Selasa, 20 September 2016

Moments to Remember (I)

Credit pic: idesignow.com

Sudah lama sejak terakhir kami,-Gembel Traveller- melakukan perjalanan (Lombok Sumbawa). Rindu euy! melakukan perjalanan kembali dengan bocah itu (baca : Zahrah). Sembari menunggu Allah berikan kesempatan pada kami untuk menjejak bumi-Nya yang indah lagi, saya mau menapaktilas dan mengingat-ingat beberapa hal seru, sedih, senang, akrab, jauh, kesal, capek, dan sebagainya yang kami lalui selama melakukan perjalanan bersama. Cekidot!!!

Perjalanan pulang dari Pulau Pahawang. Langit tampak mendung. Perahu nelayan yang kami naiki sesekali oleng diterpa ombak. Semakin menuju ke tengah Teluk Lampung, semakin semarak angin dan ombak yang menemani perjalanan kami. Bukannya merapat ke tengah, Zahrah malah beralih duduk di bagian depan kapal (Eh! saya malah ngikut). Sungguh pengalaman yang mengerikan!!! Bikin saya kapok naik kapal nelayan sore-sore. Ombaknya guanasss. Kapal yang kami naiki diombang-ambing gulungan ombak di tengah Teluk Lampung. Saya komat-kamit ga karuan sembari sesekali tertawa getir melihat kelakuan adik saya dan temannya yang ketakutan. Cukup ini deeeh, ga lagi-lagi ya Allah naik kapal saat ombak sedang pasang.
***

Perjalanan menuju Pulau Lombok. Ini adalah pengalaman pertama saya naik burung ber-mesin itu. Bingung iya, takut he-eh, berasa pengen ke kamar mandi mulu, grogi. Tapi sejujurnya hati saya sedikit tenang karena bersama bocah itu. Zahrah 'terlihat' biasa saja (entah dalemnya gimana tuh). Pesawat take off. Dalam hati saya rasa-rasanya berteriak, "aaaaaaaaaakkkkkkk!" (dalam hati doang tapi). Saya pegang tangan Zahrah erat-erat. Eh, beneran seserem itu lho. Sampai pesawat belum benar-benar landing di tujuan, hati saya ketar-ketir ga karuan. Sesekali saya ajak Zahrah mengobrol untuk mengalihkan isu #halah.
***

Perjalanan dari Jakarta ke Lampung. Setelah kurang lebih duduk bosan di kereta selama 18 jam, kami harus 'berjuang bersabar' kembali untuk naik bus umum dari Terminal Pulogadung menuju Pelabuhan Merak Banten. Naik bus sekitar pukul 10.00 am lewat. Kami memilih tempat duduk tepat di belakang sopir. Menit demi menit berlalu, pak sopir belum menunjukkan tanda-tanda akan menghidupkan bus. Saya sempat tertidur beberapa kali. Bangun-bangun, eh masih disitu jugak! Sampai beberapa jam kemudian, bus hanya 'bergerak' tidak sampai 1 kilometer! Parah dah!! Lambat banget (ceritanya lagi menuhin penumpang). "Nid, gantiin sopirnya sana lho", kata saya greget.
***

Perjalanan menuju Lumajang (Puncak B29). Zahrah mengambil alih kemudi setelah dia rasa ga sampai-sampai karena lambatnya saya membawa motor. Di sebuah tikungan, tiba-tiba entah dia ngantuk atau apa, "Ya Allah! Ya Allah! Ya Allah!", ujarnya berkali-kali. Kejadiannya begitu cepat sampai saya tidak sempat menangkap apa yang terjadi. Jadi motor yang kami naiki (sebelah kiri), entah bagaimana ceritanya bisa 'menyebrang' ke jalur sebelah kanan. It's almost! hampir saja ditabrak oleh kendaraan dari arah kanan itu. Fiuuuuuuuh!!! Sedikiiit lagi, menemui 'Sang Pencipta'.
***

Perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya. Baru ini merasakan betapa pentingnya menit berganti. Tinggal 15 menit lagi dan Zahrah belum kelihatan juga. Saya berkali-kali menengok jam di hape, juga memperhatikan petugas tiket yang berjaga di pintu masuk keberangkatan kereta Kertajaya. "Whoaaa sempet gak ya?! Hanya keajaiban dari Allah yg bisa buat kami berdua ga ketinggalan kereta huhuhu", pikir saya panik. Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 pm dan Zahrah masih belum juga terlihat. Y-A-SU-D-A-H-D-E-H-P-A-S-R-A-H judulnya. Baru sekitar 15 menit kemudian Zahrah muncul. Kami ketinggalan kereta. Akhirnya menjadwal ulang kepulangan kami. "Ini gara2 semalem ga shalat tahajjud Mbak", kata Zahrah.
***

Alhamdulillah, dari mulai sepeda, motor, go-jek, Grab Taxi, bajaj, bus DAMRI Lampung-Jakarta, KRL Jabodetabek, TransJakarta, perahu nelayan, kereta, kapal laut, bahkan pesawat sudah pernah kami naiki bersama. Kadang mengirit; jalan kaki berkilo-kilo jauhnya. Peluh menetes disana-sini. Sesekali berhenti mengatur nafas. Juga mampir ke warung untuk membeli minuman dingin. Kadang 'sok kaya'; perjalanan yang bisa ditempuh dengan jalan kaki atau naik angkutan umum sebentar, kami lalui dengan naik taksi. Biasanya kalo lagi 'sok kaya' begini, karena sudah saking capeknya atau sedang memburu waktu. Pengalaman itu memperkaya kami. Kami jadi punya banyak pertimbangan; jika mau kemana enaknya (dan iritnya) naik apa.

0 komentar:

Posting Komentar