Selasa, 31 Januari 2017

I LOVE BWI (Part 2) : Eksotisnya Taman Nasional Baluran dan Monyetnya yang Galak-galak

Kalo kamu pecinta acara semacam National Geographic, Discovery Channel, dan sejenisnya, pasti pernah dengar Serengeti, did you?(Kalo belum pernah ya Googling deh, jangan males). Di negeri kita tercinta Indonesia ini juga punya lho tempat semacam itu. Julukannya, Africa van Java. Adanya, di perbatasan antara Situbondo dan Banyuwangi. Namanya, Taman Nasional Baluran.

Setelah melewati hutan Baluran (didominasi oleh pepohonan Jati) yang tiada henti, sampailah kami di gerbang masuk Taman Nasional Baluran. Lumayan sepi hari ini. Kami dapati, hanya kami berdua yang akan masuk ke Baluran. Langsung saja menuju loket tiket. Untuk masuk sini, kami membayar 15K per orang.

Dari loket tiket masuk, motor kami langsung melaju di atas jalanan berbatu menuju padang savana dan kawan-kawannya yang berjarak kurang lebih 1 jam perjalanan. Jalan masuk menuju TN Baluran ini Subhanallah! bikin rontok jiwa. Tahun 2015 lalu tidak separah ini, mobil masih bisa melaju dengan kecepatan sedang.

[Apa perasaan saya doang, rata-rata jalan masuk ke taman nasional memang begitu (ya), rusak berbatu. Mungkin aja sengaja dibuat begitu biar kendaraan ga ngebut terus tiba-tiba nabrak macan atau hewan liar lainnya yang tiba-tiba melintas #KhanMelas].
Tujuan pertama kami adalah Savana Bekol. Baluran lagi hijau nih! Eksplor sana-sini sampe gegulingan di rumputnya #ZahrahBukanSaya. Savana Bekol ini beneran eksotis deh. Mau doi lagi bernuansa kuning (kemarau) ataupun hijau (musim penghujan), sama bagusnya! Etapi kalo lagi hijau gini mesti kudu hati-hati dan jangan masuk terlalu dalam apalagi sampe blusukan ke semak perdunya ya (biarlah presiden aja yang suka blusukan). Semak-semak itu merupakan habitatnya ular kobra, sodara-sodara. Jangan dicontoh apa yang kami lakukan, karena jujur aja ga baca papan peringatan #PoorUs
Hai, akhirnya saya datang lagi
Just give me some fresh air
Peri Gunung Baluran #Ngakunya
Dari savana Bekol kami menuju ke pos pengamatan hewan. Disini ada wisma untuk menginap, kantor, mushola dan toilet. Setelah menitipkan barang bawaan rempong kami ke pos penjaga yang baik hati, kami melangkahkan kaki naik ke menara pandang hewan. Belum apa-apa udah ngos-ngosan aja wkwk. Dari atas menara pandang, kami hampir bisa melihat taman nasional ini secara keseluruhan. Pantai Bama, Gunung Baluran, Savana Bekol, gerombolan rusa dan kerbau liar serta monyet terlihat dari atas sini. Such a heavenly view.

(Bener aja!) kreasi sempurna dari Yang Maha Sempurna. O Allahku kau begitu, sempurnaaa
Good girl, great view
Turun dari menara pandang, saya melipir ke mushola untuk menjamak shalat zuhur dengan ashar. Di sekitaran pos Bekol ini monyetnya buanyak sekaliii. Jangan coba-coba menenteng plastik (apalagi plastik putih khas xxxmart) kalo ga mau dikejar dan diajak duel sama monyet-monyetnya. Juga jangan taruh tas sembarangan di motor, bakalan di bongkar-bongkar sama doi #MonyetNekat
Me versus hooman (?) *NontonDiPojokan
Nyari apa, bung?
Akhirnya kini saya paham himbauan untuk tidak memberi makan hewan di tempat-tempat wisata atau dimanapun yang pernah saya temui. Ya itu tuh, untuk kebaikan manusia dan hewannya sendiri. Kalo keseringan di kasih makan, insting mencari makan mereka lama-kelamaan akan menghilang dan akhirnya jadi brutal deh sama manusia. So, tahan diri ya untuk ga ngasih makanan ke hewan, selucu apapun mereka!

Hal keren apa yang bisa kamu lakuin di TN Baluran? Buanyaaak! Pertama, kamu bisa "belajar" macam-macam flora dan fauna yang hidup di sini. TN Baluran merupakan habitat dari bermacam tumbuhan dan hewan, jadi bisa piknik sekaligus belajar. Dua, do some research or bird watching (ini sih buat pakar-pakar or yang berkepentingan). Ketiga, menghirup oksigen bersih sepuas-puasnya *SampeMasukAngin. Lalu, bersantai dan snorkeling di Pantai Bama dan hutan mangrove-nya. Juga, "menyatu" dengan alam or down to the earth #SapaTauAdaRajaBumiDisini. Terakhir, mau sok akrab sama monyet-monyetnya juga boleh #SayaSihOgaaah. [tulisan saya sebelumnya tentang TN Baluran tahun 2015 lalu bisa dibaca disini].

Sudah agak sore, kami menuju ke Pantai Bama. Jarak dari savana Bekol ke Pantai Bama sekitar 15-20 menit. Sebenarnya tidak terlalu jauh, namun karena jalan yang dilewati berbatu dan tanah yang tidak stabil (kalo dipijak semakin turun ke dalam), lumayan memakan waktu #DanMengujiKesabaran. Sore yang sepi di Pantai Bama. Hanya ada satu rombongan pemuda yang sedang main air di pantai dan snorkeling. Baru saja turun dari motor dan merapihkan barang bawaan, temennya Zahrah mendekat minta "digendong" dipunggungnya. Kontan saja Zahrah berteriak histerizzz *untung ga pingsan tuh monyet karena suara Zahrah #SayaYangKaget! Karena hari sudah menjelang sore dan gumpalan awan hitam tampak memenuhi langit Baluran, tidak banyak yang kami lakukan disini. Dan benar saja, tidak lama kemudian hujan turun. Kami langsung bergegas keluar taman nasional ini menuju Banyuwangi kota.
Para...para...paradise!
Perjalanan dari TN Baluran menuju ke pintu keluar harus kami lalui dengan hati yang gundah gulana alias deg-degan. Jadi, Zahrah menyadarkan saya kalo indikator bensin sudah berada di garis merah. Jarak dari taman nasional ini ke gerbang depan kurang lebih 1 jam perjalanan. Jalan rusak parah. Hutan semua. Hampir malam. Sepiii gada orang. Sounds great, right?! Saya hanya bisa bershalawat dan beristighfar sepanjang jalan. Ga lutju kalee kalo tiba-tiba bensin kami habis dan macet di tengah-tengah hutan TN Baluran. Saya sudah membayangkan yang tidak-tidak "dua cewek dorong motor di tengah lebatnya hutan Baluran. Trus bla bla bla..." Sambil membayangkan, sambil ngebut bawa motor. Rasanya hati ngilu tiap ban motor menggilas batu-batu tajam itu. #MaafkanSayaCintaaa

Dalam perjalanan dari Baluran menuju pintu keluar itu saya dan Zahrah tidak berbicara apapun. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Baru ketika akhirnya motor kami keluar dari "zona deg-degan", kami berucap syukur banyak-banyak. Alhamdulillah ya Allah... Allah sangat (sangat) sayang kami. 

"Tau ga? ini caranya Allah biar kita dzikir sepanjang jalan tadi"

Masuk Kota Banyuwangi dengan sambutan yang dingin alias hujan deras bro. Alhamdulillah sebelum adzan maghrib berkumandang sudah dapat tempat istirahat. Kami akan menginap di Koko Homestay. Letak homestay ini cukup strategis, persis di depan Stasiun Karangasem. Kami akan menginap disini selama 2 malam kedepan. Per malam dihargai 100K. Fasilitas yang kita peroleh untuk harga segitu: satu bed untuk 2 orang, lemari, meja dan kipas angin (kamar mandi di luar). Koko Homestay ini bisa dipesan di booking.com

Setelah mandi dan shalat maghrib, baru tersadar kalo seharian ini belum ketemu nasi sama sekali. Lagi-lagi buka Maps untuk menuju ke arah kota. Sempat bolak-balik sana-sini gak tentu arah, pada akhirnya kami memarkirkan motor di depan sebuah warung soto. Saya penasaran dengan salah satu makanan khas Banyuwangi, Rujak Soto. Gimana sih rasanya? Jadi bayangin aja pecel lontong disiram sama kuah soto daging. Nah ya itu tuh! Enak kok. Jangan lupa cari menu ini kalo kamu ke Banyuwangi ya.
Kota Banyuwangi di malam hari, sepiii. Jalanannya juga cukup lengang. Saya mikir, "ini pada kemana sih orang-orangnya ya?!". Setelah perut terisi penuh dengan Rujak Soto khas Banyuwangi, kami langsung pulang ke penginapan. Saatnya rehat, saatnya mengumpulkan tenaga kembali untuk tempat-tempat indah di Banyuwangi selanjutnya. Adventure is out thereee...!

[O, Allah terima kasih atas segala daya dan upaya yang Engkau karuniakan, sehingga dua hamba-Mu yang keren ini berhasil menjejakkan motor di ujung timur Pulau Jawa. Alhamdulillah].

Please visit laman resmi TN Baluran untuk info lebih banyak ^_^ 

2 komentar:

  1. Kok sotoku ga dinampangin? Mentang" cuma soto ayam :/

    mba fotonya bagus deh! Yang motoin mba siapa? Keren banget!!! xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soto Lamongan mah hampir di penjuru Indonesia bisa kita temuin... So, gausah pake foto, dibayangin ajah.

      Komen kedua ga perlu dijawab ya -_-

      Hapus