Senin, 23 Maret 2015

Denda Buku dan Pahala Shadaqah

(Ketika sedang melayani pengguna di bagian layanan pengembalian buku perpustakaan, tiba-tiba saya terpikir mengenai hal ini...denda buku dan pahala shadaqah).

Bayangkan jika "imbalan" sedekah yang kita peroleh sama dengan skema denda buku di perpustakaan. Misalkan, satu hari buku yang terlambat dikembalikan dikenai denda Rp 500. Semakin lama pengguna tidak mengembalikan, selama itu pula hitungan otomatis denda yang sudah disetel di sistem otomasi perpustakaan akan berjalan. Satu hari, dua hari, 100 hari, sistem akan terus menambah denda. Pernah kapan hari, saya menjumpai mahasiswa yang dendanya mencapai lebih dari Rp 1 juta (terlambat selama kurang lebih 1000 hari).

Nah, Ibaratkan saja kita bershadaqah di satu hari sebesar Rp 50.000. Jika mengikuti skema denda perpustakaan yang per harinya Rp 500, semakin bertambah hari tentu saja "tabungan pahala" kita semakin besar. Dan kabar baiknya, pahala shadaqah tidak ditentukan besarannya. Dalam Al-Qur'an dengan jelas tersurat, seseorang yang menshadaqahkan apa yang ia miliki akan diganjar dengan 7, 100, 700 dan sekehendak Allah, "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui". (QS Al-Baqarah 261)

Itu baru satu kali shadaqah. Belum kalau kita rutin meniatkan misalnya, sehari memasukkan uang ke kotak amal masjid Rp 1.000, maka akan ada banyak "hitungan otomatis" yang akan kita dapatkan ganjarannya di akhirat kelak. Dan tidak seperti sistem otomasi perpustakaan yang bisa saja crash tidak menjalankan denda, "sistem"-nya Allah lebih keren. Tidak luput sedikitpun harta yang dishadaqahkan dalam hitungan-Nya.

Tanpa bermaksud menghitung-hitung pahala karena tentu saja “matematika Allah” lebih canggih dan unpredictable, hanya Ia yang Maha Tahu, Maha Membalas dan Maha Bijaksana. Namun setidaknya dengan sedikit memikirkan hitung- hitungan tersebut, semoga tergerak hati kita untuk berbagi pada sesama dengan bershadaqah. Karena sesungguhnya hakikat shadaqah bukan untuk oranglain, tetapi untuk diri kita sendiri. Misalkan kita memiliki uang sebesar Rp 100.000, dari jumlah tersebut kita berniat untuk menginfakkan sebesar Rp 5.000. Sejatinya yang kita miliki di akhirat nanti, ya hanya yang sejumlah Rp 5.000 itu

Dalam sebuah hadits disebutkan, "Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (shadaqah) sebutir kurma" (Mutaffaq 'alaih). Teringat dengan sebuah kisah yang pernah saya baca tentang di akhirat kelak ada seorang wanita yang menghalau nyala api neraka hanya dengan sebuah lemak hewan (bahasa jawa : gajih). Kenapa demikian? ternyata sebabnya karena saat di dunia hanya dengan lemak hewan itu saja ia pernah bershadaqah.


credit picture: http://www.expertbookcreation.com/wp-content/uploads/2011/06/photodune-3880135-hand-holding-a-book-xs.jpg

Mari “mengayakan” (memperkaya) diri dengan shadaqah. Apa yang kita berikan, sejatinya itulah yang kita miliki di akhirat kelak. Jika untuk duniawi yang hanya sementara ini saja (ibarat seseorang yang sedang dalam perjalanan kemudian berteduh sejenak dibawah pohon) kita begitu dermawannya membelanjakan harta kita untuk gadget, kendaraan, dan barang-barang fana lainnya, so kenapa tidak untuk "rumah akhir" kita nanti?! 

Wallahu’alam bisshawwab.




Sumber bacaan
  • Al-Qur'anul Karim
  • Al-Hadits

2 komentar:

  1. Eh itu mah serius sampe 1 juta gitu??? mce mce mce. Jauhkanlah hamba dari denda sebesar itu atau yang lebih besar bahkan yang kecil sekalipun ya Allah, aamiin..

    Sereeem...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sering nemu pengguna yang "ikhlas banget didenda"... di atas 500rb pun banyak. makanya ntar kalo cari calon, carilah pengguna perpustakaan yang balikin buku tepat waktu. Mulangin buku aja tepat waktu, apalagi mulangin hatimu...eaaa! Gubrak!!

      Hapus