? Dan sebagainya.

Baca juga: Menghijaukan Mata di Bukit Teletubbies Bromo

Bromo; Salah satu destinasi wajib kalo kamu hidup di Indonesia. Jangan mati sebelum ke Bromo. Banyak jalan menuju Bromo. Mau sendiri atau rame-rame. Mau pakai open trip atau privat. Mau naik kendaraan sendiri atau sewa jeep di tempat. Mau dengan mobil atau motor. Mau murah meriah atau mewah. Gak ada alasan untuk ga ke Bromo.

Formasi lengkap
Sibuk foto-foto, jangan lupa untuk mentafakuri ciptaan-Nya yaaa. Berdiam dirilah barang sejenak saja. Keren lihat indahnya Bromo, lebih Maha Indah lagi Si penciptanya. Kalo kata Ustadz Akmal Sjafril, kalo lihat pemandangan indah tuh, jangan lupa kembalikan keindahannya pada penciptanya. Jangan cuma kagum ciptaannya aja, tapi lebih kagumilah lagi penciptanya. Semoga traveling kita menambah keimanan di hati.

 ...Meskipun (santai) naik jeep, tapi tetep ada tantangannya. Kalo pas ke (Gunung) Panderman kita harus mendaki lebih dari 3 jam, beda ceritanya dengan ke Bromo. Medannya yang berbatu dan banyak tikungan, ngebuat harus nahan isi perut. Serasa diunyel-unyel. Allaaah...awak nyerah deh. Rasa mau keluar semua yang ada dalam perut. Alhamdulillah pas udah ga ketahan, pas jeepnya lewat di depan warung-warung yang ada toiletnya. Keluar semua yang meronta-ronta untuk keluar. Sampai di puncak (Bukit Kingkong) tak hentinya hati berucap syukur atas ciptaan Allah yang begitu indah ini. Tapi ada satu yang masih mengganjal, gimana nanti pulangnya? Pengen pinjam baling-baling bambunya Doraemooon!... [Ika Novira Trisna]


 ...Perjalanan yang (cukup) singkat. Dimulai di tengah malam buta untuk naik jeep pertama kalinya. Sampai di Bukit Kingkong, (kami) disambut udara dingin menusuk tulang. Tapi tidak lama. Seiring berjalan waktu, langit cerah. Udara mulai menghangat dan sesaat tampak sunrise yang menakjubkan. Pemandangan gunung, lautan pasir, hamparan padang savana, menyatu saling berunjuk keindahan. Siapapun kamu, dimanapun kamu berada, setidaknya sekali dalam hidupmu, berkunjunglah kesana, kawasan Bromo dengan segala pesona indahnya...[Heni Kurnia Ningsih]

...Keinget saat dimana badan harus bertarung dengan dinginnya udara subuh di Bromo. Kaki udah gabisa diajak rileks; beku, mati rasa. Nyaris awak nyerah, tertunduk meluk lutut dan menundukkan kepala. Tapi yang bikin heran, saat matahari mulai malu-malu menunjukkan sinarnya, udara yang dingin pun perlahan pergi berlalu. Terlihatlah pemandangan Bromo yang masya Allah, begitu mewahnya. Perlu memang, melihat sesuatu dari kejauhan agar terlihat betapa megahnya bumi Allah ini. Yang kami lihat saat itu, hanya setitik dari hebatnya ciptaan Allah. Yakin deh, di luaran sana banyak orang yang 'nyidam' untuk bisa menikmati kawasan wisata yang satu ini. Dan spot yang paling bikin hati girang serasa mau loncat, itu padang savana yang sedang ditumbuhi rumput ilalang. Masya Allah, istimewanya tempat ini. Hanyuuut sudah menikmatinya...[Tika Sari binti M. Rois]

Paket trip yang kami pakai ini adalah salah satu dari sekian banyaknya jasa open trip menuju Bromo. Hanya dengan membayar 250K per orang, kita tinggal ungkang-ungkang milih hari keberangkatan (sudah termasuk tiket masuk, jeep, antar jemput di meeting point, 7 destinasi). Berangkatnya setiap hari, ga hanya akhir pekan. Kita ga perlu repot-repot ngumpulin orang minimal sekian, satu orang tetap berangkat. Bapak driver jeepnya ramah dan sabar, membiarkan kami bereksplorasi kesana kemari. Kita minta kemana aja diturutin. Kekurangan dari open trip ini cuma gak ada dokumentasi.. Terus, kalo saya pribadi sebenarnya suka kalau dijelaskan mengenai tempat-tempat yang didatangi, tapi itu kurang kami dapat. Atau kaminya yang ga nanya kali yak?!

Pulang dari Bromo sampai di daerah Tumpang, rasa mual bersemi kembali. Ampun dah! Sepanjang jalan hanya komat-kamit ...Allahumma 'aafini fii badaniy... Sampai di RS Lavalette, Tika bergegas saya minta untuk membawa motor. Ampun dah (!) Gini ngakunya pejalan. Dikocok-kocok di dalam mobil jeep bentar doang aja keok -____-

*Narahubung open trip Bromo murah: 0823-3735-2107 (WA)
**Instagram: @pakettripbromo

1 komentar:

  1. Astaghfirullahu
    hal'adzim, semua akan jadi ibu pada waktunya.

    Open trip biasanya bakal ada orang lain lain lagi. Tapi ini gak ada ya?
    Enaknya yaa, sama temen-temen aja sendiri.

    Hayo mbak, kapan punya jeep sendiri? Wkwkwkwkwk xD sini kusetirin hahaha.

    BalasHapus