Sabtu, 12 Agustus 2017

Camping Ramadan di Pantai Batu Bengkung, Malang Selatan


"Itu mas nya yang sendiri, 20 ribu", kata Bapak di loket masuk sambil menghitung jumlah rombongan kami.

Cuek. 

"Eh, mas apa mbak ya?", masih kata si Bapak.

"Loh, saya tho maksudnya?", sahut saya tak merasa. Cengo'. Yaelah bapak, tampilan udah shalihah begini masih dikira "emas-emas" -_-

"Kirain mas. Ini gada cowoknya?" lanjut si Bapak.

"Ada Pak, tapi masih tersimpan di lauhul mahfudz", batin saya.

***

Demi mendapat pengalaman Ramadan yang tidak biasa, kali ini kami keluarga bahagia kontrakan Ar-Rifah merencanakan untuk camping di pantai. Sebenarnya ini sudah menjadi rencana bersama dari sebelum mendaki Puncak Panderman beberapa minggu lalu. Pas waktunya bocah-bocah selesai UAS, pas Ramadan juga, hayok dah! Kami mulai merencanakan akan ke pantai mana, apa-apa saja yang harus dibawa dan mencari tahu segala hal yang berkaitan dengan nge-camp di pantai. Alhamdulillah Allah mudahkan semua.


Start jam 2 siang dari Malang kota, melewati jalanan kota Malang yang cukup terik namun tidak sedikitpun mengurangi semangat kami. Rombongan kami sampai kurang lebih jam setengah 5 sore di Pantai Bengkung. Berhubung sudah sore, langsung bagi tugas: Saya dan Nita meluncur ke TPI Sendang Biru cari ikan untuk buka puasa; Irul bikin perapian; sisanya mendirikan dua buah tenda yang kami bawa. Kerja tim dimulai!

Karena baru kali ini kami nge-camp dan tidak ada mamas yang ikut serta, kami mengandalkan diri sendiri untuk membangun rumah tangga tenda. Sebelumnya, bocah-bocah ada yang sudah pernah nge-camp, cuma khan yang masang tenda cowok-cowoknya. Beberapa saat tadi sebelum berangkat, saya dan Himmah nonton tutorialnya dulu di Yutup -eh si mamas mirip Nita (tinggal ditambahin kumis doang, wkwk).


Di kejauhan sana senja malu-malu menyapa kami. Saya galau antara harus segera pergi ke Sendang Biru atau melewatkan golden hour senja di Pantai Bengkung ini. Fyi, Pantai Batu Bengkung adalah salah satu pantai terbaik untuk menyaksikan sunset. Ga boleh egois, euy! Dengan berat hati saya meninggalkan si senja menuju Sendang Biru demi kemaslahatan bocah-bocah bersama. Tak mau kehilangan momen, saya berpesan pada Ade, "De, kamera saya tinggal ya. Jangan lupa difoto sunsetnya". "Oke Mbak".

Tidak sampai satu jam, dua tenda sudah berdiri. Keren pokonya mah bocah-bocah, ayafluuu! Mereka memilih memasang tenda tidak jauh dari tepian pantai agar terasa suasana syahdu ala pinggiran pantai. Tenda sudah berdiri, perapian sudah siap, saatnya rehat sejenak sembari menikmati hidangan jagat raya (baca: sunset) sembari menunggu waktu berbuka. Saya dan Nita (plus Ninis) sampai, tidak lama kemudian, membawa dua ekor ikan tuna besar dan cumi hasil perburuan kami di TPI Sendang Biru.



Kami menggelar banner untuk persiapan berbuka puasa dan shalat Maghrib berjama'ah. Semua momen ini sungguh menggetarkan hati. Terima kasih atas kesempatan ini ya Allah, terima kasih atas kebersamaan ini, terima kasih atas kenikmatan berbuka bersama di pinggiran pantai ini, all of it!

Setelah shalat Maghrib, saatnya menyerbu cumi dan ikan tuna bakar plus degan segar yang kami beli di warung Pantai Bengkung. Fyi lagi, es degan di sini adalah salah satu es degan yang paling enak dan bikin kangen yang pernah saya temuin. Cobain deh kalo ga percaya!

Sambil makan, sambil bercanda kesana kemari, kami baru ngeh kalo malam itu adalah malam pertengahan bulan hijriah. Langitnya indah cerah masya Allah! Bulan bercahaya membuat kami tidak terlalu membutuhkan penerangan. Awalnya kami mengira itu adalah perapian yang dibuat di atas bukit, semakin lama semakin diperhatikan, ternyata itu adalah BULAN!

Satu momen tidak terlupakan lagi, kami shalat isya dilanjut dengan tarawih berjama'ah. Setelah itu, kami habiskan malam 16 Ramadan dengan membuat lingkaran sambil mendekatkan hati satu sama lain, juga sedikit permainan pemecah suasana.

"Mau truth apa dare?"

"Dare"

"Yaudah sana, cuci muka pake air laut dalam waktu 20 detik! satu...", perintah saya pada Nita.

Nita lari terbirit-birit. wkwkwk!

Malam itu kami saling 'membuka hati'. Apa yang selama satu tahun ini kami alami bersama sebagai saudara satu rumah, sedih kah bahagia kah, tertuang satu-satu dari hati. Memulai semua dari baik-baik, maka akhiri pula dengan baik (sebagai saudara satu rumah). Kelak ketika kami sudah mengepakkan sayap jauh ke impian kami masing-masing, semoga Allah tautkan hati kami pada momen malam camping Ramadan ini, bahwa kami pernah bersama menghabiskan waktu karena kecintaan kami pada-Nya :)

Saatnya tidur. Satu tenda diisi oleh 4 sampai 5 orang. Awalnya saya ingin tidur di gubuk saja sendiri. Serem ternyata wkwk. Saya masuk tenda yang ternyata sudah diisi oleh Ade yang sudah tertidur pulas, Shabrina dan Nita. Saya memilih nyempil di pojokan tenda. Baru ini seumur-umur tidur di tenda model ini. Puanasss ternyata! Howaaaah...


Jam 3 subuh kami bangun. Bocah-bocah sibuk nyari sahur dan ternyata hanya satu warung yang buka. Saya sahur hanya dengan sebotol air putih karena di warung itu hanya tersedia mie instan cup. Wah mending ga sahur deh kalo makannya mie, batin saya. Segera mengambil air wudhu untuk shalat. Dan lagi, mendapatkan salah satu momen qiyamullail terbaik yang pernah saya alami. Bayangkan, shalat langsung dibawah sinar bulan, ditemani deburan ombak. Sepiii... Pokonya mau lagi kayak gini ya Allah T_T

Kami shalat subuh berjama'ah. Setelah itu saya menyambut pagi, sendiri! Bocah-bocah malah pada tepar kembali setelah sahur dan shalat subuh tadi. Jadilah saya sambil sedikit ngantuk, celingak-celinguk memperhatikan sekitar. Matahari hampir datang, yeay! Saya ganggu tidur mereka, ga ikhlas deh lihat mereka enak-enak tidur (apalagi Nita!).


Pagi itu Irul dan Himmah harus pulang terlebih dahulu. Ada amanah di organisasi yang mengharuskan mereka berada di Malang sebelum pukul 9 pagi. Yah. Antara ikhlas dan tidak ikhlas sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi. Sebelum itu foto formasi lengkap dulu ya!


Sungguh terima kasih pada bocah-bocah shalihah ini yang sudah merelakan waktunya demi terlaksananya camping Ramadan Ar-Rifah ini. Awalnya agak susah, mengumpulkan beberapa kepala dengan berbagai kepentingan. Tapi jika hati sudah Allah satukan, semua ego melebur demi kebaikan bersama #halahNgomongApa


Setelah melepas Irul dan Himmah pulang, saatnya eksplor! Ada juga sesi fotografi buat iklan nih. Monggo langsung follow IG-nya @tasarpenazid. Tasnya kecil mungil simple tapi muat banyak. Cocok buat kamu yang hobi jalan-jalan. Yang gak hobi jalan-jalan jugak. Murah, simple, berkualitas! #NodongFeeKeAde


Ini adalah ketiga kalinya saya ke Pantai Batu Bengkung. Kali ini sudah lebih baik dari pertama datang. Sudah ada gardu pandang di tepian pantai tempat bapak baywatch mengawasi pengunjung yang terlihat membahayakan diri. Ombaknya emang kagak nahan. Meleng dikit, entah kebawa kemana. Jangan sampe deh! Hiyyy!!



Walau sedang berpuasa dan matahari bersinar sangat terik, tidak menghalangi bocah-bocah untuk nyebur ke air. Ade dan Ninis mengawali. Asyik sekali mereka mainan air. Sudah agak 'asinan', kemudian menyusul Nita dan Faizah. Seperti biasa, orang tua ini hanya memperhatikan dari kejauhan.

"Mbak, Nita mau mutus puasa katanya, wkwk", Ade laporan.

"Gaak Mbak. Ade yang bilang", sahut Nita membela diri karena tidak 'merasa'.

"Hush! istighfar kalian...", saya mengakhiri.



Walaupun hari minggu, hari libur, tidak banyak pengunjung yang datang pagi itu. Hanya ada beberapa rombongan anak muda. Iya juga sih, kalo dipikir pake pikiran mainstream, siapa juga yang puasa-puasa gini mau panas-panasan di pantai -_-


Over all, Pantai Batu Bengkung ini asyik untuk ngecamp. Parkir dan warung plus toiletnya buka 24 jam. Pantai ini keren banget untuk menyaksikan sunset (kalo lagi cerah cuacanya). Kalo untuk sunrise, sepertinya harus trekking naik bukit dulu -tapi sekarang sudah ada larangan untuk tidak naik ke bukit. Tidak perlu khawatir juga, karena saat malam ada bapak penjaga pantai yang berpatroli untuk memastikan keamanan kita. 

Benar kata pepatah, "tidak begitu penting tempat yang kamu tuju. Yang lebih penting adalah dengan siapa kamu pergi (dan rasa syukur yang ada di dalam hatimu)". Terima kasih ya, buddies! Mengenal kalian, membersamai kalian dalam satu rumah, bercanda dan menghabiskan waktu bersama kalian, adalah salah satu potongan puzzle terbaik yang Allah berikan pada saya. Love you all!

Beberapa catatan:

  • Puasa bukan berarti gabisa kemana-mana. Coba deh buat pengalaman tak biasa (tanpa sedikitpun mengurangi ibadah, kalo bisa menambah kualitas ibadah malah lebih keren), camping ke pantai ini salah satunya
  • Ngecamp identik dengan rombongan cowok-cewek. Walau ga ngapa-ngapain tapi tetap aja kurang ahsan. Bisa kok kita cewek-cewek aja (biidznillah). Yang penting persiapkan semua hal dengan baik. Yang lebih keren lagi, sama muhrim sih sebenernya, uhuk
  • Persiapkan semua alat-alat camping, perbekalan dan sebagainya setidaknya 3 hari sebelum berangkat
  • Yakin selalu akan perlindungan Allah, ga usah parno kesurupan atau apa. Cuma, harus waspada sama orang 'jahil' dan hewan 'iseng'

2 komentar:

  1. demi apaa, aku bacanya sambil cekikikan, senyum senyum, ngakak, dan sedih jadi satu mbaa hmmm..

    the best lah pokoknya perjalanan kemarin,
    i miss you so bad

    BalasHapus
  2. pemandangan pantainya benar-benar indah, apalagi air lautnya sangat jernih.. subhanallah.. :)

    BalasHapus