Rabu, 14 Oktober 2015

Sumber Pitu Pujon : Semacam Obat untuk Penyakit Kurang Piknik

It's very nice to know that we have a place to visit with our beloved friend. I called it, Somewhere only we know. (We) i mean, me and someone. Friend (without S). Mengutip pemikiran seseorang, "sometimes, someone needs to be alone, with friend, and with friends". Jadilah di tanggal merah hari ini (14 Oktober 2015) saya mengajak seseorang untuk mengobati salah satu penyakit yang sering saya idap menjelang akhir pekan yaitu penyakit kurang piknik. Let me introduce you to my travelmate... Zharnd!!! aka Zahrah Nida' my lil sister at Rifah Boarding House.
Bukan iklan sandal :-P
Berdua kami berangkat dari kontrakan sekitar pukul 7.30 am. And you know, si @zharnd ini belum ngeh kalau mau saya ajak ke tempat ini, hehe. Sebelum menuju ke lokasi yang kami tuju, kami mampir ke Masjid Alun-alun Batu untuk dhuha' dan sarapan. Soto Lamongan menjadi menu sarapan kami pagi ini (yang terdekat itu doang). Setelah mampir lagi ke ****maret untuk membeli beberapa makanan dan minuman ringan, kami mengarahkan motor langsung ke tujuan tanpa mampir sana-sini. Dan tujuan bocah ilang kali ini adalah (jrenggg!) Coban Sumber Pitu di pedalaman hutan Pujon. Berbekal sedikit info dari travel blog, Bismillah melangkahkan kaki kesana. Tidak lupa pula memanfaatkan GPS a.k.a. Gunakan Penduduk Setempat agar semakin terang kemana arah perjalanan kami.
Soto Lamongan yang sukses membuat @zharnd mabook pas ndaki :-P
Dikutip dari ngalam.id, Coban (air terjun) Sumber Pitu, terletak di Dusun Tulungrejo, Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Lokasi air terjun ini masih belum banyak diketahui. Wajar saja, tersembunyi jauh di dalam hutan. Butuh usaha yang lumayan ehemmm untuk sampai kesini. Akhirnya setelah bertanya dan menggunakan insting travelling, sampailah kami di loket masuk Sumber Pitu.

Jarak dari loket masuk ke parkiran terakhir sekitar 20 menit. Melewati jalanan berbatu (makadam) dan berdebu. Sangat berdebu. Saya hampir beberapa kali minta diturunkan karena si @zharnd bawa motornya brutal (like usual).  Dari mulai dibonceng seperti orang lagi marahan sampai akhirnya berpegangan erat padanya (hachim!). Jalanannya bikin sport jantung, euy! Debunya lumayan banget kalau buat tayamum, bisa jadi stok untuk berbulan-bulan, heuuu... Ga bisa dibayangkan lewat jalanan ini kalau musim hujan, mesti lecet! entah badan, entah motor karena jatuh. Swear, ngeri abis! (atau saya nya yang sedikit lebay? si @zharnd biasa aja soalnya).
So dusty, trust me!
Sampailah kami di parkiran terakhir. Dari situ masih harus berjalan kaki sekitar 1,5 jam perjalanan ngos-ngosan (dan hampir pingsan tepatnya, huf..huf..huf..). Trek dari parkiran menuju lokasi Sumber Pitu cukup menantang (apalagi buat yang kurang olahraga macam orang ini **NunjukIdungSendiri). Debu tebal masih menemani perjalanan kami. Hal ini sepertinya disebabkan daerah sepanjang jalur menuju Sumber Pitu sudah lama tidak diguyur hujan (dan sebagian besar wilayah di Indonesia, tepatnya). Asik sebenarnya, daripada harus berlicin-licin ria. Kalau kesini saat musim kemarau, jangan lupakan bawa masker, plisss! Kalau kamu mau di hidung kamu bertumpuk-tumpuk debu tebal, terserah deh! Saya sudah membuktikan kesini tanpa pake masker, walhasil... (eng ing eng).

Setelah menempuh perjalanan panjang yang begitu melelahkan (Letto Mode On), dan kuyakin kau tak ingin aku berhenti (apasiih), sampailah kami di Coban Tunggal. Mungkin karena lokasinya yang lebih landai, nyaman untuk mendirikan tenda dan aktifitas lainnya, disini lebih ramai. Ada banyak sisa peninggalan orang berkemah juga.
Coban Tunggal
Melengos dikit dari Coban Tunggal, dari kejauhan terlihat eksotisnya tujuan perjalanan kami, Yuuup Coban Sumber Pitu! Dari Coban Tunggal, kami harus naik ke ketinggian 45 derajat untuk menuju kesitu. Lumayan bikin dengkul terseok. Cukup membuat deg-degan juga naik tangga buatan yang "mengerikan" sembari lihat ke arah bawah (huaaaaaaa...). Setelah itu, yeee kami sampai! Di spot yang cukup indah memandang ke arah Sumber Pitu, sejenak terdiam. Hanya bisa tertegun. Membatin. Bersyukur. Bersyukur atas ridha yang Allah berikan untuk kami sampai disini, bukan semata karena daya dan upaya kami, apalagi tenaga kami yang senen-kemis. Dalam hati bersorak, "Ya Allah akhirnya sampe sini jugaaak!". Saya sempat bilang ke @zharnd, "kita ga usah pulang wess. Disini ajah. Enak! Biar dijemput helikopter (sembari membayangkan perjalanan menuju ke Sumber Pitu tadi yang ampuuun dah!).
Tangga 45 derajat yang bikin termehek-mehek

Ga sia-sia berjibaku di perjalanan kalo indahnya macam ini

How beautiful, right?!
Tidak jauh dari Coban Sumber Pitu, ada juga Coban Sumber Papat. Setipe dengan Sumber Pitu, namun tidak terlalu tinggi dan seperti namanya (Papat, artinya empat) hanya ada 4 sumber mata air yang mengalir dari atas membentuk air terjun. Tidak banyak yang kami lakukan disini. Just take another amazing photos.
Pose aneh -,- di Sumber Papat
Setelah puas me-recharge semangat, mencecap secuil surga-Nya yang jatuh di bumi Pujon, dan memunguti hikmah-Nya yang terserak di perjalanan kami hari itu, kami memutuskan untuk pulang. Perjalanan pulang ini terasa lebih ringan dan menyenangkan dibanding saat pergi. Kami lebih segarrr dan bersemangat (mungkin karena beban dipundak dan dihati sudah tidak terlalu berat, eaaa). Bahkan saya beberapa kali sempat terbahak menyaksikan tingkah polah seseorang (siapa lagi kalo bukan @zharnd). Semua tempat layaknya playground untuknya --' (duh!).

Here they are, some tips from @zharnd

Ada pepatah enggres yang bilang, No Pain No Gain. Bener banget! Dua kali jatuh terjerembab (me). Rasa mual-mual mau hwek! (@zharnd, katanya sih gara-gara sarapan). Baju basah kuyup terkena tempias air terjun yang sedingin air kulkas. Nafas memburu begitu cepat. Dengkul mau copot. Tubuh berbalut debu tebal. Hampir terpeleset ke jurang (kami berdua). Semua terbayar lunasss menyaksikan the amazing of Sumber Pitu Waterfall! Penciptaan Allah lainnya yang luar biasa indah pun kami saksikan selama perjalanan menuju dan pulang dari Sumber Pitu. Hwaaa aa aa aa!

O, Allah... all praise is to You.
Only You.
Atas kesempatan melihat indahnya ciptaan-Mu.
Atas perjalanan indah bersama saudara yang kucinta karena-Mu.
Ternyata bisa akur -__-
And for you, Sister @zharnd, so much thanks. For being together with me to reach Sumber Pitu. My laughter louder. Funny travelmate. Very nice travelmate. Ingat hari ini, dimana kita pernah dekil bersama. Ingat mata selidik tiap orang yang ketemu kita, melihat betapa dekilnya kita? (Sampeyan abis keno opo mbak? hahaha). Don't care! Yang penting kita bahagia yak! (walaupun malu sangat dalam hati, sebenarnya fu fu fu). 
Mendekil together
Why do you go away? So that you can come back. So that you can see the place you came from  with new eyes and extra colors. And the people there see you differently, too. Coming back to where you started is not the same as never leaving... -Terry Pratchett-

"Say : travel in the earth and see how He makes the first creation, then Allah creates the latter creation; surely Allah has power over all things".
 (29:20)

2 komentar:

  1. sayang cuma berdua, coba rame-rame pasti semakin seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheh, bolehlah kapan2 diagendakan ksana kontrakan UIN. Mantap!

      Hapus