Senin, 30 Mei 2016

Olahraga Kaki ke Puncak B29 Lumajang, Jawa Timur

Dalam sebuah percakapan WA,
"ke B29 yok naek motor!
"Ayok. Minggu depan ya. Minggu depannya lagi. Tanggal 28"
"Minggu depan apa minggu depannya lagi???"
"Tanggal 28, 2 minggu lagi"
"Yes sir!!!"
Selesai. That's simple. That's how we plan our trip. Hoho.
---

Jumat siang (27/05) menjelang jam rehat perpustakaan, beberapa kali saya menengok jam digital di hape. Beberapa jam lagi sebelum berangkat. Ah, saya bingung memikirkan cara bagaimana untuk 'pulang kerja lebih awal' nanti. Yap, seperti yang sudah kami bicarakan dalam percakapan WA beberapa minggu lalu, hari ini adalah hari dimana kami akan pergi ke Lumajang, tepatnya ke Puncak B29. Saya dan Zahrah (first time i show up her with this name, heheh) berencana berangkat pukul 3.30 pm atau 4.00 pm dari Malang agar tidak terlalu malam sampai di Lumajang. Oiya di Lumajang nanti kami akan bermalam di rumah salah seorang teman saya, Abidah (Pend. Akuntansi UM '08).

Urus ini itu, kami baru benar-benar siap berangkat menjelang pukul 5.30 pm. Saya sudah pakai helm dan siap berangkat, begitu pula dengan Zahrah yang sudah menentang tasnya, eh azan berkumandang. Tanpa banyak bicara, yasudah kita shalat maghrib dulu sekalian di jama' Isya. Selesai shalat, hujan dari sore yang mengguyur Malang belum terlihat akan berhenti. Akhirnya kami tetap 'nekat' pergi berbalut jas hujan. Fix berangkat ke Lumajang sekitar pukul 6.00 pm. Bismillah ya Allah.

"tema perjalanan malam ini apa coba Mba? All is Wet" (read: anyep)
"pinter…pinter"

Ditemani rinai gerimis yang seperti enggan berhenti (halah bahasanya…), Zahrah terus memacu motor ke arah Pasuruan. Jadi untuk menuju Lumajang ada dua jalan yang bisa dilewati. Yang pertama via Dampit, Malang. Jalur ini dilalui bus yang melayani rute Malang – Lumajang. Jalannya berkelok-kelok (kalo di Lampung mirip jalan lintas Liwa – Krui). Dijamin mabok deh kalo kamu emang pada dasarnya 'raja mabok'. Tapi pemandangannya keren! Yang kedua via Pasuruan. Dari Pasuruan kemudian Probolinggo baru Lumajang. Jalannya lempeng aja sih. Rame juga karena jalur ini dilewati bus dan truk-truk menuju Banyuwangi dan Bali. Over all, waktu tempuhnya sama saja, kurang lebih 3 – 4 jam.

Mampir sebentar ke pom bensin untuk kasih asupan gizi ke kuda besi kesayangan (isi bensin full 21K), juga ke konter hape untuk beli paketan data demi mengaktifkan GPS karena saya masih samar jalan menuju Lumajang. Pernah sih ke daerah Probolinggo, tapi kalo ke Lumajang belum. Pasuruan terlewati, dan kemudian Probolinggo. Sampai di gapura selamat datang di Kota Probolinggo, Zahrah melambatkan laju motor kemudian berhenti di pinggir jalan. Aha saya tahu kalo bocah ini berlaku demikian, dia mulai ngantuk!!! Baiklah gantian saya yang bawa motor. Untuk dua orang berkacamata seperti kami, agak sulit membawa motor malam hari menghadapi sorotan lampu-lampu mobil, apalagi ditambah hujan.

(Oh hujan… setianya dirimu menemani kami -__-)

Dalam perjalanan itu saya banyak ngarep, semoga aja sampai di Pasuruan ga hujan. Eh ternyata hujan. Di Pasuruan ngarep lagi, semoga aja di Probolinggo ga hujan. Eh hujan jugak. Kembali ngarep yang ketiga kalinya pas di Probolinggo, semoga aja sampai Lumajang ga hujan. Eh sama aja hujan. Yasudah deh Alhamdulillah ala kulli hal.

(kenapa perjalanan Zahrah dan Zulaikha tak pernah lepas dari hujan dan basah???)

Bayangkan bawa motor hujan-hujan, malam-malam, gelap-gelap, dingin-dingin (???). Kacamata saya turunkan karena butiran-butiran air hujan yang jatuh menghalangi pandangan. Agak buram. Membahayakan. Beberapa kali motor yang saya kemudikan terjebak kubangan yang cukup dalam. Hehe ga terlihat. Masuk Kota Lumajang, Zahrah meminta kembali kemudinya. "Mba sini aku aja lagi yang bawa, ga sampe-sampe". Yaudah kebetulan. Tangan saya hampir-hampir beku kedinginan. Badan juga ga karuan rasanya melawan hujan dan angin yang menelusup. Brrrrrrr! Sekitar pukul 10.00 pm sampailah kami di rumah Abidah (dekat Alun-alun Kota Lumajang). Alhamdulillah tanpa nyasar, tepat sesuai dengan petunjuk yang ia kirim via pesan singkat. Semangkuk bakso dan segelas teh hangat yang dihidangkan menjadi penutup yang indah cerita perjalanan kami menuju Lumajang malam itu. Kami harus segera tidur untuk esok paginya berangkat ke Puncak B29.

(Di perjalanan masuk Kota Lumajang tadi tiba-tiba saya teringat kalo saya belum absen pulang kerja! Huhuhu #nangisGulung2) 

Puncak B29 terletak di daerah Senduro. Dari rumah Abidah ke Senduro menempuh waktu sekitar 45 menit s/d 1 jam perjalanan. Malam itu sebelum tidur, Abidah menjelaskan rute menuju kesana. Okay, route saved! Sekitar pukul 3.00 am Zahrah membangunkan saya untuk segera bersiap-siap (hiaaaaah perasaan baru aja tidur, udah bangun lagi ajah). Kami sempatkan waktu sejenak bermunajat di sepertiga malam yang akhir, kemudian berpamitan pada tuan rumah. Rencananya kami akan shalat Subuh di pinggir jalan (yaiyalah masa' di tengah jalan -_-).

Sekitar pukul 3.30 am kami berangkat mengikuti rute yang semalam diberikan oleh Abidah. Dingin, men! Banget!!! Zahrah mengemudikan motor dengan kencangnya karena jalanan sepiii, polll. Saya dibelakangnya cuma bisa tengok kanan kiri lihat pemandangan yang gelap. Eh tapi tunggu, liat ke atas baguuus banget! Bulan bercahaya dikelilingi halo (lingkaran) putih yang besaaar. Sudah lebih dari setengah perjalanan, bensin motor hampir habis. Bingung, jam segini siapa yang udah buka lapak bensinnya?! Zahrah meminggirkan motor ke depan sebuah rumah yang tampaknya pemiliknya sudah bangun dan beraktifitas. Saya ucapkan salam tapi belum ada jawaban. Kebetulan ada seorang Bapak yang lewat mau ke masjid kemudian Zahrah minta tolong untuk membangunkan pemilik rumah yang menjual bensin itu. Hihih pake jurus muka melas katanya. Berhasil, berhasil, hooray! (ala Dora).

Dari arah Alun-alun Lumajang itu kami terus naik ke atas menuju Senduro, terus dan terus sampai akhirnya terlihat gapura masuk menuju Puncak B29. Kami disambut beberapa orang tukang ojek yang menawari jasa mengantar sampai puncak. Emoh, kami sudah bertekad akan trekking, jalan kaki menuju kesana. Zahrah pol-polan membawa motor naik ke atas, saya dibelakang komat-kamit ga karuan karena ngeriiih banget jalannya, lutut saya sampai gemetaran. Akhirnya kami menemui jalan yang sudah di-cor semen sisi kanan dan kirinya. Bisa dilewati motor dengan baik. Begitu habis jalan yang di-cor itu, trek lebih sulit lagi. Tanah licin bekas hujan. Saya pasrah dan mau jalan saja, tapi tidak dengan Zahrah. Dia masih kekeuh membawa motor sampai akhirnya motor slip dan okay dia menyerah. Motor dititipkan di rumah penduduk. Kami shalat subuh di sebuah mushola kecil depan penitipan motor dan selanjutnya, Puncak B29 kami datangggg!
Semeru dari kejauhan (credit pic @zharnd)
Bukan Zahrah namanya kalo liat pohon ga dinaikin :-P
Hari sudah sedikit terang ketika kami mulai berjalan menuju puncak (sekitar pukul 5 am lebih dikit). Di kejauhan Gunung Semeru terlihat begitu gagahnya dengan asap yang sesekali mengebul dari puncaknya. Ouch sugoiii! Benar deh, indahnya memuncaki suatu gunung itu bukan hanya ketika kita sudah sampai di Puncak, tapi juga di dalam perjalanan menuju puncak itu sendiri.

Credit pic @zharnd
Di perjalanan kali ini kami membawa dua kamera, kamera andalan saya dan kamera temannya Zahrah. Kami asik masing-masing mengabadikan sekitar yang menurut kami bagus. Serasa sedang photo contest deh. Gaya banget dah. Sambil motret, ditemani pemandangan indah tiap jengkalnya, diselingi obrolan ini itu, tapi ya tetap aja sih terasa capek di kaki. Hihiii. Napas juga harus sering diatur. Sedang semangat-semangatnya kami berjalan, ada dua orang bapak ojek mendatangi kami.

"mbak ayo naik"
"gak pak kami jalan aja"
"ayo naik aja gak papa daripada kosong, ini mau ke atas juga. Masih jauh"
"beneran ga papa naik aja pak?
"iyaa"
"tapi beneran lho pak kami ditebengi, bener ga ada duit ini lho"
"iyaaa"

Yeayyy! Dapat tebengan ojek menuju ke atas. Enak sih, tapi swear! Saya merem sepanjang jalan! Ngerihhhh! Bapak-bapak ojek B29 ini sungguh keren-keren lah. Kalo di Kawah Ijen Banyuwangi dulu yang keren penambang belerang, kalo disini tukang ojeknya. Biasanya mereka memasang tarif 50K untuk antar jemput ke Puncak B29. Adanya para pengojek ini sungguh membantu para pengunjung yang naik turun. Jujur saja untuk orang 'berumur', trek menuju puncak lumayan berat. Jarang yang sanggup jalan kaki ke atas sebenarnya. Hari itu kami tidak mendapati seorang pun yang berjalan kaki menuju puncak selain kami berdua (zuhud men, hehe apa hubungannya yak?!).
Candid LOL 
Pukul 6.00 am kami sampai di atas. Karena tidak enak hati, saya dan Zahrah berniat untuk memberikan beberapa rupiah uang kami yang ada tersisa di tas. Saya tidak bawa uang lebih dan Zahrah bawa uang terbatas. Dengan muka melas (again) kami minta maaf dan hanya bisa memberikan uang beberapa rupiah saja. Eh Alhamdulillah-nya bapaknya menolak. "wess ga usah mbak sampeyan bawa aja". "beneran pak?" "iya bawa aja, sampeyan ke atas itu lho keliling foto-foto". Makasih Paaak! *emot Terharu. Makasih ya Allah… Dan beginilah indahnya pemandangan TNBTS dilihat dari Puncak B29…

Credit pic @zharnd


Credit pic @zharnd


Hari itu di atas puncak tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa rombongan yang tidak lama berada di atas kemudian turun. Saya dan Zahrah explore sana sini sampai sepiiii, hanya tinggal satu rombongan saja.


Credit pic @zharnd
Sekitar pukul 9.00 am kami menyudahi main kami dan turun. Full jalan kaki (beneran ga berharap ada yang nebengin kayak naik tadi). Lumayan pegal karena perjalanan turun gunung selalu menuntut kita untuk menahan langkah kaki. Baterai kamera masih tersisa, jadi masih bisa mengabadikan view keren yang tadi subuh saat naik belum terlihat jelas. Oiya saat turun ini kami melewati loket masuk Puncak B29. Terlihat beberapa orang yang akan naik dan membayar karcis. Kami baru ingat kalo tadi pagi saat naik kami tidak bayar. Saat melewati loket ini tadi, kami dibonceng tukang ojek dan tukang ojeknya tidak berhenti bablas saja. Haha! Double bonus. Makasih lagi ya Allah...


Credit pic @zharnd
Credit pic @zharnd
Matahari yang malu-malu menyapa tertutup awan serta kabut yang menyelimuti desa terakhir sebelum puncak B29, menjadi teman perjalanan kami melewati ladang-ladang penduduk menuju parkiran motor. Sampai diparkiran sekitar pukul 10.30 pm. Total waktu yang kami tempuh dalam perjalanan turun itu kurang lebih 1,5 jam. Alhamdulillah. Tak lupa kami sempatkan Dhuha sembari mengistirahatkan kaki.
Wajah bocah-bocah Tengger penduduk asli Desa Argosari (credit pic @zharnd)
Tak lama kemudian perjalanan pulang kami mulai (kerumah Abidah dulu tapi). Setelah pamit dan mengucapkan buanyak terima kasih karena sudah dilayani dan diperlakukan dengan sangat baik sebagai tamu, kami pulang ke Malang. Jalur yang kami lalui saat pulang ini adalah jalur selatan (via Dampit). Waw mantap! Berkelok nan curam. Saya hanya bisa bersyukur pada Allah dikirimkan driver se-brutal Zahrah J you do the best!
Berhenti di Piket Nol, daerah Pronojiwo Lumajang
Tepat saat azan Isya' berkumandang, kami sampai dengan selamat di Kota Malang tercintah! Alhamdulillahiladzi bini'matihi tathimusshalihaat :) Tunai sudah satu daftar keinginan di tahun 2016 ini. Thanks Allah. Thank you Zahrah (cerita versi Zahrah bisa dibaca disini). Semoga perjalanan ini menjadi sebuah perjalanan yang Allah berkahi; memberikan pemahaman baru, semangat baru, pengalaman baru. (Insya Allah) sampai jumpa di Sumbawa ^_^ !!!
Wish list tahun 2016 ^_^

Untuk Zahrah

6 komentar:

  1. wow. ketjhe..
    suka banget ih sama foto-fotonya
    indah nian

    yuk traveling sama aku :( hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu yang ambil foto2 ketjhe-nya si Zharnd, de.. aku mah apa atuh LOL

      Ayok katanya mau ke Lampung :)

      Hapus
  2. Noh mba, di kodein ka Ade lol

    ntar ke Banyuwangi sama ka Ade aja, berdua xD

    BalasHapus
  3. Salah satu tempat terbaik untuk menikmati sunrise, keindahan bromo dan sekitarnya. Jalan yang harus dilalui untuk sampai dilokasi ini cukup terjal, anda bisa menggunakan motor pribadi untuk bisa sampai ke puncak. Atau jika dirasa khawatir dengan jalanan nya anda bisa menggunakan jasa ojek penduduk lokal. Untuk tarif berkisar 50 ribu untuk sekali jalan dan 75 ribu untuk pulang pergi, pintar2 nego saja.

    Waktu terbaik untuk ke tempat ini bisa sore atau pagi hari. Dijamin mata anda akan di manjakan oleh pemandangan alam yg luar biasa.

    BalasHapus
  4. Amazing, kata ini sudah cukup mewakili kekaguman kami di puncak B 29 saat matahari terbenam dan terbit sungguh mengagumkan. Petualangan mengesankan dari mendaki bukit dan mendirikan tenda di camping ground puncak b29 sungguh pngalaman dan petualangan yang tak terlupakan bagi rombongan kami.

    BalasHapus